Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kecelakaan Kereta di Bandung, Ahli Transportasi ITB Soroti 3 Hal yang Perlu Diperbaiki

Berdasarkan data sementara dari Kabid Humas Polda Jawa Barat, Kombes Pol Ibrahim Tompo, per Jumat siang, terdapat empat korban meninggal dunia dalam tabrakan kereta di Bandung itu. Keempat korban adalah petugas PT Kereta Api Indonesia (KAI).

"Informasi korban yang terbaru itu sebanyak 28 korban terluka, kemudian yang meninggal ada empat orang," katanya, seperti diberitakan Antara, Jumat sore.

Analisis pakar ikhwal penyebab kecelakaan kereta di Bandung

Musibah kecelakaan kereta api di Cicalengka ini mendapat sorotan dari ahli transportasi dari Kelompok Keahlian Rekayasa Transportasi, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan (FTSL), Institut Teknologi Bandung (ITB) Sony Sulaksono Wibowo. 

Menurut Sony, kecelakaan kereta rawan terjadi di jalur kereta api tunggal atau single track, seperti di Cicalengka, Kabupaten Bandung.

"Kasus kecelakaan itu terjadi di jalur KA tunggal. Pada jalur seperti ini, penggunaannya bergantian dan biasanya ada prioritas," ujarnya kepada Kompas.com, Jumat (5/1/2024).

Sony menjelaskan, KA Turangga yang melaju jarak jauh dari Stasiun Gubeng, Surabaya menuju Stasiun Bandung semestinya diprioritaskan saat melaju di jalur tunggal seperti pada lokasi kecelakaan.

"KA Lokal Bandung Raya seharusnya menunggu KA Turangga lewat dari stasiun terdekat. Setelahnya, baru kereta lokal masuk ke jalur utama." jelas dia. 

Dalam pengamatan Sony, ada unsur miskomunikasi sebagai salah satu faktor penyebab kecelakaan KA Turangga kontra KA Lokal Bandung Raya.

"Kejadian tadi ada indikasi terjadi miskomunikasi sehingga kereta bisa tabrak adu banteng (berhadap-hadapan)," kata dia.

Berkaca dari kecelakaan kereta api di Cicalengka tersebut, Sony menyoroti beberapa hal yang perlu diperbaiki PT Kereta Api Indonesia (KAI) Persero selaku operator transportasi publik ini.

KAI perlu bangun jalur ganda

Sony mengatakan masih terdapat jalur tunggal di jalur kereta api Indonesia. Hal tersebut menjadikan jalur tersebut rawan kecelakaan.

Karena itu, dia mendorong KAI untuk segera membangun jalur kereta api yang ganda agar tidak terjadi kecelakaan serupa.

Jalur ganda atau double track memungkinkan dua kereta api bisa masuk ke arah yang sama tanpa perlu menunggu bergantian lewat.

"Hal yang menjadi perbaikan adalah sebenarnya segera pembangunan double track lajur selatan diselesaikan," tegas dia.

Menurut dia, saat ini jalur ganda baru ada di lajur utara arah Stasiun Cicalengka. Sementara pembangunan di lajur selatan tertunda.

Belum ada sistem peringatan dini

Di sisi lain, Sony juga mengimbau agar KAI menyediakan sistem signal dan isyarat khusus keberadaan suatu kereta di jalur tunggal.

Dia menilai, belum ada sistem peringatan dini atau early warning system otomatis di jalur tunggal yang menjadi lokasi kecelakaan.

"Model early warning system secara manual sudah lama dilakukan oleh PT KAI dengan melibatkan petugas-petugas lapangan yang rutin patroli," tambah dia.

Atas sebab itu, dia meminta penempatan sistem peringatan dini di jalur-jalur kereta yang masih tunggal.

“Ada kemungkinan karena miskomunikasi. Apakah salah dari sinyalnya atau salah dari masinisnya, atau salah dari isyaratnya. Karena ada komunikasi lewat sinyal dan lewat isyarat,” ujarnya.

Karena itu, Sony meminta sumber daya manusia yang terlibat untuk terus ditingkatkan. Menurutnya, mereka merupakan garda depat keselamatan yang punya tanggung jawab sangat besar.

Peningkatan dari berbagai kemungkinan penyebab masalah di lapangan terkait komunikasi juga, katanya, perlu segera dilakukan.

Peningkatan ini dapat berupa perbaikan-perbaikan sinyal hingga komunikasi isyarat di jalur yang masih jalur tunggal.

“Karena bagaimana pun juga kereta api masih menjadi salah satu angkutan favorit untuk jarak jauh, terutama saat musim liburan,” imbuhnya.

Keamanan penumpang cukup terjamin

Sementara itu, PT KAI memastikan tidak ada penumpang yang menjadi korban meninggal dunia dalam kecelakaan KA Turangga dan KA Lokal Bandung Raya.

Sony berpendapat, hal ini terjadi karena PT KAI menerapkan urutan gerbong kereta yang berkaitan dengan keselamatan penumpang.

"Pengalaman dari kecelakaan sebelumnya, maka di belakang lokomotif tidak ada kereta penumpang," katanya.

Dia menyebut, gerbong di belakang lokomotif biasanya ditempati untuk gerbong barang, gerbong makan, atau gerbong pembangkit.

Sementara gerbong kereta penunpang ada di urutan ketiga. Hal ini membuat penumpang relatif lebih aman saat terjadi kecelakaan.

"Kereta apai relatif cukup aman dibandingkan dengan bus," pungkas Sony.

https://www.kompas.com/tren/read/2024/01/05/185000665/kecelakaan-kereta-di-bandung-ahli-transportasi-itb-soroti-3-hal-yang-perlu

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke