Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai Kasus Pembunuh Bayaran di Sukabumi, Berikut 5 Kasus Serupa di Indonesia

Kompas.com - 28/08/2019, 11:35 WIB
Dandy Bayu Bramasta,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

Sumber

KOMPAS.com - Penemuan dua jenazah dalam keadaan terbakar di dalam mobil di Cidahu, Sukabumi, Jawa Barat pada Minggu (25/8/2019) menjadi perhatian publik. Terlebih dalam pengungkapan kasusnya muncul adanya penggunaan pembunuh bayaran.

Kedua korban diketahui adalah seorang ayah bernama Edi Chandra Purnama alias Pupung Sadili (54) dan seorang anaknya bernama M Adi Pradana alias Dana (23). Hal itu sebagaiamana  diberitakan Kompas.com (26/8/2019).

Kedua korban tersebut tewas dibunuh oleh empat pembunuh bayaran yang disewa oleh AK (35), istri Edi dan ibu tiri Dana.

AK berhasil dibekuk di Jakarta, Senin (26/8/2019). Tak hanya AK, satu orang terduga pelaku lainnya berinisial KV, masih dirawat di RS Pertamina, Jakarta.

"Alhamdulillah perkara dugaan pembunuhan ini terungkap kurang dari 24 jam dengan mengamankan otak pelaku," ungkap Kapolres Sukabumi, AKBP Nasriadi saat dikonfirmasi Kompas.com melalui pesan WhatsApp, Senin (26/8/2019) malam.

Seperti diberitakan Kompas.com (27/8/2019), Nasriadi mengungkapkan bahwa motif AK menyewa empat eksekutor untuk membunuh suaminya karena masalah rumah tangga dan utang piutang.

Selain kasus pembunuhan bayaran tersebut, berikut ini ada 5 kasus serupa yang sempat menghebohkan Indonesia seperti dilansir dari Tribun Timur.

1. Kasus Pembunuhan Syaifuddin Kartasasmita

Pada tahun 2001 lalu, seorang Hakim Agung di Mahkamah Agung (MA) RI, Syaifuddin Kartasasmita meninggal usai ditembak oleh empat orang saat menuju ke kantornya. 

Saat itu, publik menduga pembunuhan tersebut berkaitan dengan kasus tukar guling Goro Batara Sakti, kasus yayasan milik HM Soeharto dan kasus Bob Hasan.

Peristiwa tersebut juga melibatkan nama pengusaha besar Hutomo Mandala Putra (HMP), anak bungsu mantan Presiden Soeharto.

HMP sempat divonis 15 tahun penjara dalam kasus tersebut. Bukti kuat yang menjerat dirinya antara lain keterangan dari dua eksekutor, Mulawarman dan Noval Hadad.

Dua eksekutor tersebut ditangkap pada 7 Agustus 2001 dan mengakui telah menerima order dari Dodi Harjito untuk melakukan pembunuhan Syaifuddin Kartasasmita. Dodi ini diketahui sudah kenal dengan Tommy Soeharto sejak 1976. 

Baca juga: 5 Fakta Istri Sewa Pembunuh Bayaran untuk Bunuh Suami dan Anak Tiri

2. Pembunuhan Boedyharto Angsono, Dirut PT Asaba

Setelah kasus pembunuhan Hakim Agung Syaifuddin, pada 19 Juli 2003 Boedyharto Angsono, Direktur Utama PT Aneka Sakti Bhakti (PT Asaba) juga tewas di tangan pembunuh bayaran.

Namun, anak buahnya lebih dahulu menjadi sasaran pembunuhan, yakni Paulus Teja Kusuma.

Paulus sendiri adalah Direktur Keuangan PT Asaba. Dirinya ditembak dua orang pengendara motor di Jalan Angkasa, Jakarta Pusat, di depan Hotel Golden pada 6 Juni 2003 lalu.

Pembunuh bayaran berhasil menembakkan peluru ke dada dan leher Paulus, namun Paulus berhasil selamat dari maut.

Pada 19 Juli 2003, atau enam pekan setelah penembakan Paulus, kali ini giliran Boedyharto Angsono yang saat itu bersama pengawal pribadinya, Serda Edy Siyep (anggota Kopassus) yang ditembak oleh sejumlah pembunuh bayaran.

Keduanya ditembak mati sekitar pukul 05.30 WIB di depan lapangan basket Gelanggang Olahraga Sasana Krida Pluit, Jakarta Utara.

Sekitar dua pekan kemudian, tepatnya pada 32 Juli 2003, polisi membekuk empat anggota Marinir yang diduga terkait dengan kasus pembunuhan tersebut.

Keempatnya adalah Kopda (Mar) Suud Rusli, Kopda (Mar) Fidel Husni, Letda (Mar) Syam Ahmad Sanusi dan Pratu (Mar) Santoso Subianto.

Empat anggota Marinir tersebut merupakan pengawal pribadi Gunawan Santoso, mantan menantu Boedyharto Angsono.

Selain menantu Boedyharto, Gunawan juga pernah menjabat sebagai eksekutif di PT Asaba. Namun, dirinya terjerat kasus penggelapan dana perusahaan sebesar Rp 25 milyar. Pada tahun 2002, dia divonis 28 bulan penjara.

Pada 16 Januari 2003, Gunawan berhasil kabur dari LP Kuningan, Jawa Barat. Dalam masa kaburnya, dia melakukan face off atau merubah wajah, terutama bentuk mata, hidung dan bibir.

Ia juga mengganti identitasnya dan bersembunyi di Griya Kemayoran dengan uang sewa Rp 1,8 juta per bulan.

Baca juga: Pembunuh Bayaran yang Habisi Ayah-Anak Kenalan Salah Satu Tersangka

3. Pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen

Pada tahun 2009, terjadi kasus pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen, Direktur BUMN PT Putra Rajawali Banjaran (PRB).

Kasus ini melibatkan banyak orang-orang besar, salah satunya Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) saat itu, Antasari Azhar.

Nasrudin ditembak mati setelah main golf di Modernland, Tangerang, pada Sabtu 14 Maret 2009.

Selain nama Antasari, nama-nama besar lain yang diduga terlibat adalah Komisaris Besar Polisi Wiliardi Wizard dan Sigid Haryo Wibisono, seorang pengusaha namun lebih diduga makelar kasus.

Nama-nama eksekutor yang disewa adalah Eduardus Ndopo Mbete alias Edo, Hendrikus Kia Walen, Daniel Daen Sabon dan Heri Santoso. Mereka disewa Wiliardi melalui Jerry Hermawan Lo.

4. Pembunuhan Tan Harry Tantono

Kasus ini terjadi pada tahun 2012 lalu. Tan Harry Tantono adalah bos PT Sanex Steel. Pengusaha yang akrab disapa Ayung ini santer diberitakan lantaran menjadi korban pembunuhan sadis.

Ayung tewas dengan luka tusuk di sekujur tubuhnya di kamar 2701 Swiss-Bel Hotel, Jakarta Pusat.

Pembunuhan ini terjadi pada Kamis 26 Januari 2012 dan melibatkan belasan orang kelompok Kei.

Baca juga: Wanita yang Sewa Pembunuh Bayaran untuk Eksekusi Ayah dan Anak Ternyata Istri Muda Korban

Kelompom Kei ini terkenal sebagai pentolan dalam bisnis pengawalan, jasa pengamanan dan penagihan utang di ibu kota.

Lima orang dari kelompok Kei ditangkap dan ditetapkan sebagai tersangka kasus pembunuhan berencana. Kelimanya adalah Candra, Tuce, Ancola, Dani dan Kupra.

Polisi juga menyeret pimpinan mereka, John Kei dan dua rekannya yang bernama Josep Hungan dan Muchlis B Sahab.

John Kei divonis Pengadilan Negeri, Jakarta Pusat dengan 12 tahun penjara dan dua rekannya masing-masing divonis 1,5 tahun penjara. Namun di tingkat Kasasi, Mahkamah Agung menambah hukuman John Kei menjadi 16 tahun penjara.

5. Kasus Pembunuhan Holly Angela Hayu Winanti

Pada tahun 2013 lalu, terjadi kasus pembunuhan Holly Angela Hayu Winanti tepatnya di lantai 9 AT, Tower Ebony, Kalibata City, Pancoran, Jakarta Selatan.

Polisi berhasil menangkap dua orang eksekutor Holly dan mengaku mendapat upah Rp 40-50 juta untuk membunuh istri siri pejabat Badan Pemerikasa Keuangan (BPK) itu.

Setelah mendalami kasus dengan meminta keterangan dua orang eksekutor tersebut, polisi berhasil menetapkan suami siri Holly, Gatot Supiartono yang juga pejabat BPK sebagai tersangka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Sarkofagus Ramses II Ditemukan berkat Hieroglif dengan Lambang Nama Firaun

Sarkofagus Ramses II Ditemukan berkat Hieroglif dengan Lambang Nama Firaun

Tren
Kapan Pengumuman Tes Online Tahap 2 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Kapan Pengumuman Tes Online Tahap 2 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Tren
Saat Korea Utara Terbangkan Balon Udara Berisi Sampah dan Kotoran ke Wilayah Korsel...

Saat Korea Utara Terbangkan Balon Udara Berisi Sampah dan Kotoran ke Wilayah Korsel...

Tren
China Hukum Mati Pejabat yang Terima Suap Rp 2,4 Triliun

China Hukum Mati Pejabat yang Terima Suap Rp 2,4 Triliun

Tren
Kandungan dan Kegunaan Susu Evaporasi, Kenali Pula Efek Sampingnya!

Kandungan dan Kegunaan Susu Evaporasi, Kenali Pula Efek Sampingnya!

Tren
Pekerja Tidak Bayar Iuran Tapera Terancam Sanksi, Apa Saja?

Pekerja Tidak Bayar Iuran Tapera Terancam Sanksi, Apa Saja?

Tren
Pedangdut Nayunda Minta ke Cucu SYL agar Dijadikan Tenaga Honorer Kementan, Total Gaji Rp 45 Juta

Pedangdut Nayunda Minta ke Cucu SYL agar Dijadikan Tenaga Honorer Kementan, Total Gaji Rp 45 Juta

Tren
Berapa Gaji Komite BP Tapera? Ada Menteri Basuki dan Sri Mulyani

Berapa Gaji Komite BP Tapera? Ada Menteri Basuki dan Sri Mulyani

Tren
Daftar Orang Terkaya Indonesia Versi Forbes dan Bloomberg Akhir Mei 2024

Daftar Orang Terkaya Indonesia Versi Forbes dan Bloomberg Akhir Mei 2024

Tren
Cara Download Aplikasi JMO (Jamsostek Mobile), Bayar Iuran BPJS Ketenagakerjaan Jadi Lebih Mudah

Cara Download Aplikasi JMO (Jamsostek Mobile), Bayar Iuran BPJS Ketenagakerjaan Jadi Lebih Mudah

Tren
Syarat Kredit Rumah Pakai Tapera dan Kelompok Prioritas Penerimanya

Syarat Kredit Rumah Pakai Tapera dan Kelompok Prioritas Penerimanya

Tren
Biar Ibadah Haji Lancar, Ini 4 Hal yang Wajib Dipersiapkan Jemaah

Biar Ibadah Haji Lancar, Ini 4 Hal yang Wajib Dipersiapkan Jemaah

BrandzView
Israel Klaim Kuasai Koridor Philadelphia, Berisi Terowongan untuk Memasok Senjata ke Hamas

Israel Klaim Kuasai Koridor Philadelphia, Berisi Terowongan untuk Memasok Senjata ke Hamas

Tren
KCIC Luncurkan Frequent Whoosher Card untuk Penumpang Kereta Cepat, Tiket Bisa Lebih Murah

KCIC Luncurkan Frequent Whoosher Card untuk Penumpang Kereta Cepat, Tiket Bisa Lebih Murah

Tren
Intip Kehidupan Mahasiswa Indonesia di UIM Madinah, Beasiswa '1.000 Persen' dan Umrah Tiap Saat

Intip Kehidupan Mahasiswa Indonesia di UIM Madinah, Beasiswa "1.000 Persen" dan Umrah Tiap Saat

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com