Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Negara-negara Asia Bersiap Hadapi Gelombang Kedua Pandemi Covid-19

KOMPAS.com - Gelombang kedua pandemi Covid-19 melanda China dan berpusat di Beijing, dengan sedikitnya 184 kasus baru dilaporkan sejak pekan lalu.

Menyusul kemudian keputusan pihak berwenang membatalkan sejumlah penerbangan domestik, melarang perjalanan keluar dan memberlakukan lockdown sebagian.

Kemunculan kasus-kasus baru dari virus corona di China telah memicu gelombang kekhawatiran akan datangnya gelombang kedua di negara-negara lain.

Kekhawatirann ini terutama terjadi di negara-negara yang telah berhasil mengendalikan pandemi dan kini bergerak maju untuk membuka kembali ekonomi mereka yang lesu.

Beberapa negara Asia yang telah melonggarkan pembatasan dan memulai kembali beberapa kegiatan ekonomi seperti Jepang, dan Korea Selatan, pada bulan lalu melaporkan kasus baru yang jumlahnya mencapai puluhan.

Melansir SCMP, meski ada ancaman gelombang kedua, para ahli umumnya setuju bahwa pemerintah tiap negara tampaknya lebih siap untuk menghadapinya setelah pengalaman yang mereka dapatkan selama menangani masa awal pandemi.

Namun, para ahli juga menyebut bahwa permasalahan akan tetap ada, terutama dalam menjaga kewaspadaan dan memastikan bahwa klaster-klaster kecil terkendali dengan cepat sehingga tidak akan berubah menjadi infeksi yang lebih besar dan tidak terkendali.

Asia hadapi gelombang kedua

Paul Ananth Tambyah, presiden dari Asia-Pacific Society of Clinical Microbiology and Infection, mengatakan negara yang paling berisiko terkena gelombang kedua adalah mereka yang masih mengalami penambahan harian kasus penularan lokal.

“Meskipun dapat dikatakan bahwa saat ini masih merupakan ujung dari gelombang pertama, kemungkinan ada banyak rantai transmisi di negara-negara yang belum terputus,” kata Tambyah.

Negara-negara dengan infeksi tinggi yang disinggung oleh Tambyah termasuk India.

Pada hari Jumat (19/6/2020), India mencatat lonjakan kasus harian tertinggi yakni 13.586 kasus virus dan secara total menjadi 380.532, tertinggi keempat di dunia, setelah Amerika Serikat, Brasil dan Rusia.

Korban meninggal dunia di India mencapai 12.573 orang.

Di Pakistan, 136 kematian lainnya dilaporkan pada hari Jumat, menyebabkan angka kematian akibat virus corona menjadi 3.229 dan total kasus infeksi menjadi 165.062.

Di Indonesia, negara ini telah meningkatkan pengujian sampel untuk memenuhi target Presiden Joko Widodo sebesar 20.000 per hari.

Indonesia melaporkan 1.331 kasus baru pada hari Kamis (18/6/2020), peningkatan harian terbesar sejak wabah dimulai secara lokal, sehingga jumlah total kasus menjadi 42.762 hingga Kamis.

Sejumlah tanda membuktikan bahwa pandemi ini akan tetap ada, dan kini negara-negara yang telah mengatasi gelombang pertama sekarang bersiap untuk membendung munculnya gelombang kedua.

Korea Selatan

Korea Selatan mencatat 49 kasus baru pada hari Jumat, termasuk 32 infeksi lokal, meningkatkan jumlah kasus menjadi 12.306, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea.

Dari kasus-kasus yang ditransmisikan secara lokal, 26 dilaporkan di daerah padat penduduk Seoul dan daerah metropolitan terdekat.

Lee Hoan-jong, Profesor Emeritus di Rumah Sakit Anak Universitas Nasional Seoul, mengatakan bahwa virus itu tidak bisa dipungkiri akan menyebar lebih luas dan lebih cepat, setelah negara itu mengurangi pembatasan sosial sekitar sebulan sebelumnya.

"Gelombang kedua infeksi dapat datang kapan saja sampai vaksin tersedia secara luas atau sekitar 60 persen orang terinfeksi untuk mendapatkan herd immunity," kata Lee.

Otoritas kesehatan Korea Selatan mengatakan negara itu harus bersiap diri untuk kemunculan lebih banyak klaster infeksi di Seoul dan daerah lain, dan memperingatkan bahwa penyebaran pandemi akan merambat hingga musim panas.

Profesor Epidemiologi dari National Cancer Centre, Ki Moran mengatakan pada sebuah seminar minggu lalu bahwa Korea Selatan harus memperketat pembatasan sosial, jika tidak, maka kemungkinan akan ada 800 kasus baru setiap hari dalam waktu satu bulan.

Jepang

Situasi mengkhawatirkan juga terjadi di Jepang, di mana para ahli kesehatan mengatakan ada kemungkinan besar gelombang kedua virus corona akan menghantam negara itu.

Pejabat di Tokyo mengkonfirmasi 41 kasus baru pada hari Kamis (19/6/2020), menandai yang ketiga kalinya dalam seminggu bahwa ada lebih dari 40 kasus dalam sehari.

Ini membuat total kasus di Tokyo menjadi 5.674.

Menurut Kazuhiro Tateda, presiden Asosiasi Penyakit Menular Jepang (JAID) dan anggota komite yang dibentuk oleh pemerintah untuk memerangi penyebaran virus, banyak kasus baru-baru ini di Tokyo dapat ditelusuri kembali ke distrik hiburan malam.

Tateda mengatakan bahwa meskipun klaster ini lebih mudah untuk dikendalikan karena mereka terkait dengan bagian kota yang dapat dilacak, selalu ada risiko wabah yang lebih lokal.

"Kami tahu bahwa ada risiko penularan yang lebih rendah di bulan-bulan musim panas, yang berarti ada kemungkinan gelombang kedua ... mulai Oktober hingga seterusnya," tambah Tateda.

Untuk berjaga-jaga terhadap gelombang kedua, pihak berwenang telah menyusun serangkaian pedoman yang harus dipatuhi industri hiburan malam.

Namun, Yoko Tsukamoto, seorang profesor pengendalian infeksi di Universitas Ilmu Kesehatan Hokkaido, mengatakan sulit bagi bisnis untuk mengikuti aturan karena staf (hostess) harus dekat dengan pelanggan untuk menyajikan minuman atau menyalakan rokok.

"Tidak realistis untuk mengharapkan mereka terpisah sejauh dua meter, sehingga pemerintah terjebak antara menjalankan protokol atau mematikan bisnis ini," katanya.

Dia mengatakan pihak berwenang mungkin tidak punya pilihan selain menerapkan kembali keadaan darurat di Tokyo jika kasus naik menjadi 100 dalam sehari.

Tateda yakin bahwa jika keadaan darurat benar terjadi, maka pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat Jepang akan lebih siap dan bereaksi jauh lebih cepat.

"Kami telah memperoleh banyak pengalaman dalam apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan,"

“Kami akan merespons lebih cepat dan lebih efektif serta menerapkan pelajaran yang telah kami pelajari,"

“Pemerintah telah meningkatkan anggaran untuk memerangi Covid-19 dan dokter serta perawat lebih siap untuk menghadapi virus. Mereka siap jika sewaktu-waktu gelombang kedua datang," kata Tateda.

https://www.kompas.com/tren/read/2020/06/22/070500865/negara-negara-asia-bersiap-hadapi-gelombang-kedua-pandemi-covid-19

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke