Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Hanya di Jambi, Langit Merah Pernah Terjadi di London karena Badai Ophelia

Kompas.com - 22/09/2019, 14:50 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Fenomena langit merah yang terjadi di Jambi, Sabtu (21/9/2019), menarik perhatian publik.

Berbagai foto dan video yang menggambarkan suasana di Jambi dengan pemandangan langit merah banyak beredar di media sosial.

Banyak yang mengaitkan fenomena langit merah dengan kebakaran hutan dan lahan terjadi di sana sehingga menyebabkan asap pekat terjebak di lapisan udara.

Tak hanya di Jambi, fenomena langit merha juga pernah terjadi di London, Inggris, pada Oktober 2017.

Melansir The Telegraph, kejadian langka yang terjadi di London ini diketahui karena adanya badai Ophelia.

Baca juga: Lord Rayleigh, Penemu Fenomena Langit Merah seperti yang Terjadi di Jambi

Seluruh bagian negara bahkan mengalami hal yang sama, dimulai dari bagian barat hingga akhirnya ke wilayah Ibu Kota.

Bahkan, karena warna merah yang terjadi, sejumlah wilayah terpaksa menyalakan lampu jalanan di tengah hari, karena minimnya cahaya matahari akibat debu.

Matahari yang biasa bersinar dengan pendar berwarna putih menyilaukan, ketika fenomena itu terjadi berwarna merah seolah-olah sudah hampir terbenam.

Selain itu, cuaca terasa sangat hangat dan berangin kencang sehingga memunculkan kesan menyeramkan bagi warga di sana.

Udara hangat karena udara bertemperatur sekitar 20 derajat Celcius dari Spanyol dan Afrika utara yang terbawa.

Baca juga: Langit Merah di Jambi Juga Pernah Terjadi di China, Kapan Persisnya?

Seperti di Indonesia, masyarakat pun mengabadikan langit di sekitar mereka dan mengunggahnya ke media sosial.

Banyak dari mereka yang menganggap pemandangan itu sebagai pertanda akan adanya badai.

Tapi, apa yang sebenarnya terjadi?

Langit merah di Inggris Oktober 2017Dominic Lipinski/PA Wire Langit merah di Inggris Oktober 2017

Met Office menyebutkan, fenomena karena debu-debu Gurun Sahara yang beterbangan terbawa angin.

Debu-debu tersebut kemudian terefleksi dan terbiaskan pada panjang gelombang yang lebih panjang dan menyebabkan langit terlihat merah.

Prakirawan cuaca Met Office, Grahame Madge mengatakan, badai membawa udara dan debu dari Eropa Selatan dan Afrika.

“Semua itu berkaitan dengan Ophelia, di sisi timur dari sistem udara bertekanan rendah yang akan bertiup ke arah selatan. Sehingga matahari terlihat seperti sore di tengah siang, karena partikel yang tersebar menutup cahaya dan memuatnya terlihat merah,” kata Madge.

Presenter cuaca BBC Simon King menjelaskan, Ophelia sesungguhnya terjadi di Azores dan ketika tertiup ke utara, membawa serta udara tropis dari Sahara.

Baca juga: Viral Langit Merah di Muaro Jambi, Ada Apa?

Debu itu kemudian terangkat ke udara dan mencapai atmosfer di atas Inggris.

Sebaran debu yang mencapai atmosfer membuat cahaya matahari terbaurkan di panjang gelombang yang lebih panjang, yang cenderung lebih mendekati spektrum warna merah sehingga langit dan udara terlihat merah di pandangan mata.

Kebakaran hutan besar-besaran yang terjadi di Portugal dan Spanyol juga turut menyumbang abu dan asap bagi udara.

Apalagi, ketika partikel halus dari debu tersebut turut terjebak di atmosfer.

Meski demikian, Met Office menyebut udara di London ketika itu masih tergolong aman untuk bernafas karena partikel-partikel debu ada di ketinggian atmosfer.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Nuklir Bisa untuk Obati Kanker Tiroid, Apa Itu, Bagaimana Prosesnya?

Nuklir Bisa untuk Obati Kanker Tiroid, Apa Itu, Bagaimana Prosesnya?

Tren
Penjelasan UI soal UKT yang Mencapai Rp 161 Juta

Penjelasan UI soal UKT yang Mencapai Rp 161 Juta

Tren
Apa yang Terjadi pada Tubuh Saat Minum Teh Setelah Makan?

Apa yang Terjadi pada Tubuh Saat Minum Teh Setelah Makan?

Tren
Daftar Nama 11 Korban Meninggal Dunia Kecelakaan Bus di Subang

Daftar Nama 11 Korban Meninggal Dunia Kecelakaan Bus di Subang

Tren
Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik Warga, Begini Solusinya

Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik Warga, Begini Solusinya

Tren
Kapan Waktu Terbaik Minum Vitamin?

Kapan Waktu Terbaik Minum Vitamin?

Tren
Daftar Negara yang Mendukung Palestina Jadi Anggota PBB, Ada 9 yang Menolak

Daftar Negara yang Mendukung Palestina Jadi Anggota PBB, Ada 9 yang Menolak

Tren
Mengenal Como 1907, Klub Milik Orang Indonesia yang Sukses Promosi ke Serie A Italia

Mengenal Como 1907, Klub Milik Orang Indonesia yang Sukses Promosi ke Serie A Italia

Tren
Melihat Lokasi Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Jalur Rawan dan Mitos Tanjakan Emen

Melihat Lokasi Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Jalur Rawan dan Mitos Tanjakan Emen

Tren
Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun

Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun

Tren
Ilmuwan Ungkap Migrasi Setengah Juta Penghuni 'Atlantis yang Hilang' di Lepas Pantai Australia

Ilmuwan Ungkap Migrasi Setengah Juta Penghuni "Atlantis yang Hilang" di Lepas Pantai Australia

Tren
4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

Tren
Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Tren
Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Tren
8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com