Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Pius Lustrilanang, Pernah Dipecat dari PDI-P hingga Menjadi Pimpinan BPK

Kompas.com - 26/09/2019, 20:55 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Nama Pius Lustrilanang menjadi satu dari lima pimpinan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terpilih periode 2019-2024.

Pius memperoleh suara terbanyak dengan 43 suara, mengalahkan beberapa nama lama, seperti Achsanul Qosasih (31 suara) dan Harry Azhar Aziz (29 suara).

Wakil Ketua Komisi XI DPR Juliari P Batubara mengatakan pihaknya telah menggelar uji kelayakan dan kepatutan atau fit and proper test terhadap calon anggota BPK dan telah mengambil keputusan pada 25 September 2019.

Lalu siapakan Pius Lustrilanang ini?

Aktivis 98

Harian Kompas, 12 Februari 1998 memberitakan, Pius Lustrilanang merupakan aktivis 98 dari Aliansi Demokrasoi Rakyat (Aldera).

Di bawah rezim Orde Baru, Pius pernah diculik bersama dengan Desmond J Mahesa (Direktur LBH Nusantara) pada 4 Februari 1998.

Hilangnya Pius berkaitan erat dengan aktivitas mereka.

Setelah dibebaskan pada 26 April 1998, Pius pun membeberkan apa yang dialaminya selama menghilang dua bulan.

Dikutip dari Harian Kompas, 29 April 1998, Pius menceritakan bahwa ia diculik oleh sekelompok orang tak dikenal di depan RSCM Jakarta.

Selama dua bulan, ia disekap dalam sel dan disiksa.

Meski ia sempat berjumpa dengan beberapa aktivis lainnya dalam penyekapan, Pius tak bisa mengidentifikasi siapa yang menculik, menyekap, dan memeriksanya.

Kesaksiannya itu ia berikan di depan anggota Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) dan puluhan wartawan.

Baca juga: Efek Karhutla Makin Meluas, Ini Pesan Aktivis Lingkungan Asal Perancis

Gerakan Pembaruan PDI-P

Harian Kompas, 5 April 2005 memberitakan, nama Pius Lustrilanang juga pernah menjadi salah satu Pimpinan Kolektif Gerakan Pembaruan PDI-P.

Gerakan ini menilai pelaksanaan Kongres II PDI-P di Bali cacat hukum karena melanggar anggaran dasar/anggaran rumah tangga (AD/ART).

Gerakan tersebut bukanlah DPP PDI-P tandingan, tetapi bertujuan untuk menyelamatkan partai dan tidak ditargetkan untuk berhadapan dengan DPP DPI-P hasil kongres II di Bali.

Mereka menganggap, kongres tersebut diarahkan menjadi tidak demokratis dan akhirnya terpilihnya DPP tidak melalui cara terhormat.

Bersama dengan semua Gerakan Pembaruan PDI-P lainnya, Pius Lustrilanang pun dipecat oleh DPP PDI-P karena dinilai telah melanggar AD/ART partai, seperti diberitakan oleh Harian Kompas, 11 Mei 2005.

Keputusan itu diambil dalam Rapat DPP PDI-P yang dipimpin Ketua Umum DPP Megawati Soekarnoputri di Kantor DPP PDI-P Lenteng Agung, Jakarta.

Bergabung Gerindra

Setelah dipecat PDI-P, Pius kemudian bergabung dengan Partai Gerindra bersama dengan kawan lamanya, Desmond J Mahesa.

Dikutip dari Harian Kompas, 26 Agustus 2008, Pius mengatakan keputusannya untuk bergabung dengan Gerindra merupakan bagian dari upaya rekonsiliasi nasional.

Menurutnya, hal itu merupakan modal penting yang dibutuhkan Indonesia untuk maju.

Saat disinggung mengenai keberadaan Prabowo Subianto dan Muchdi Pr di Gerindra, Pius menegaskan tak ada yang abadi dalam politik.

"Dalam politik tidak ada kawan atau lawan abadi. Selain itu, keterlibatan mereka dalam kasus itu sudah selesai secara hukum," kata Pius.

Sebelumnya, Pius pernah menjadi Wakil Ketua Badan Urusan Rumah Tangga DPR dari Fraksi Gerindra.

Saat ini, Pius menempati jabatan sebagai Ketua Bidang Koordinasi dan Pembinaan Organisasi Sayap Partai.

Baca juga: Profil Rizal Djalil, Anggota BPK yang Ditetapkan sebagai Tersangka Dugaan Suap SPAM

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Ramai soal Ribuan Pendaki Gagal 'Muncak' di Gunung Slamet, PVMBG: Ada Peningkatan Gempa Embusan

Ramai soal Ribuan Pendaki Gagal "Muncak" di Gunung Slamet, PVMBG: Ada Peningkatan Gempa Embusan

Tren
Apa yang Terjadi pada Tubuh Saat Berhenti Minum Teh Selama Sebulan?

Apa yang Terjadi pada Tubuh Saat Berhenti Minum Teh Selama Sebulan?

Tren
Bisakah Hapus Data Pribadi di Google agar Jejak Digital Tak Diketahui?

Bisakah Hapus Data Pribadi di Google agar Jejak Digital Tak Diketahui?

Tren
Berapa Lama Jalan Kaki untuk Ampuh Menurunkan Kolesterol?

Berapa Lama Jalan Kaki untuk Ampuh Menurunkan Kolesterol?

Tren
Tragedi Biaya Pendidikan di Indonesia

Tragedi Biaya Pendidikan di Indonesia

Tren
Meski Tinggi Kolesterol, Ini Manfaat Telur Ikan yang Jarang Diketahui

Meski Tinggi Kolesterol, Ini Manfaat Telur Ikan yang Jarang Diketahui

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 14-15 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 14-15 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] UKT dan Uang Pangkal yang Semakin Beratkan Mahasiswa | Kronologi Kecelakaan Bus Subang

[POPULER TREN] UKT dan Uang Pangkal yang Semakin Beratkan Mahasiswa | Kronologi Kecelakaan Bus Subang

Tren
NASA Tunjukkan Rasanya Masuk ke Dalam Lubang Hitam

NASA Tunjukkan Rasanya Masuk ke Dalam Lubang Hitam

Tren
Usai Ditekuk Arsenal, Atap Stadion Manchester United Jebol dan Air Membanjiri Lapangan

Usai Ditekuk Arsenal, Atap Stadion Manchester United Jebol dan Air Membanjiri Lapangan

Tren
Venezuela Akan Jadi Negara Pertama yang Kehilangan Gletser, Berikutnya Indonesia

Venezuela Akan Jadi Negara Pertama yang Kehilangan Gletser, Berikutnya Indonesia

Tren
Film Vina: Sebelum 7 Hari Dikritik, Ini Kata Lembaga Sensor Film

Film Vina: Sebelum 7 Hari Dikritik, Ini Kata Lembaga Sensor Film

Tren
4 Dokumen yang Dibawa Saat UTBK SNBT 2024 Gelombang 2, Apa Saja?

4 Dokumen yang Dibawa Saat UTBK SNBT 2024 Gelombang 2, Apa Saja?

Tren
Pj Gubernur Jabar Perketat Pelaksanaan Study Tour, Simak Aturannya

Pj Gubernur Jabar Perketat Pelaksanaan Study Tour, Simak Aturannya

Tren
Kasus Perempuan yang Meninggal usai Cabut Gigi Berlanjut, Suami Akan Laporkan Klinik ke Polisi

Kasus Perempuan yang Meninggal usai Cabut Gigi Berlanjut, Suami Akan Laporkan Klinik ke Polisi

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com