Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Benarkah Thrifting Baju Impor Bekas Ganggu Industri Tekstil Lokal? Ini Kata Desainer dan Pengamat Mode

Hal ini terlihat dari keputusan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop UMKM) yang resmi melarang penjualan baju bekas impor.

Menurut Presiden Joko Widodo (Jokowi) hal ini karena bisnis impor pakaian bekas dianggap sangat mengganggu industri tekstil dalam negeri. Ia kemudian meminta agar bisnis impor pakaian bekas ditelusuri dan ditindak.

"Sudah saya perintahkan untuk mencari betul. Dan sehari, dua hari sudah banyak yang ketemu. Itu mengganggu industri tekstil di dalam negeri," ujarnya di Istora GBK, Jakarta, Rabu (15/3/2023).

"Yang namanya impor pakaian bekas. Mengganggu. Sangat mengganggu industri dalam negeri kita," lanjutnya lagi menegaskan.

Lalu, benarkah thriftting atau berburu pakaian impor bekas menganggu industri tekstil dalam negeri?

Bukan penyebab utama

Fashion designer merek Rengganis dan Indische sekaligus Vice Executive Chairman Indonesian Fashion Chamber (IFC) Riri Rengganis mengungkapkan, penjualan pakaian impor bekas bukanlah hal utama yang menganggu industri tekstil lokal.

"Yang banyak itu barang jadi impor dari China, bukan barang bekas impor," ujarnya kepada Kompas.com, Selasa (21/3/2023).

Riri menjelaskan, thrifting adalah membeli barang bekas, bisa lokal maupun impor. Tindakan itu sejatinya tidak salah.

Namun, impor barang bekas adalah tindakan ilegal karena barang yang masuk tidak terkontrol. Ada yang bagus layak dipakai ulang, ada juga yang tidak layak jadi sama dengan sampah.

"Impor barang bekas ilegal itu yang jadi masalah, bukan thrifting-nya, dan musuh UMKM yang lebih besar itu impor produk jadi dari China daripada produk impor barang bekas itu," tegasnya.

Menurutnya, daripada produk impor bekas, barang jadi impor dari China lebih jelas menjadi pesaing bagi industri lokal. Barang dalam negeri, baginya, juga kalah jauh dari barang impor.

"Karena produk jadi China harganya juga di bawah harga produk lokal pada umumnya. Tapi kan ini masalah semua negara nggak cuma Indonesia," lanjut Riri.

Ia menyebut, infrastruktur industri tekstil di China lebih bagus dan efisien, dari segi SDM, teknologi, dan bahan baku. Proses produksinya juga dilakukan secara massal.

"Otomatis production cost lebih murah daripada kebanyakan negara lain." tambahnya.

Meski begitu, ia tidak memungkiri bahwa jual beli baju bekas atau thrifting memang menjadi pesaing bagi produk lokal.

Hal ini karena harga jual barang thrift yang lebih murah. Namun, menurutnya, tidak ada data pasti yang menyebut baju bekas jadi penyebab utama industri dalam negeri terganggu.

"Sedangkan kalau dilihat dari minat dan tren nggak ada patokan juga karena marketnya beda. Ada juga yang suka beli produk lokal maupun thrifting," lanjutnya.

Di sisi lain, produk bekas ini juga mengakibatkan dampak buruk bagi Indonesia. Negara ini jadi terpaksa menampung sampah negara lain.

Selain itu, pasar dalam negeri juga kebanjiran produk dengan harga terlalu murah. Ini akan mengganggu pasar produk merek lokal karena persaingannya jadi tidak sehat.

"Karena baju-baju bekas harganya lebih terjangkau dibandingkan dengan baju-baju produk UMKM tersebut," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Selasa (21/3/2023).

Kondisi ini, menurutnya, terutama akan mengancam industri tekstil lokal yang sebenarnya baru mulai bangkit setelah pandemi Covid-19.

Padahal, Marniati mengungkapkan bahwa industri tekstil lokal memiliki kualitas yang lebih baik daripada produk impor.

"Umumnya memproduksi bahan-bahan untuk baju-baju yang dipakai di daerah tropis, sejenis katun dan bahan dari serat alam lainnya, sehingga memang kalau dari kualitas dan kenyamanan digunakan lebih enak," jelasnya.

Marniati tidak mengelak kalau harga produk lokal lebih mahal bila dibandingkan dengan baju-baju impor. Namun, harga ini tidak terlepas dari besarnya biaya yang dikeluarkan produsen pakaian dalam negeri.

"Ada ongkos jahit, ada biaya produksi lain yang harus ditanggung oleh pengusaha konfeksi," tambahnya.

Solusi untuk UMKM

Pengamat mode dari Prodi Tata Rias dan Kecantikan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Christine Ulina Tarigan mengungkapkan, sebagian orang lebih suka membeli pakaian impor bekas karena harganya murah, sesuai tren, tidak sama dengan milik orang lain, dan bermerek ternama.

"Mereka lebih yakin dengan kekuatan atau ketahanan pakaian tersebut dibandingkan barang lokal. Mereka menganggap, itu aja sudah bekas masih kuat dan bisa dipakai lagi," ujarnya kepada Kompas.com, Selasa (21/3/2023).

Sebaliknya, orang-orang ini menganggap produk lokal mudah sobek atau benangnya tidak rapi. Hal ini, menurut Christine, perlu menjadi bahan evaluasi bagi UMKM industri tekstil di Indonesia.

"Perlu menciptakan produk-produk yang kualitasnya tidak kalah saing dari luar. Misalnya dari segi kekuatan, kerapihan jahit, model, warna, dan aksesorisnya," jelasnya.

Selain itu, produsen pakaian lokal sebaiknya beralih menggunakan bahan baku yang ramah lingkungan. Ini membuat produk itu bisa dipakai dalam jangka panjang atau diwariskan.

Contohnya, dari bahan katun organik, serat rami, kain linen, wol, serat bambu, kasmir, atau serat kedelai.

"Atau kain daur ulang. Misalnya, kain berbahan kimia dapat digunakan lagi untuk sarung bantal atau tas. Cukup membuat terobosan yang mengalihkan perhatian konsumen dari produk thrift shop ke produk lokal," tambahnya.

Menurut Christine, UMKM juga perlu menekan harga penjualan produk lokal agar tidak berbeda jauh dari pakaian impor bekas yang dijual toko thrift. Ini terutama ditujukan untuk menarik minat remaja sebagai kelompok yang paling mudah terpengaruh oleh iklan dan tren.

Ia menambahkan bahwa pihak pemerintah, UMKM, dan organisasi masyarakat perlu memberikan edukasi kepada masyarakat tentang bahaya dari penggunaan pakaian impor bekas.

"Indonesia harus membuat produk yang sama kuatnya, sama bagusnya, dengan harga yang sedikit miring. Ini bisa menjadi bahan evaluasi untuk membuat perekonomian UMKM berkembang kembali," pungkasnya.

https://www.kompas.com/tren/read/2023/03/22/113000765/benarkah-thrifting-baju-impor-bekas-ganggu-industri-tekstil-lokal-ini-kata

Terkini Lainnya

Duduk Perkara Kepala Bea Cukai Purwakarta Dibebastugaskan, Buntut Harta Kekayaan Tak Wajar

Duduk Perkara Kepala Bea Cukai Purwakarta Dibebastugaskan, Buntut Harta Kekayaan Tak Wajar

Tren
Ini yang Terjadi pada Tubuh Ketika Anda Latihan Beban Setiap Hari

Ini yang Terjadi pada Tubuh Ketika Anda Latihan Beban Setiap Hari

Tren
Pendaftaran Sekolah Kedinasan Dibuka Besok, Berikut Link, Jadwal, Formasi, dan Cara Daftar

Pendaftaran Sekolah Kedinasan Dibuka Besok, Berikut Link, Jadwal, Formasi, dan Cara Daftar

Tren
Ramai soal Ribuan Pendaki Gagal 'Muncak' di Gunung Slamet, PVMBG: Ada Peningkatan Gempa Embusan

Ramai soal Ribuan Pendaki Gagal "Muncak" di Gunung Slamet, PVMBG: Ada Peningkatan Gempa Embusan

Tren
Apa yang Terjadi pada Tubuh Saat Berhenti Minum Teh Selama Sebulan?

Apa yang Terjadi pada Tubuh Saat Berhenti Minum Teh Selama Sebulan?

Tren
Bisakah Hapus Data Pribadi di Google agar Jejak Digital Tak Diketahui?

Bisakah Hapus Data Pribadi di Google agar Jejak Digital Tak Diketahui?

Tren
Berapa Lama Jalan Kaki untuk Ampuh Menurunkan Kolesterol?

Berapa Lama Jalan Kaki untuk Ampuh Menurunkan Kolesterol?

Tren
Tragedi Biaya Pendidikan di Indonesia

Tragedi Biaya Pendidikan di Indonesia

Tren
Meski Tinggi Kolesterol, Ini Manfaat Telur Ikan yang Jarang Diketahui

Meski Tinggi Kolesterol, Ini Manfaat Telur Ikan yang Jarang Diketahui

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 14-15 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 14-15 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] UKT dan Uang Pangkal yang Semakin Beratkan Mahasiswa | Kronologi Kecelakaan Bus Subang

[POPULER TREN] UKT dan Uang Pangkal yang Semakin Beratkan Mahasiswa | Kronologi Kecelakaan Bus Subang

Tren
NASA Tunjukkan Rasanya Masuk ke Dalam Lubang Hitam

NASA Tunjukkan Rasanya Masuk ke Dalam Lubang Hitam

Tren
Usai Ditekuk Arsenal, Atap Stadion Manchester United Jebol dan Air Membanjiri Lapangan

Usai Ditekuk Arsenal, Atap Stadion Manchester United Jebol dan Air Membanjiri Lapangan

Tren
Venezuela Akan Jadi Negara Pertama yang Kehilangan Gletser, Berikutnya Indonesia

Venezuela Akan Jadi Negara Pertama yang Kehilangan Gletser, Berikutnya Indonesia

Tren
Film Vina: Sebelum 7 Hari Dikritik, Ini Kata Lembaga Sensor Film

Film Vina: Sebelum 7 Hari Dikritik, Ini Kata Lembaga Sensor Film

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke