Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Warga Korea Selatan "Panic Buying" Garam, Dipicu Rencana Jepang Buang Limbah Nuklir

KOMPAS.com - Warga Korea Selatan panic buying garam laut dan menimbunnya bersama berbagai makanan laut dalam jumlah besar.

Dikutip dari Indepedent, Kamis (6/7/2023), warga Negeri Gingseng rama-ramai memborong garam setelah Jepang bersiap membuang air olahan limbah radioaktif dari pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima ke laut.

Walaupun Jepang belum menetapkan tanggal kapan mereka akan membuang limbah radioaktifnya, namun pengumuman rencana itu telah membuat masyarakat Korea Selatan khawatir.

"Saya baru saja membeli lima kilogram garam," kata seorang ibu berusia 38 tahun, Lee Young-min.

Ia mengaku tak bisa hanya berdiam diri saja dengan rencana Jepang. Bagaimanapun, ia ingin memberikan makanan yang aman untuk kedua anaknya.

"Saya datang untuk membeli garam tapi tidak ada yang tersisa. Terakhir kali saya datang juga tidak ada," kata warga lainnya, Kim Myung-ok (73).

Warganet di media sosial Korea Selatan juga ramai mengunggah ajakan agar membeli garam maupun makanan laut dalam jumlah banyak.

Bahkan seorang warganet mengaku telah membeli rumput laut dan ikan teri, serta sekantong besar garam untuk persediaan selama tiga tahun.

Permintaan melonjak, harga naik

Seorang pemilik toko grosir garam di Seoul, Hyun Yong-gil mengatakan, penjualan garam meningkat 40 hingga 50 persen dalam beberapa waktu terakhir.

Selain itu, harga garam menurutnya juga merangkak naik.

"Akhir-akhir ini kami mendapatkan lebih banyak pelanggan dari biasanya dan banyak dari mereka tampaknya khawatir dengan rencana pelepasan air limbah," katanya dikutip dari Reuters.

Kepanikan yang terjadi di Korea Selatan membuat harga garam melonjak hingga 27 persen pada bulan Juni dibandingkan periode dua bulan sebelumnya.

Meski demikian, pejabat setempat menyebut kenaikan harga terjadi karena faktor cuaca dan produksi yang lebih rendah.

Otoritas Perikanan Korea Selatan sejauh ini telah berjanji akan terus memantau tambak garam dan menginformasikan jika ada peningkatan kadar zat radioaktif.

Otoritas juga akan melarang penggunaan makanan laut yang diambil dari perairan dekat Fukushima.

Di sisi lain, saham produsen garam serta makanan laut di Korea Selatan meningkat dalam beberapa hari terakhir. Peningkatan saham juga terlihat pada produsen tuna kaleng.

Air limbah diklaim aman

Jepang direncanakan akan melepaskan lebih dari 1 juta metrik ton air limbah ke Samudera Pasifik.

Air tersebut merupakan air yang digunakan untuk mendinginkan reaktor nuklir yang rusak di pembangkit listrik Fukushima setelah Jepang dilanda gempa bumi dan tsunami pada 2011.

Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional (IAEA) Rafael Mariano Grossi sebelumnya telah mengatakan, metode yang akan dilakukan Jepang laik secara teknis dan sejalan dengan praktik internasional.

Pemerintah Jepang juga telah berulangkali meyakinkan bahwa air yang akan dibuang aman dan telah disaring.

Penyaringan bertujuan menghilangkan sebagian besar isotop meskipun masih mengandung tritium, isotop hidrogen yang sulit dipisahkan dari air.

Ditentang warga Korea Selatan, Dikutuk China

Meski demikian, sebuah survei memperlihatkan lebih dari 85 persen masyarakat Korea Selatan menentang rencana Jepang tersebut.

Tujuh dari 10 orang mengaku mereka akan mengonsumsi lebih sedikit makanan laut jika Jepang tetap menjalankan rencananya membuang limbah.

China juga mengutuk langkah Jepang dan menuduh negara itu kurang transparan.

Mereka juga menyebut apa yang Jepang lakukan adalah ancaman bagi lingkungan laut dan kesehatan masyarakat dunia.

https://www.kompas.com/tren/read/2023/07/06/191500565/warga-korea-selatan-panic-buying-garam-dipicu-rencana-jepang-buang-limbah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke