KOMPAS.com - Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristek Dikti) Mohammad Nasir mengingatkan rektor untuk mengimbau mahasiswanya agar tidak melakukan demonstrasi di jalanan.
Apabila ketahuan justru menggerakkan aksi mahasiswa, Nasir mengingatkan akan adanya sanski bagi para rektor.
Sementara dosen yang ketahuan menggerakkan aksi akan diberi sanksi oleh rektornya. Hal itu disampaikan Nasir menanggapi gelombang unjuk rasa mahasiswa di berbagai daerah menolak revisi UU KPK dan RKUHP.
Menanggapi hal itu, rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Dr H Fauzan mengatakan imbauan Menristek Dikti tersebut kurang tepat karena mahasiswa sudah kritis.
"Untuk mengimbau ya memang kurang tepat, jadi harus dibedakan. Mereka memang tanpa harus disuruh mahasiswa sudah kritis. Cara pandang mereka sudah tidak perlu didikte lagi," kata Fauzan kepada Kompas.com, Minggu (29/9/2019).
Kedua, Fauzan beranggapan bahwa konteks imbauan kepada rektor untuk melarang mahasiswanya turun ke jalan itu maksudnya adalah untuk aksi yang menimbulkan anarkis.
Bagi Fauzan, apa yang disampaikan Menristek Dikti itu untuk menjaga kemurnian gerakan mahasiswa.
"Konteks apa yang disampaikan Pak Menteri itu menjaga kemurnian gerakan mahasiswa agar tidak ditumpangi oleh pihak-pihak lain yang berkepentingan," ujar dia.
"Pak Menteri juga berpikiran agar apa yang akan disampaikan tetap terjaga," lanjutnya.
Menurut Fauzan, mengemukakan pendapat dapat dilakukan dengan berbagai cara.
Salah satu cara yang dilakukan dengan gaya mahasiswa adalah aksi demo.
"Namun demikian, bukan berarti mahasiswa tidak bisa diajak bicara. Konteksnya seperti itu," ucap Fauzan.
Baca juga: Soal Aksi Mahasiswa, Pantaskah Menristek Dikti Memberi Sanksi Rektor?
Aksi demo susulan pada Senin (30/9/2019) besok juga ditanggapi oleh Fauzan.
Menurutnya, jika persoalannya adalah terkait solidaritas, maka tidak perlu ada demo susulan.
"Karena pada prinsipnya tuntutan yang sudah diminta oleh mahasiswa kan sudah terpenuhi untuk RUU," kata Fauzan.
"Kemudian kalau ada mahasiswa luka dan macam-macam sebenanrya tidak perlu lagi menggunakan demo," lanjutnya.
Fauzan mengatakan, persoalan semacam itu bisa diselesaikan dengan cara lain.
"Karena kalau sudah begitu itu sudah rawan ditunggangi," kata dia.
Fauzan berharap agar mahasiswa berpikir cerdas sehingga mampu membedakan antara tuntutan yang harus menggunakan cara demo dan tuntutan dengan cara dialogis.
"Saat inilah saya kira (mahasiswa) sudah harus kembali ke kampus, belajar seperti biasanya," kata Fauzan.
"Namun bukan berarti tidak peka terhadap kondisi lingkungan sosial politiknya. Itulah gaya-gaya mahasiswa," lanjutnya.
Ia juga meminta agar mahasiswa mewaspadai kelompok-kelompok yang mengambil keuntungan dari adanya gerakan mahasiswa tersebut.
Baca juga: Muncul Anggapan Aksi Mahasiswa Ditunggangi, Ini Ulasan Pengamat
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.