Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Trump Nekat "Pancing" Iran melalui Serangan yang Tewaskan Qasem Soleimani?

Kompas.com - 09/01/2020, 14:29 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Serangan udara Amerika Serikat yang menewaskan jenderal top Iran Qasem Soleimani memicu panasnya hubungan kedua negara.

Selain Qasem, serangan yang dilakukan pada Jumat (3/1/2020) di Bandara Internasional Baghdad itu juga menewaskan Abu Mahdi al-Muhandis, pemimpin Hashd al-Shaabi di Irak.

Serangan itu dilancarkan atas perintah Presiden AS Donald Trump.

Sejumlah pihak memuji langkah Trump karena Qasem dianggap bertanggung jawab atas terbunuhnya warga AS di Timur Tengah.

Namun, tak sedikit pula yang mengutuk langkah itu karena akan memperburuk situasi di Timur Tengah saat ini.

Iran tak tinggal diam dan menyatakan akan membalas dendam kematian Qasem.

Hal itu dibuktikan melalui serangan rudal yang dilancarkan ke Pangkalan Militer AS di Irak pada Rabu (8/1/2020).

Mengapa AS nekat memicu pertikaian dengan langsung menarget Jenderal Qasem Soleimani?

Baca juga: Markas Militer AS Dihantam Rudal, Iran Simpan Cadangan Minyak Ratusan Miliar Barel

Dosen Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Siti Mutiah Setiawati menganggap langkah Trump tersebut sebagai upayanya untuk meninggalkan "warisan" menjelang akhir kepemimpinannya.

"Sekarang, Trump itu kan sudah mau habis waktunya. Terus apa peninggalannya? Jadi, sebelum melepas jabatan itu, Trump ingin meninggalkan legacy agar diingat publik," kata Mutiah, yang biasa disapa Titik, kepada Kompas.com, Kamis (9/1/2020).

Menurut dia, kecenderungan politik luar negeri AS di Timur Tengah, presiden selalu meninggalkan "warisan".

Namun, apa yang dilakukan oleh Trump yang berasal dari Partai Republik kali ini justru bertolak belakang dengan langkah para pendahulunya.

Titik mengatakan, jalan yang diambil Trump adalah berusaha membuat Iran mengakui kekuatan dan keunggulan AS dengan cara menghabisi Jenderal Qasem.

"Dia kemungkinan harapannya menghabisi Jenderal Qasem sebagai orang ternama dan panutan di Iran bisa membuat mereka melemah. Tapi justru hal itu malah mendapat perlawanan keras dari seluruh masyarakat Iran, bahkan dari Irak," kata Titik.

"Apalagi ketika melihat pemakaman Qasem yang dihadiri oleh demikian banyak orang dan menyatakan siap berperang melawan AS," lanjut dia.

Baca juga: INFOGRAFIK: Perbandingan Kekuatan Militer Iran Vs Amerika Serikat

Mengetahui reaksi yang tidak sesuai dengan harapannya, Trump kemudian menarik diri dari potensi perang dengan Iran.

Hal itu disampaikan Trump melalui pernyataannya pada Rabu (8/1/2020), di Gedung Putih.

Selain itu, Titik menganggap, mundurnya AS dari potensi perang dengan Iran juga disebabkan oleh banyaknya pertentangan, baik dari masyarakat maupun Pemerintah AS.

Jika menengok kembali sejumlah kebijakan luar negeri AS di Timur Tengah pada periode presiden sebelumnya, langkah Trump ini berbeda dengan Obama yang justru memberi sinyal ingin berdamai dengan Iran.

"AS sendiri di bawah Obama sudah memberi sinyal untuk membuka hubungan diplomatik dengan Iran. Seandainya waktu itu terjadi, mungkin akan menjadi legacy (warisan) yang berharga bagi AS di Timur Tengah, meski ada pertentangan juga," kata Titik.

Tak hanya Obama, AS di bawah Presiden Bill Clinton juga menginisiasi perundingan damai seperti Perundingan Oslo 1 dan II terkait konflik Arab-Israel yang hasilnya melarang Israel untuk membangun pemukiman di West Bank.

Meski demikian, Titik menilai, langkah Trump ingin menunjukkan bahwa AS sangat kuat.

"Trump ingin menunjukkan bahwa AS itu powerful, maka dia mencoba memantik perang dengan Iran" ujar dia.

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Perbandingan Kekuatan Militer AS vs Iran

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Tren
Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Tren
Saya Bukan Otak

Saya Bukan Otak

Tren
Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Tren
Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Tren
8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

Tren
Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Tren
Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Tren
7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

Tren
Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU 'Self Service', Bagaimana Solusinya?

Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU "Self Service", Bagaimana Solusinya?

Tren
Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Tren
Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Tren
6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

Tren
BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

Tren
7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com