Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Vaksin Covid-19, Respons Kekebalan Tubuh, dan Penularan Virus Corona

KOMPAS.com - Kekebalan tubuh merupakan senjata utama untuk melawan virus corona yang masih menjadi momok bersama.

Kebebalan terhadap virus corona di masa pandemi ini dapat diperoleh dari dua macam cara, yaitu dengan vaksinasi dan pernah mengalami tertular Covid-19.

Dilansir dari laman resmi Satgas Covid, pemerintah pada Jumat (25/2/2022) melaporkan 49.447 kasus baru Covid-19 dalam 24 jam terakhir. Sehingga total kasus Covid di Indonesia mencapai 5.457.775 terhitung sejak 2 Maret 2020.

Sementara itu, untuk kasus Covid-19 yang dinyatakan sembuh bertambah 61.361 kasus dan kasus orang meninggal mengalami penambahan 244 kasus.

Sedangkan untuk cakupan vaksinasi di Indonesia, seperti yang tertera di laman Kementerian Kesehatan, sebanyak 190.531.114 atau 91,48 persen sudah melakukan vaksinasi dosis pertama.

Untuk dosis kedua sebanyak 143.280.295 atau 68,80 persen sudah melakukan vaksin tersebut dan juga realisasi vaksin ketiga atau booster sudah mencapai 9.542.165 atau 4,31 persen.

Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan bahwa vaksin atau penularan dapat memunculkan respons kekebalan tubuh terhadap sesuatu penyakit.

Namun, terdapat perbedaan proses mendapatkan kekebalan antara vaksin dan penularan.

Vaksin, imbuhnya dapat memunculkan kekebalan tanpa harus menimbulkan rasa sakit.

Sedangkan untuk orang yang tertular Covid-19 di samping mendapatkan respons kekebalan, akan tetapi juga berisiko gejala bahkan kematian.

"Baik kekebalan yang ditimbulkan akibat vaksin yang tertular, sama-sama dapat melindungi dari risiko penularan dikemudian hari," katanya saat menjawab pertanyaan wartawan sewaktu melakukan Keterangan Pers di kanal Youtube Sekretariat Presiden, Kamis (24/2/2022).

Efektivitas vaksin dan penularan Covid-19

Menurut Prof Wiku, efektifitas vaksin sudah banyak dipublikasikan dengan menunjukkan tingkat keparahan gejala saat perawatan di rumah sakit dan jumlah kematian.

Untuk lama perlindungan vaksin juga dipelajari lebih lanjut.

"Lain halnya dengan kekebalan tubuh yang disebabkan pasca-tertular, efektifitasnya masih belum dipelajari dan publikasikan secara detail seberapa besar penurunan risiko terhadap keparahan gejala, perawatan rumah sakit bahkan jumlah kematian," katanya lagi.

Untuk lama perlindungan yang terbentuk pasca-tertular virus corona juga tidak dipelajari lebih lanjut.


Kekebalan secara alami

Sepaham dengan Wiku, Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Siti Nadia Tarmizi juga menjelaskan bahwa vaksin dan penularan dapat memunculkan kekebalan tubuh sewaktu pandemi.

Vaksin dapat menimbulkan kekebalan dengan cara stimulus buatan, sedangkan penularan mendapatkan kekebalan secara alami.

"Vaksin adalah cara menimbulkan kekebalan dengan stimulus buatan, kalau penularan kekebalan secara natural," kata Nadia ketika dikonfirmasi Kompas.com, Jumat (25/2/2022).

Menurutnya, vaksinasi lebih dapat memberikan perlindungan terhadapat banyak varian virus corona daripada penularan.

"Imunitas yang timbul dari penularan sering tidak bertahan lama," ujarnya.

Dengan kasus positif Covid-19 yang sedang meningkat sekarang, Menurut Nadia bisa saja masyarakat akan mendapatkan kekebalan alami, namun ia menyebutkan bahwa vaksinasi lebih efektif untuk menambah kekebalan tubuh.

"Bisa saja. Vaksinasi lebih efektif," pungkasnya.

https://www.kompas.com/tren/read/2022/02/25/212600565/vaksin-covid-19-respons-kekebalan-tubuh-dan-penularan-virus-corona

Terkini Lainnya

Gara-gara Mengantuk, Pendaki Gunung Andong Terpeleset dan Masuk Jurang

Gara-gara Mengantuk, Pendaki Gunung Andong Terpeleset dan Masuk Jurang

Tren
Badai Matahari Mei 2024 Jadi yang Terkuat dalam 20 Tahun Terakhir, Apa Saja Dampaknya?

Badai Matahari Mei 2024 Jadi yang Terkuat dalam 20 Tahun Terakhir, Apa Saja Dampaknya?

Tren
5 Temuan Polisi soal Kondisi Bus yang Kecelakaan di Subang, Bekas AKDP hingga Rangka Berubah

5 Temuan Polisi soal Kondisi Bus yang Kecelakaan di Subang, Bekas AKDP hingga Rangka Berubah

Tren
Nilai Tes Online Rekrutmen BUMN Tiba-tiba Turun di Bawah Standar, Ini Kronologinya

Nilai Tes Online Rekrutmen BUMN Tiba-tiba Turun di Bawah Standar, Ini Kronologinya

Tren
Pakai Cobek dan Ulekan Batu Disebut Picu Batu Ginjal, Ini Faktanya

Pakai Cobek dan Ulekan Batu Disebut Picu Batu Ginjal, Ini Faktanya

Tren
7 Pilihan Ikan Tinggi Zat Besi, Hindari Kurang Darah pada Remaja Putri

7 Pilihan Ikan Tinggi Zat Besi, Hindari Kurang Darah pada Remaja Putri

Tren
Pendaftaran CPNS 2024: Link SSCASN, Jadwal, dan Formasinya

Pendaftaran CPNS 2024: Link SSCASN, Jadwal, dan Formasinya

Tren
6 Tanda Tubuh Terlalu Banyak Konsumsi Garam

6 Tanda Tubuh Terlalu Banyak Konsumsi Garam

Tren
BMKG Sebut Badai Matahari Ganggu Jaringan Starlink Milik Elon Musk

BMKG Sebut Badai Matahari Ganggu Jaringan Starlink Milik Elon Musk

Tren
Suhu di Semarang Disebut Lebih Panas dari Biasanya, Ini Penyebabnya Menurut BMKG

Suhu di Semarang Disebut Lebih Panas dari Biasanya, Ini Penyebabnya Menurut BMKG

Tren
Selalu Merasa Lapar Sepanjang Hari? Ketahui 12 Penyebabnya

Selalu Merasa Lapar Sepanjang Hari? Ketahui 12 Penyebabnya

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 13-14 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 13-14 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] UKT dan Uang Pangkal yang Semakin Beratkan Mahasiswa | Kronologi Kecelakaan Bus Subang

[POPULER TREN] UKT dan Uang Pangkal yang Semakin Beratkan Mahasiswa | Kronologi Kecelakaan Bus Subang

Tren
7 Gejala Stroke Ringan yang Sering Diabaikan dan Cara Mencegahnya

7 Gejala Stroke Ringan yang Sering Diabaikan dan Cara Mencegahnya

Tren
Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana, Izin Kendaraan Mati, Pengusaha Harus Dipolisikan

Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana, Izin Kendaraan Mati, Pengusaha Harus Dipolisikan

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke