Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Hari Ini dalam Sejarah: Pesawat Garuda Indonesia Jatuh di Jepang, 3 Orang Tewas

Akibat insiden ini, tiga orang dilaporkan tewas dan puluhan lainnya luka-luka. 

Pesawat jenis Douglas DC-10 dari pabrikan McDonnell Douglas ini dijadwalkan terbang dengan rute penerbangan Fukuoka-Denpasar-Jakarta.

Namun pesawat gagal lepas landas di landasan pacu 16 Bandara Fukuoka karena terbakar dan terbelah menjadi tiga bagian. 

Penumpang kebanyakan adalah para turis yang akan berlibur dan para pengantin baru yang ingin berbulan madu di Bali.

Dikutip dari Harian Kompas, 14 Juni 1996, sebelumnya pesawat dalam kondisi layak terbang.

Bahkan, pesawat sempat menjalani perawatan menjelang terbang dari Jepang ke Indonesia sesuai dengan prosedur yang berlaku dan dilakukan pihak Japan Airlines (JAL).

Disebutkan bahwa mesin pesawat yang terbakar juga baru diganti pada 25 Januari 1995 atau setahun sebelum kejadian.

Pesawat tersebut keluar landasan sejauh sekitar 500 meter, dengan perangkat roda dan kedua mesin copot dari kedudukannya.

Namun, keterangan itu disebut kurang masuk akal. Sebab kecepatan diperkirakan masih berada di bawah decision speed V1 atau sekitar 150 knot.

Jika pesawat sudah mengudara, potensi korban meninggal akan lebih banyak.

Sementara itu, seorang penumpang bernama Kazumi Yoshi-take (28) menerangkan, sebelum pesawat jatuh, sempat terjadi getaran keras.

"Semula saya kira itu adalah getaran biasa yang biasa kita rasakan saat pesawat mengudara. Tapi tiba-tiba ada benturan keras dan saya merasakan pesawat bergetar lebih keras," ujarnya.

Beberapa detik kemudian, ia mendapatkan kabin DC-10 diselimuti asap pekat. Beberapa penumpang pun keluar melalui pintu evakuasi. 

Beberapa penumpang lain disebut ada yang merangkak melalui celah patah badan pesawat, lalu melompat keluar dari DC-10 yang tengah diamuk api.

Sekitar 30 mobil pemadam kebakaran dikerahkan untuk memadamkan kobaran api dengan menyemprotkan cairan busa ke pesawat yang terbelah menjadi tiga.


Hasil penyelidikan Kementerian Transportasi Jepang

Aircraft Accident Investigation Committee Kementerian Transportasi Jepang menyimpulkan, penyebab kecelakaan tersebut adalah kerusakan mesin kanan General Electric CF6-50C.

Kerusakan itu memaksa Kapten Ronald R Longdong mengambil keputusan abortive take-off dan tidak mengudara, dikutip dari Harian Kompas, 17 Juni 1996.

Mereka juga menyimpulkan bahwa mesin nomor dua (di ekor pesawat) berfungsi baik sewaktu akan lepas landas.

Lubang yang terdapat setelah pesawat gagal lepas landas, disebabkan oleh benturan pylon roda yang lepas dari kedudukannya dan membuat lubang tersebut.

Menurut pihak Jepang, tindakan pilot yang melakukan abortive take-off melanggar ketentuan penerbangan internasional.

Dalam kondisi itu, pilot seharusnya membawa pesawat lepas landas dan kembali mendarat jika terjadi gangguan pada salah satu dari tiga mesin pesawat.

Keputusan pilot dipuji

Namun, Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Republik Indonesia Zainuddin Sikado justru memuji keputusan pilot.

Menurut Zainuddin, jika pilot tidak melakukan pendaratan darurat maka kecelakaan akan berpotensi lebih parah.

Dasarnya adalah dari fakta lapangan, DC-10 PK-GIE sewaktu meluncur dengan kecepatan sekitar 147 knot, pilot mulai menarik kemudi untuk menaikkan hidung pesawat, terjadi getaran keras pada mesin kanan dan pesawat tidak bereaksi atas perintah naik yang diberikan.

"Kita analisa, kemungkinan sistem hidroliknya juga terganggu dan mempengaruhi kerja sistem kemudi dan flaps. Kami dapatkan di tempat kejadian full flaps down, padahal (untuk lepas landas) tidak pakai full flaps," jelas Sikado.

https://www.kompas.com/tren/read/2023/06/13/060000765/hari-ini-dalam-sejarah-pesawat-garuda-indonesia-jatuh-di-jepang-3-orang

Terkini Lainnya

Prakiraan BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 30-31 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 30-31 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Ini yang Terjadi jika Tidak Memadankan NIK dan NPWP | La Nina Muncul Juni, Apa Dampaknya bagi Indonesia?

[POPULER TREN] Ini yang Terjadi jika Tidak Memadankan NIK dan NPWP | La Nina Muncul Juni, Apa Dampaknya bagi Indonesia?

Tren
Misteri Mayat Dalam Toren di Tangsel, Warga Mengaku Dengar Keributan

Misteri Mayat Dalam Toren di Tangsel, Warga Mengaku Dengar Keributan

Tren
China Blokir “Influencer” yang Hobi Pamer Harta, Tekan Materialisme di Kalangan Remaja

China Blokir “Influencer” yang Hobi Pamer Harta, Tekan Materialisme di Kalangan Remaja

Tren
Poin-poin Draft Revisi UU Polri yang Disorot, Tambah Masa Jabatan dan Wewenang

Poin-poin Draft Revisi UU Polri yang Disorot, Tambah Masa Jabatan dan Wewenang

Tren
Simulasi Hitungan Gaji Rp 2,5 Juta setelah Dipotong Iuran Wajib Termasuk Tapera

Simulasi Hitungan Gaji Rp 2,5 Juta setelah Dipotong Iuran Wajib Termasuk Tapera

Tren
Nilai Tes Online Tahap 2 Rekrutmen Bersama BUMN 2024 di Atas Standar Belum Tentu Lolos, Apa Pertimbangan Lainnya?

Nilai Tes Online Tahap 2 Rekrutmen Bersama BUMN 2024 di Atas Standar Belum Tentu Lolos, Apa Pertimbangan Lainnya?

Tren
Mulai 1 Juni, Dana Pembatalan Tiket KA Dikembalikan Maksimal 7 Hari

Mulai 1 Juni, Dana Pembatalan Tiket KA Dikembalikan Maksimal 7 Hari

Tren
Resmi, Tarik Tunai BCA Lewat EDC di Retail Akan Dikenakan Biaya Rp 4.000

Resmi, Tarik Tunai BCA Lewat EDC di Retail Akan Dikenakan Biaya Rp 4.000

Tren
Orang Terkaya Asia Kembali Gelar Pesta Prewedding Anaknya, Kini di Atas Kapal Pesiar Mewah

Orang Terkaya Asia Kembali Gelar Pesta Prewedding Anaknya, Kini di Atas Kapal Pesiar Mewah

Tren
Ngaku Khilaf Terima Uang Rp 40 M dari Proyek BTS 4G, Achsanul Qosasi: Baru Kali Ini

Ngaku Khilaf Terima Uang Rp 40 M dari Proyek BTS 4G, Achsanul Qosasi: Baru Kali Ini

Tren
Poin-poin Revisi UU TNI yang Tuai Sorotan

Poin-poin Revisi UU TNI yang Tuai Sorotan

Tren
Tak Lagi Menjadi Sebuah Planet, Berikut 6 Fakta Menarik tentang Pluto

Tak Lagi Menjadi Sebuah Planet, Berikut 6 Fakta Menarik tentang Pluto

Tren
Daftar 146 Negara yang Mengakui Palestina dari Masa ke Masa

Daftar 146 Negara yang Mengakui Palestina dari Masa ke Masa

Tren
Apa Itu Tapera, Manfaat, Besaran Potongan, dan Bisakah Dicairkan?

Apa Itu Tapera, Manfaat, Besaran Potongan, dan Bisakah Dicairkan?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke