Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mematrakan Kematraan Matra

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia makna matra beranekaragam terkait bidang, misalnya, 1) ukuran tinggi, panjang, atau lebar; dimensi; 2) ukuran banyaknya tekanan irama (dalam musik); 3 bagan yang dipakai dalam penyusunan baris sajak yang berhubungan dengan jumlah, panjang, atau tekanan suku kata (dalam sastra).

Satu di antara sekian banyak sinonim matra adalah dimensi.

Geometri

Di khasanah geometri, matra dalam arti dimensi diartikan sebagai jumlah minimal koordinat yang dibutuhkan untuk menentukan titik-titik yang ada di dalamnya.

Maka dapat dikatakan bahwa sebuah titik yang sama sekali tidak mengandung kepanjangan, kelebaran apalagi kedalaman bersifal nol alias nihil matra.

Sebuah garis yang menghubungkan dua titik memiliki sifat satu matra karena hanya satu koordinat yang dibutuhkan untuk menentukan suatu titik di permukaannya.

Permukaan bidang atau sfer bersifat dua matra karena dibutuhkan dua koordinat untuk menentukan titik pada permukaannya.

Bagian dalam kubus, tabung atau sfer bersifat tiga matra karena dibutuhkan minimal tiga koordinat untuk menentukan suatu titik di permukaan.

Fisika

Sebagai terminologi fisika, matra merujuk pada struktur konstituen dari semua ruang dan posisinya dalam waktu serta cakupan spasial objek-objek di dalamnya – struktur yang memiliki korelasi dengan konsep partikel dan medan yang berinteraksi sesuai relativitas massa dan pada dasarnya bersifat matematis.

Sumbu ini atau sumbu lainnya dapat diarahkan untuk mengidentifikasi suatu titik atau struktur dalam tanggapan dan hubungannya terhadap objek lain.

Teori fisika yang mencakup unsur waktu dianggap terjadi dalam empat matra yang didefinisikan sebagai ruang Minkowski.

Teori fisika modern dianggap "bermatra lebih tinggi", termasuk teori medan kuantum dan teori dawai.

Sementara mekanika kuantum adalah ruang fungsi bermatra tidak terbatas. Konsep matra tidak terbatas benda saja.

Ruang bermatra lebih tinggi sering bermunculan di alam matematika dan ilmu pengetahuan atas berbagai alasan, terutama dalam bentuk ruang konfigurasi sebagaimana mekanika Lagrange atau Hamilton; keduanya adalah ruang abstrak dan terbebas dari ruang ragawi di mana manusia berada.

Para peyakin teori dawai meyakini eksistensi matra ke sepuluh, sementara teori M sebelas konon teori dawai Boson malah bersikeras menganggap ruang-waktu bermatra 26.

Einstein

Sebagai seorang insan awam matematika, fisika mau pun metamatematika sambil metafisika saya cenderung lebih percaya kepada pernyataan Albert Einstein bahwa otak manusia yang memang tidak sempurna hanya mampu mengindera secara organoleptik persepsional terbatas tiga matra sambil agak bisa “merasakan” kehadiran matra ke empat, yaitu apa yang disebut sebagai waktu.

Terhadap matra ke lima dan selanjutnya silakan manusia berteori tanpa harus wajib mau apalagi mampu membuktikan kebenaran melekat pada apa yang disebut sebagai kenyataan yang kebetulan kebenaran maknanya an sich juga masih sengit diperdebatkan oleh mereka yang sudi memperdebatkannya.

Perdebatan infinitas berkelanjutan tanpa akhir akibat masing-masing insan manusia memiliki pendapat tentang apa yang disebut sebagai matra saling beda satu dengan lain-lainnya sambil terperangkap di dalam kerangka mashab pendapatmu pendapatmu, pendapatku pendapatku, pendapatnya pendapatnya.

Begitulah kira-kira cara saya menjelaskan mematrakan kematraan matra sebagai sesuatu yang sebenarnya tidak perlu dijelaskan tetapi dipaksakan oleh diri saya sendiri untuk dijelaskan.

Semoga bisa dimaafkan sehingga saya tidak perlu menyembunyikan diri di matra ke empat dan selebihnya. Terima Kasih.

https://www.kompas.com/tren/read/2022/03/23/112106265/mematrakan-kematraan-matra

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke