Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: Jepang Menyerah kepada Sekutu, Perang Dunia II Berakhir

Kompas.com - 02/09/2019, 07:33 WIB
Rosiana Haryanti,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com -Hari ini 74 tahun lalu, tepatnya 2 September 1945, Jepang resmi menyerah kepada Sekutu.

Pernyataan menyerah Jepang kepada Sekutu ini dilakukan di atas kapal USS Missouri di Teluk Tokyo.

Menteri Luar Negeri Jepang Mamoru Shigemitsu menandatangani dokumen yang menyatakan penyerahan diri Jepang di geladak kapal perang USS Missouri disaksikan Jenderal Richard K Sutherland.

Penyerahan diri Jepang ini sekaligus menjadi penanda berakhirnya Perang Dunia II.

Sebelum Jepang, pada Mei 1945, Jerman sudah lebih dulu menyerah sekaligus mengakhiri PD II di Benua Eropa.

Jepang menyusul 5 bulan kemudian.

Akan tetapi, proses penyerahan ini harus diawali dengan hancurnya kota-kota di negara itu.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: 34 Tahun Lalu, Bangkai Kapal Titanic Ditemukan

Pada pertengahan 1945, angkatan laut dan udara Jepang sudah hancur.

Sekutu memblokade laut Jepang dan melakukan pengeboman ke kota-kota di negara itu.

Upaya ini diperparah dengan jatuhnya Pulau Okinawa ke tangan Sekutu. Hal ini menyebabkan mereka dengan mudah meluncurkan serangan ke pulau-pulau lain di Jepang.

Pada 16 Juli 1945, para pemimpin Sekutu bertemu dalam Konferensi Potsdam, Jerman.

Perang melawan Jepang merupakan salah satu dari berbagai isu yang dibicarakan dalam konferensi itu.

Akhirnya, para pemimpin Sekutu memutuskan mengeluarkan pernyataan yang disebut Deklarasi Potsdam yang menegaskan Jepang harus menyerah tanpa syarat.

Namun, Pemerintah Jepang menolak dan tidak menerima ultimatum dari pihak Sekutu tersebut.

Sehari setelahnya, surat-surat kabar Jepang melaporkan bahwa negeri itu menolak isi Deklarasi Postdam.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Majalah Time Didenda Rp 1 Triliun karena Berita Soeharto Inc.

Hal ini lalu membuat Sekutu mencari cara lain.

Kemudian, Amerika Serikat merancang proyek pembuatan senjata pemusnah massal di gurun pasir New Mexico.

Hasil dari proyek tersebut adalah dua buah bom atom berjuluk Little Boy dan Fat Man yang kemudian digunakan untuk menekan Jepang.

Bom atom pertama dijatuhkan di Hiroshima pada 6 Agustus 1945 dari atas pesawat B-29 Superfortress.

Kota ini dipilih lantaran menjadi pusat industri dan markas militer terbesar di negara itu.

Awak pesawat B-29 Enola Gay dengan pilot Letkol Paul W Tibbets (tengah), berpose sebelum melakukan misi menjatuhkan bom atom Little Boy di Hiroshima, Jepang, pada 6 Agustus 1945. U.S. Army Air Force Awak pesawat B-29 Enola Gay dengan pilot Letkol Paul W Tibbets (tengah), berpose sebelum melakukan misi menjatuhkan bom atom Little Boy di Hiroshima, Jepang, pada 6 Agustus 1945.
Setelah serangan tersebut, sebuah faksi dewan tertinggi Jepang mendukung penerimaan Deklarasi Postdam, namun mayoritas anggota lainnya menolak.

Kala itu, Pemerintah Jepang tidak bisa mengambil keputusan dalam situasi tersebut.

Selang tiga hari setelahnya, bom kedua dijatuhkan di Nagasaki oleh pesawat berjuluk Bock's Car.

Nagasaki dipilih lantaran menjadi salah satu pelabuhan terbesar Jepang.

Pengeboman kedua kota penting itu mengakibatkan Jepang luluh lantak. Puluhan ribu orang menjadi korban tewas dan luka.

Pada malam harinya, Kaisar Jepang Hirohito mendukung proposal Perdana Menteri Suzuki untuk menerima Deklarasi Postdam.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Penembakan Vladimir Lenin

Kehancuran yang menimpa dua kota penting Jepang membuat sang kaisar akhirnya memilih menyerah dan mengakhiri perang.

Pada 10 Agustus 1945, pesan tersebut diterima oleh pihak Sekutu.

Namun, sejumlah perwira militer belum mau menyerah sehingga timbul gejolak antara militer dan pemerintah yang memutuskan untuk menyerah.

Pada 15 Agustus 1945, dini hari, sebuah kudeta militer diluncurkan oleh sebuah faksi yang dipimpin oleh Mayor Kenji Hatanaka.

Para pemberontak tersebut ingin merebut kendali atas istana dan kekaisaran Jepang. Mereka bahkan membakar rumah PM Suzuki, tak lama setelah kudeta diluncurkan.

Pada siang harinya, Kaisar Hirohito mengumumkan penyerahan Jepang di radio nasional.

"Kami telah memutuskan untuk membuka jalan bagi perdamaian besar bagi semua generasi yang akan datang dengan menanggung yang tak tertahankan dan menderita apa yang tak tertahankan," ucap Hirohito waktu itu.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Gunung Krakatau Meletus pada 27 Agustus 1883

Hasilnya, pemerintah Jepang akhirnya mengirimkan surat berupa langkah langkah yang akan diambilnya ke kedutaan besar negeri itu di Swiss dan Swedia.

Isi surat itu pada dasarnya adalah menerima syarat-syarat penyerahan yang ditentukan Sekutu.

Akhirnya, pesan yang dikirim Jepang diterima Sekutu.

Upacara penyerahan Jepang dilakukan pada 2 September 1945. Pada hari itu, Sekutu mengerahkan 250 kapal perang yang berada di Teluk Tokyo.

Tepat pukul 09.00 waktu Tokyo, Menteri Luar Negeri Jepang Mamoru Shigemitsu atas nama pemerintah Jepang menandatangani deklarasi yang disusul Jenderal Yoshijiro Umezu atas nama angkatan bersenjata Jepang.

Panglima Tertinggi MacArthur selanjutnya menandatangani deklarasi tersebut atas nama Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Seiring selesainya upacara penandatanganan, perang yang paling menghancurkan dalam sejarah umat manusia itu pun resmi berakhir.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Tren
Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Tren
7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

Tren
Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU 'Self Service', Bagaimana Solusinya?

Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU "Self Service", Bagaimana Solusinya?

Tren
Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Tren
Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Tren
6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

Tren
BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

Tren
7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

Tren
Tentara Israel Disengat Ratusan Tawon Saat Lakukan Operasi Militer di Jalur Gaza

Tentara Israel Disengat Ratusan Tawon Saat Lakukan Operasi Militer di Jalur Gaza

Tren
5 Sistem Tulisan yang Paling Banyak Digunakan di Dunia

5 Sistem Tulisan yang Paling Banyak Digunakan di Dunia

Tren
BMKG Catat Suhu Tertinggi di Indonesia hingga Mei 2024, Ada di Kota Mana?

BMKG Catat Suhu Tertinggi di Indonesia hingga Mei 2024, Ada di Kota Mana?

Tren
90 Penerbangan Maskapai India Dibatalkan Imbas Ratusan Kru Cuti Sakit Massal

90 Penerbangan Maskapai India Dibatalkan Imbas Ratusan Kru Cuti Sakit Massal

Tren
Musim Kemarau 2024 di Yogyakarta Disebut Lebih Panas dari Tahun Sebelumnya, Ini Kata BMKG

Musim Kemarau 2024 di Yogyakarta Disebut Lebih Panas dari Tahun Sebelumnya, Ini Kata BMKG

Tren
Demam Lassa Mewabah di Nigeria, 156 Meninggal dalam 4 Bulan

Demam Lassa Mewabah di Nigeria, 156 Meninggal dalam 4 Bulan

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com