Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Tertatih-tatih Belajar Kemanusiaan

Dalam menempuh proses pembelajaran, saya merasa sangat terpukul tatkala tanpa berdaya apapun terpaksa menyaksikan penderitaan rakyat miskin di Jakarta terutama masyarakat Bukit Duri yang digusur oleh penguasa secara sempurna melanggar hukum dan HAM pada tanggal 28 September 2016.

Saya merasa harus lebih mendalam menghayati makna kemanusiaan yang sejatinya.

Maka saya mendirikan Sanggar Pembelajaran Kemanusiaan sebagai wadah bagi saya sendiri untuk mempelajari kemanusiaan di masa sisa hidup saya yang makin mendekati ajal ini.

Saya mempelajari kasus penderitaan masyarakat tergusur seperti yang dialami berulang kali oleh Ir Joko Widodo pada masa kanak-kanak di Solo, rakyat miskin Kampung Pulo, Kalijodo, Kampung Akuarium, Tulang Bawang, Kendeng, Sidoarjo, Kalimantan, Papua dan lain sebagainya.

Dari Sandyawan Sumardi saya mempelajari kisah perjuangan kemanusiaan para tokoh teologi pembebasan seperti Oscar Romero dan Pedro Arrupe maupun yang sekular seperti rekan Fidel Castro, Che Guevara.

Terkini dari Prof Siti Murtiningsih saya mulai belajar tentang teori pendidikan radikal Paolo Freier sebagai tokoh pembela petani dan pekerja yang sempat dijebloskan ke penjara oleh rezim militer akibat keberpihakan terhadap kaum tertindas di Brasil.

Dan sudah barang tentu hukumnya wajib saya berusaha memetik pelajaran kearifan dari kisah perjuangan kemanusiaan secara nyata paripurna lahir-batin dengan hidup bersama kaum papa dan tertindas di Kolkata yang dilakukan oleh Ibu Teresa.

Dari pengalaman tertatih-tatih belajar kemanusiaan saya prihatin menyaksikan gejala kemanusiaan akhir-akhir ini mengalami inflasi makna akibat kerap disalah-tafsirkan bahkan disalah-gunakan sebagai deodoran atau kedok untuk menutupi kemelut sepak-terjang nirkemanusiaan di panggung politik dan bisnis.

Kemanusiaan dianggap sebagai kearifan cengeng bahkan unsur mubazir yang menghambat gerak laju apa yang disebut sebagai pembangunan infrastruktur

Berdasar apa yang sedikit saya pelajari di Sanggar Pembelajaran Kemanusian untuk sementara ini saya memberanikan mengambil kesimpulan bahwa pada hakikatnya kemanusiaan tergolong kearifan bukan untuk diperdebatkan, namun untuk nyata diejawantahkan menjadi kenyataan sikap dan perilaku sesuai sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab serta ajaran kasih-sayang segenap agama maupun naluri dan nurani kearifan yang menyelinap hadir di lubuk sanubari setiap insan manusia.

Syukur Alhamdullilah, PBB sudah mendeklarasikan Agenda Pembangunan Berkelanjutan yang siap didayagunakan oleh setiap negara di planet bumi ini sebagai pedoman pembangunan infrastruktur tanpa harus melanggar asas-asas kemanusiaan yang adil dan beradab.

Kemanusiaan siap didayagunakan bukan sebagai penghambat, namun justru pendukung pembangunan peradaban gemah ripah loh jinawi tata tenteram kerta raharja di marcapada yang hanya satu bahkan satu-satunya ini. MERDEKA!

https://www.kompas.com/tren/read/2023/06/26/165550765/tertatih-tatih-belajar-kemanusiaan

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke