Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Begitu Hujan, Teriak-teriak Kegirangan"

Kompas.com - 22/09/2019, 19:02 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi


KOMPAS.com – Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Dr. Tri Handoko Seto, M.Sc, mengatakan, upaya hujan buatan di tiga provinsi yang mengalami kabut asap karena kebakaran hutan mulai membuahkan hasil.

Tiga provinsi yang mengalami kebakaran hutan dan mendapatkan paparan kabut asap yaitu Riau, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Barat.

Menurut Seto, hujan mulai turun pada Sabtu (21/9/2019). Banyak yang berteriak kegirangan menyambut turunnya hujan.

“Begitu kemarin, ya atas kerja keras kita dan kemurahan Tuhan, akhirnya hujan turun. Memang semua orang histeris di daerah asap itu, luar biasa. Begitu hujan, berteriak-teriak kegirangan,” kata Seto, saat dihubungi Kompas.com, Minggu (22/9/2019) sore.

Pernyataan Seto ini mengonfirmasi beberapa video yang beredar di media sosial yang menunjukkan ungkapan syukur dan kebahagiaan karena hujan yang dinantikan akhirnya turun.

Baca juga: Hujan Buatan Akan Dilakukan di Karhutla Sumatera dan Kalimantan

Hujan menjadi harapan untuk memadamkan api kebakaran hutan dan mengurangi pekatnya asap.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 

Bersyukur, Alhamdulillah, Terimakasih ya Tuhan ????? Tekan ♥, dan mention teman kamu untuk saling berbagi informasi menarik! #saykocak

A post shared by SAY - KOCAK ???????? (@say.kocak) on Sep 21, 2019 at 4:51pm PDT

Seto menjelaskan, upaya menaburkan garam sudah mulai membuahkan hasil, meskipun belum begitu signifikan.

“Sekarang sudah mulai ini cukup banyak hujannya, tapi yaitu luasannya itu paling skala desa, kecamatan, paling luas gitu. Belum sampai merata sekabupaten apalagi provinsi belum, masih-masih spot-spot,” jelas Seto.

Ia mengatakan, belum terlihatnya hasil yang signifikan karena keberadaan awan yang tidak terlalu besar pada musim kemarau seperti saat ini.

Baca juga: BNPB Masih Akan Melakukan Hujan Buatan di Kalimantan dan Sumatera

“Kalau dilihat dari sisi volume air hujan yang diturunkan itu ada sekitar lebih dari 15 juta meter kubik lah totalnya, mungkin sekitar 20 juta meter kubik. Tetapi, karena hujannya memang belum rata, masih spot-spot sehingga belum mampu secara signifikan mengurangi kepekatan asap,” lanjut dia.

Seto memprediksi intensitas hujan hasil modifikasi cuaca ini baru akan terlihat signifikan pada Selasa atau Rabu pekan depan.

“Tapi kami optimistis, nanti kira-kira mulai Selasa-Rabu saya pikir akan cukup banyak, akan jauh lebih signifikan ini. Perkiraan saya Selasa atau Rabu banyak hujan-hujan yang cukup luas dan berdampak pada pengurangan asap di titik api,” kata Seto.

Sebelumnya, upaya hujan buatan dengan menyemai awan menggunakan garam sudah dilakukan, tetapi belum terlalu berhasil karena pekatnya asap.

Tim kemudian menggunakan Kalsium Oksida (CaO) meminimalisasi jumlah asap, dan kembali menanam awan menggunakan garam yang ditaburkan dari pesawat khusus.

“Iya (upaya kedua) yang pertama itu kan awannya sedikit, asepnya tebel banget, paling ada pernah rintik-rintik aja kalau hujan, pernah terjadi sih, tapi ya enggak terukur lah berapa mili,” ujar Seto.

Baca juga: Memahami Cara Kerja Hujan Buatan Memadamkan Api Kebakaran Hutan

Hujan yang turun di sejumlah wilayah karhutla di 3 provinsi itu adalah upaya modifikasi cuaca yang dilakukan oleh sejumlah pihak seperti BPPT, BNPB, dan BNPT.

Langkah ini juga upaya mempercepat musim penghujan yang sebelumnya oleh BMKG diprediksi baru akan turun pada pertengahan Oktober.

“Iya memang semua sudah sepakat ya, BNPB, BNPT, semua sepakat bahwa kalau sudah kondisi begini ini tidak ada metode apa pun yang mampu memadamkan kecuali hujan,” ujar Seto.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Matahari Tepat di Atas Kabah, Saatnya Cek Arah Kiblat

Matahari Tepat di Atas Kabah, Saatnya Cek Arah Kiblat

Tren
Kekuasaan Sejarah

Kekuasaan Sejarah

Tren
Kisah Alfiana, Penari Belia yang Rela Sisihkan Honor Demi Berhaji, Jadi Salah Satu Jemaah Termuda

Kisah Alfiana, Penari Belia yang Rela Sisihkan Honor Demi Berhaji, Jadi Salah Satu Jemaah Termuda

Tren
Jokowi Luncurkan Aplikasi Terpadu INA Digital, Bisa Urus SIM, IKD, dan Bansos

Jokowi Luncurkan Aplikasi Terpadu INA Digital, Bisa Urus SIM, IKD, dan Bansos

Tren
Biaya UKT Universitas Muhammadiyah Maumere, Bisa Dibayar Pakai Hasil Bumi atau Dicicil

Biaya UKT Universitas Muhammadiyah Maumere, Bisa Dibayar Pakai Hasil Bumi atau Dicicil

Tren
Pegi Bantah Telah Membunuh Vina, Apakah Berpengaruh pada Proses Hukum?

Pegi Bantah Telah Membunuh Vina, Apakah Berpengaruh pada Proses Hukum?

Tren
Singapura Tarik Produk Kacang Impor Ini karena Risiko Kesehatan, Apakah Beredar di Indonesia?

Singapura Tarik Produk Kacang Impor Ini karena Risiko Kesehatan, Apakah Beredar di Indonesia?

Tren
Maskot Pilkada DKI Jakarta Disebut Mirip Kartun Shimajiro, KPU Buka Suara

Maskot Pilkada DKI Jakarta Disebut Mirip Kartun Shimajiro, KPU Buka Suara

Tren
Ramai di Media Sosial, Bagaimana Penilaian Tes Learning Agility Rekrutmen BUMN?

Ramai di Media Sosial, Bagaimana Penilaian Tes Learning Agility Rekrutmen BUMN?

Tren
Batalkan Kenaikan UKT, Nadiem: Kalau Ada Kenaikan Harus Adil dan Wajar

Batalkan Kenaikan UKT, Nadiem: Kalau Ada Kenaikan Harus Adil dan Wajar

Tren
Buntut Pencatutan Nama di Karya Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Dicopot dari Dekan dan Dosen FEB Unas

Buntut Pencatutan Nama di Karya Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Dicopot dari Dekan dan Dosen FEB Unas

Tren
Alasan Nadiem Makarim Batalkan Kenaikan UKT Perguruan Tinggi Tahun Ini

Alasan Nadiem Makarim Batalkan Kenaikan UKT Perguruan Tinggi Tahun Ini

Tren
Cara Melihat Nomor Sidanira untuk Daftar PPDB Jakarta 2024

Cara Melihat Nomor Sidanira untuk Daftar PPDB Jakarta 2024

Tren
Kronologi Balita 2 Tahun di Sidoarjo Meninggal Usai Terlindas Fortuner Tetangga

Kronologi Balita 2 Tahun di Sidoarjo Meninggal Usai Terlindas Fortuner Tetangga

Tren
Sosok Kamehameha, Jurus Andalan Son Goku yang Ada di Kehidupan Nyata

Sosok Kamehameha, Jurus Andalan Son Goku yang Ada di Kehidupan Nyata

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com