Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Bisakah Kapur Barus dan Karbol Mengusir Tikus?

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan awal musim hujan 2023/2024 terjadi di Indonesia pada Oktober hingga Desember 2023.

Sementara itu, puncak musim hujan 2023/2024 di sebagian besar wilayah Indonesia diprakirakan terjadi pada Januari dan Februari 2024.

Untuk mencegah serangan hama, pemilik rumah biasanya dapat memanfaatkan kapur barus serta karbol.

Lalu, biasakah kapur barus dan karbol digunakan untuk mengusir tikus?

Mengusir tikus dengan kapur barus

Pakar tikus dari Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, IPB Swastiko Priyambodo mengungkapkan bahwa kapur barus bisa digunakan untuk mengusir tikus.

"Bisa, tapi sifat pengusirannya tidak total 100 persen, artinya ada beberapa tikus yang masih tidak terusir oleh kapur barus ini," ujarnya kepada Kompas.com, Jumat (20/10/2023).

Menurut Swastiko, kapur barus mengeluarkan bau yang menyengat sehingga tidak disukai tikus.

Hewan pengerat tersebut tidak suka bau yang tajam karena memiliki indera penciuman yang sangat sensitif seperti anjing.

Namun, katanya, kapur barus tidak mengandung bahan berbahaya sehingga tidak bisa membunuh tikus.

Meski bisa mengusir tikus, Swastiko menyebut kapur barus tidak bisa membunuh seluruh hewan pengerat itu.

"Uji terakhir yang kami lakukan di IPB, tingkat repelensi kamper (kapur barus) 87 persen, artinya dari 100 tikus yang kita uji, ada 13 tikus yang tidak terusir," tambah dia.

Menurutnya, literatur membuktikan tikus tidak terusir oleh kapur barus karena memiliki insting dasar untuk selalu ingin mencoba hal-hal yang baru. 

"Karbol dan kamper sudah cukup efektif mengusir tikus dibandingkan bahan tumbuhan," katanya.

Menurut dia, terdapat beberapa bahan tanaman yang dapat mengusir tikus seecara alami. Namun, tanaman ini tidak ampuh mengusirnya 100 persen.

"Buah bintaro, daun nangka, daun mint juga dapat mengusir tikus. Ya, walau tidak signifikan," tambah dia lagi.

Kapan musim tikus masuk rumah?

Di sisi lain, Swastiko mengungkapkan, tikus yang sering masuk ke rumah dapat muncul sewaktu-waktu di musim apa pun.

"Yang membedakan lebih pada tersedianya sumber daya (di rumah) yaitu keberadaan makanan dan sarang," jelasnya.

Tikus, kata Swastiko, umumnya suka makanan biji-bijian. Namun, tikus yang muncul di rumah dan pemukiman lebih terbiasa makan sisa makanan manusia.

Karena itu, mereka akan lebih banyak muncul di rumah yang kotor dengan rempah makanan sisa manusia. Tikus akan makan apa pun makanan manusia yang tercecer.

Sementara tikus sawah yang muncul saat pertanaman padi sangat dipengaruhi oleh umur tanaman padi.

Di fase generatif saat tanaman padi tumbuh, kata dia, populasi tikus di sawah akan meningkat.

"Di Jerman atau negara dengan empat musim, kehadiran tikus sangat dipengaruhi oleh musim," imbuhnya.

Tikus akan lebih banyak muncul di musim panas saat suasana hangat. Sementara di musim dingin, hewan pengerat ini akan berhibernasi di sarangnya.

https://www.kompas.com/tren/read/2023/10/22/133000165/bisakah-kapur-barus-dan-karbol-mengusir-tikus-

Terkini Lainnya

BPOM Rilis 76 Obat Tradisional Tidak Memenuhi Syarat dan BKO, Ini Daftarnya

BPOM Rilis 76 Obat Tradisional Tidak Memenuhi Syarat dan BKO, Ini Daftarnya

Tren
Update Banjir Sumbar: Korban Meninggal 41 Orang, Akses Jalan Terputus

Update Banjir Sumbar: Korban Meninggal 41 Orang, Akses Jalan Terputus

Tren
Ini Penyebab Banjir Bandang Landa Sumatera Barat, 41 Orang Dilaporkan Meninggal

Ini Penyebab Banjir Bandang Landa Sumatera Barat, 41 Orang Dilaporkan Meninggal

Tren
Gara-gara Mengantuk, Pendaki Gunung Andong Terpeleset dan Masuk Jurang

Gara-gara Mengantuk, Pendaki Gunung Andong Terpeleset dan Masuk Jurang

Tren
Badai Matahari Mei 2024 Jadi yang Terkuat dalam 20 Tahun Terakhir, Apa Saja Dampaknya?

Badai Matahari Mei 2024 Jadi yang Terkuat dalam 20 Tahun Terakhir, Apa Saja Dampaknya?

Tren
5 Temuan Polisi soal Kondisi Bus yang Kecelakaan di Subang, Bekas AKDP hingga Rangka Berubah

5 Temuan Polisi soal Kondisi Bus yang Kecelakaan di Subang, Bekas AKDP hingga Rangka Berubah

Tren
Nilai Tes Online Rekrutmen BUMN Tiba-tiba Turun di Bawah Standar, Ini Kronologinya

Nilai Tes Online Rekrutmen BUMN Tiba-tiba Turun di Bawah Standar, Ini Kronologinya

Tren
Pakai Cobek dan Ulekan Batu Disebut Picu Batu Ginjal, Ini Faktanya

Pakai Cobek dan Ulekan Batu Disebut Picu Batu Ginjal, Ini Faktanya

Tren
7 Pilihan Ikan Tinggi Zat Besi, Hindari Kurang Darah pada Remaja Putri

7 Pilihan Ikan Tinggi Zat Besi, Hindari Kurang Darah pada Remaja Putri

Tren
Pendaftaran CPNS 2024: Link SSCASN, Jadwal, dan Formasinya

Pendaftaran CPNS 2024: Link SSCASN, Jadwal, dan Formasinya

Tren
6 Tanda Tubuh Terlalu Banyak Konsumsi Garam

6 Tanda Tubuh Terlalu Banyak Konsumsi Garam

Tren
BMKG Sebut Badai Matahari Ganggu Jaringan Starlink Milik Elon Musk

BMKG Sebut Badai Matahari Ganggu Jaringan Starlink Milik Elon Musk

Tren
Suhu di Semarang Disebut Lebih Panas dari Biasanya, Ini Penyebabnya Menurut BMKG

Suhu di Semarang Disebut Lebih Panas dari Biasanya, Ini Penyebabnya Menurut BMKG

Tren
Selalu Merasa Lapar Sepanjang Hari? Ketahui 12 Penyebabnya

Selalu Merasa Lapar Sepanjang Hari? Ketahui 12 Penyebabnya

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 13-14 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 13-14 Mei 2024

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke