Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Bingungologi Belajar Konstitusi

Kritik bahwa saya ngawur secara kelirumologis tepat dan benar, namun secara alasanologis cukup membingungkan baik dalam konteks subyektif maupun obyektif.

Subyektif akibat saya memang mudah merasa bingung sampai menggagas bingungologi.

Obyektif akibat setahu saya jabatan Perdana Menteri secara historis sudah terbukti nyata eksis di sistem tata negara Republik Indonesia sejak 1945 sampai dengan 1959.

Berarti secara konstitusional jabatan Perdana Menteri bukan sekadar diwacanakan, namun de facto sudah nyata diterapkan selama 14 tahun di persada Indonesia.

Wajar jika saya merasa bingung ketika menyarankan, sekali lagi menyarankan, berarti bukan memaksakan DPR meninjau kemungkinan jabatan PM dihidupkan kembali di Indonesia.

Tuduhan bahwa saya ngawur terasa membingungkan sebab di satu sisi paradoks dengan sejarah konstitusi Republik Indonesia, di sisi lain menyarankan DPR meninjau kemungkinan jabatan Perdana Menteri dihidupkan pada hakikatnya bukan inkonstitusional maka bukan ngawur.

Atau apakah berarti para sejarawan ngawur dalam menulis sejarah bahwa jabatan Perdana Menteri sudah hadir di Republik Indonesia sejak 1945 sampai dengan 1959?

Apakah Bung Hatta yang bersedia diangkat menjadi Perdana Menteri pada era Kabinet Hatta yang dibentuk pada 29 Januari 1948 berarti juga ngawur?

Namun yang malah makin membingungkan adalah saya disarankan untuk belajar konstitusi tanpa kejelasan konstitusi yang mana yang harus saya pelajari.

Begitu banyak jenis dan bentuk konstitusi baik secara tertulis mau pun tidak tertulis bermunculan bukan hanya di Indonesia, namun di berbagai negara di planet bumi ini.

Kecuali Inggris, Israel dan Saudi Arabia entah sengaja atau tidak sengaja memang tidak memiliki konstitusi tertulis, mungkin agar fleksibel sehingga mudah diganti- ganti sesuai kehendak penguasa yang sedang berkuasa. Mungkin.

Kritik saya harus belajar konstitusi membingungkan sebab tidak ada kejelasan saya harus belajar konstitusi yang mana karena begitu banyak tafsir berkeliaran tentang apa yang disebut sebagai konstitusi.

Apakah konstitusi yang digunakan sebagai alasan untuk melengserkan Raja Inggris James II yang dituduh melanggar konstitusi kerajaan Inggris yang dianggap konstitusi pada masa Revolusi Glorious itu?

Menurut warga Skotlandia, sikap Ratu Elisabeth I membiarkan Ratu Mary Stuart dipenggal kepalanya adalah inkonstitusional, namun menurut warga Inggris konstitusional.

Atau apakah yang harus saya pelajari adalah konstitusi yang disarankan oleh Viscount Bolingbroke pada tahun 1735 pada A Dissertation upon Parties yang bersifat mengambang sebagai gagasan belaka?

Atau konstitusi yang dipaksakan untuk diringkas agar bisa ditulis pada dokumen konstitusi Amerika Serikat yang disusun pada 17 September 1787 tetapi baru disahkan pada 21 Juni 1788 ? (Mohon jangan tuduh saya ngawur sebab data sejarah konstitusi USA bukan saya yang bikin, tetapi para sejarawan!).

Atau konstitusi Perancis yang berulang kali gonta-ganti sesuai sabda John Marshall pada tahun 1821 “The people made the Constitution, and the people can unmake it. It is the creature of their own will, and lives only by their will”?

Atau konstitusi Republik China yang jelas beda dari konstitusi Republik Rakyat China yang sejak tahun 1982 disahkan, namun setiap lima tahun kembali ditinjau demi disesuaikan dengan perkembangan kebutuhan?

Atau konstitusi yang telah terbukti disepakati untuk menetapkan Bung Karno menjadi Presiden seumur hidup?

Atau konstitusi yang sedang digadang-gadang pihak tertentu demi Presiden Jokowi tiga periode?

Atau konstitusi sapu jagad seperti Omnibus Law yang siap menyesuaikan tafsir konstitusional sesuai kebutuhan penguasa? Atau konstitusi yang mana?

Apalagi motivasi saya menyarankan resusitasi jabatan PM di Indonesia sebenarnya bukan konstitusional tetapi emosional berbelas-kasih kepada Presiden Indonesia yang harus kewalahan lahir-batin akibat harus merangkap tugas representatif sekaligus eksekutif.

Kasihan Presiden Jokowi sampai memberi tugas sedemikian bertumpuk-tumpuk dan berlapis-lapis kepada Luhut Binsar Panjaitan sehingga putra terbaik Indonesia kelahiran Silaen ini de facto sudah bertugas sebagai Perdana Menteri.

Dapat disimpulkan bahwa kritik yang menyarankan saya harus belajar konstitusi di samping membingungkan juga mubazir seperti menggarami samudra belaka.

Pada kenyataan saya memang sedang dengan susah-payah sambil jatuh-bangun sehingga babak-belur sedang belajar konstitusi tanpa kunjung berhasil menangkap makna konstitusi yang ternyata di samping beranekaragam juga lentur maka dinamis terus-menerus berubah makna secara berkelanjutan akibat peradaban umat manusia memang tidak mandeg namun terus-menerus berubah secara berkelanjutan sampai akhir jaman nanti apabila jaman memang akan berakhir.

Yang meyakini saya ngawur maka harus belajar konstitusi tidak perlu khawatir saya akan mampu dan mau memaksakan saran menghidupkan kembali jabatan Perdana Menteri di Indonesia.

Di samping tidak memiliki dana untuk membiayai sidang DPR juga sebagai rakyat jelata awam maka buta politik yang suara saya hanya dibutuhkan terbatas untuk memenangkan pemilu saja, saya sudah terbiasa berperan mubazir sebagai anjing menggonggong, khafilah berlalu.

Maka abaikan saja saran saya sesuai pesan Gus Dur Gitu Aja Kok Repot! MERDEKA!

https://www.kompas.com/tren/read/2022/06/16/050000065/bingungologi-belajar-konstitusi

Terkini Lainnya

Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Tren
Uji Coba Implan Otak Neuralink Pertama untuk Manusia Alami Masalah, Ini Penyebabnya

Uji Coba Implan Otak Neuralink Pertama untuk Manusia Alami Masalah, Ini Penyebabnya

Tren
BPOM Rilis 76 Obat Tradisional Tidak Memenuhi Syarat dan BKO, Ini Daftarnya

BPOM Rilis 76 Obat Tradisional Tidak Memenuhi Syarat dan BKO, Ini Daftarnya

Tren
Update Banjir Sumbar: Korban Meninggal 41 Orang, Akses Jalan Terputus

Update Banjir Sumbar: Korban Meninggal 41 Orang, Akses Jalan Terputus

Tren
Ini Penyebab Banjir Bandang Landa Sumatera Barat, 41 Orang Dilaporkan Meninggal

Ini Penyebab Banjir Bandang Landa Sumatera Barat, 41 Orang Dilaporkan Meninggal

Tren
Gara-gara Mengantuk, Pendaki Gunung Andong Terpeleset dan Masuk Jurang

Gara-gara Mengantuk, Pendaki Gunung Andong Terpeleset dan Masuk Jurang

Tren
Badai Matahari Mei 2024 Jadi yang Terkuat dalam 20 Tahun Terakhir, Apa Saja Dampaknya?

Badai Matahari Mei 2024 Jadi yang Terkuat dalam 20 Tahun Terakhir, Apa Saja Dampaknya?

Tren
5 Temuan Polisi soal Kondisi Bus yang Kecelakaan di Subang, Bekas AKDP hingga Rangka Berubah

5 Temuan Polisi soal Kondisi Bus yang Kecelakaan di Subang, Bekas AKDP hingga Rangka Berubah

Tren
Nilai Tes Online Rekrutmen BUMN Tiba-tiba Turun di Bawah Standar, Ini Kronologinya

Nilai Tes Online Rekrutmen BUMN Tiba-tiba Turun di Bawah Standar, Ini Kronologinya

Tren
Pakai Cobek dan Ulekan Batu Disebut Picu Batu Ginjal, Ini Faktanya

Pakai Cobek dan Ulekan Batu Disebut Picu Batu Ginjal, Ini Faktanya

Tren
7 Pilihan Ikan Tinggi Zat Besi, Hindari Kurang Darah pada Remaja Putri

7 Pilihan Ikan Tinggi Zat Besi, Hindari Kurang Darah pada Remaja Putri

Tren
Pendaftaran CPNS 2024: Link SSCASN, Jadwal, dan Formasinya

Pendaftaran CPNS 2024: Link SSCASN, Jadwal, dan Formasinya

Tren
6 Tanda Tubuh Terlalu Banyak Konsumsi Garam

6 Tanda Tubuh Terlalu Banyak Konsumsi Garam

Tren
BMKG Sebut Badai Matahari Ganggu Jaringan Starlink Milik Elon Musk

BMKG Sebut Badai Matahari Ganggu Jaringan Starlink Milik Elon Musk

Tren
Suhu di Semarang Disebut Lebih Panas dari Biasanya, Ini Penyebabnya Menurut BMKG

Suhu di Semarang Disebut Lebih Panas dari Biasanya, Ini Penyebabnya Menurut BMKG

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke