Apa pun yang dilakukan oleh pemerintah Republik Rakyat China sedikit-banyak diakui atau tidak diakui memiliki dampak terhadap diaspora masyarakat keturunan China yang tersebar di mancanegara masa kini. Baik secara positif mau pun negatif.
Amerika Serikat
Akibat pagebluk virus Corona dianggap berasal dari Wuhan yang kebetulan berada di wilayah China maka masyarakat keturunan China di Amerika Serikat mengalami perlakuan disriminasi ras yang bahkan merambah ke perilaku kekerasan.
Akibat warga non keturunan Chinese di Amerika Serikat mayoritas tidak bisa membedakan fisiognomi etnis China dengan etnis Asia lainnya, maka masyarakat Asia di Amerika Serikat ikut didiskriminir secara negatif bahkan destruktif.
Apalagi landasan pendirian negara Amerika Serikat pada hakikatnya rasisme. Lembaran sejarah membuktikan bahwa pendatang dari Eropa secara naluriah memang memusuhi maka ganas membantai kaum pribumi Amerika.
Rasisme masih kuat terasa sampai masa kini di kota Alabama dan wilayah pendukung perbudakan mau pun setelah Perang Saudara Amerika yang secara konstitusional menghapus perbudakan.
Ku Klux Klan merupakan fakta pengejawantahan semangat rasisme kaum peyakin supremasi kulit putih. Sebenarnya absurd sebab kulit putih bukan hanya terkait ras namun juga bisa akibat gangguan warna pigmen atau penyakit panu.
Myanmar
Pada saat berkunjung ke Myanmar sekitar sedawarsa yang lalu, saya tidak merasakan adanya sentimen rasisme terhadap warga keturunan China.
Namun akibat penangkapan Aung San Syu Ki oleh junta militer Myanmar yang kebetulan beberapa jendralnya keturunan China sehingga otomatis dianggap dekat dengan Republik Rakyat China maka masyarakat keturunan China di Myanmar terpaksa harus menerima nasib kena getah dicurigai sebagai antek resim militer Myanmar bahkan agen rahasia Republik Rakyat China.
Warga keturunan China diteror serta pabrik-pabrik milik China di Myanmar dibakar setelah kedutaan China di Myanmar didemo.
Kalkuta
Lain Myanmar, lain India meski ada kemiripannya. Puluhan ribu warga keturunan China yang sejak beberapa generasi bermukim dan mencari nafkah di kota Kalkuta, India akibat bentrokan antara tentara India dengan tentara China di perbatasan India dengan China mau pun perang Internet China-India kini berjumlah tinggal sekitar seribu saja akibat mayoritas mengungsi ke Kanada.
Satu per satu toko-toko, salon-salon, restoran dan praktek tukang gigi China di Kalkuta tutup. Namun pusat ajaran Budhisme-Tibet yang berada di India masih tidak terlalu bermasalah sebab Dalai Lama dianggap sebagai seteru bebuyutan Republik Rakyat China.
Indonesia
Program OBOR dianggap kedok neo-imperialisme melalui jalur ekonomi dengan politik hutang bagi pembangunan infra struktur di berbagai negara Asia Tenggara, Afrika dan Eropa Timur.
Gerakan memboikot Olimpiade Musim Dingin di China dapat diyakini ikut terpengaruh oleh gerakan global rasisme terhadap kelompok masyarakat yang dianggap sebagai keturunan China.
Saya pribadi tak henti bersyukur-alhamdullilah diperkenankan Yang Maha Kuasa untuk dilahirkan kemudian bermukim di Indonesia sebagai negara gemah ripah loh jinawi dengan masyarakat yang ramah tamah, toleran dan tidak rasis. Sesuai lirik lagu Indonesia Pusaka mahakarya Ismail Marzuki, “di sana tempat lahir beta, dibuai dibesarkan bunda, tempat berlindung di hari tua, tempat akhir menutup mata.“ Merdeka!
https://www.kompas.com/tren/read/2021/04/11/125829165/diaspora-china-masa-kini