Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Dilema Mudik Lebaran di Tengah Pandemi Corona

PRESIDEN Joko Widodo akhirnya "membolehkan" masyarakat yang merantau di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) pulang ke kampung halaman.

Hal ini diputuskan Jokowi dalam rapat terbatas pada Kamis (2/4/2020).

Keputusan tersebut berbeda dengan pernyataan Jokowi sebelumnya yang melarang para perantau di Jabodetabek mudik. Alasannya, mereka bisa menularkan virus corona atau Covid-19 kepada keluarga dan warga desa.

Bahkan Jokowi mengatakan, perlu langkah tegas guna mencegah para "diasporian" itu pulang ke kampung halaman.

Karantina mandiri

Pemerintah beralasan, kebijakan membolehkan warga yang merantau di Jabodetabek untuk pulang karena mereka tak bisa dilarang.

Imbuan kepala daerah dan tokoh-tokoh agama yang melarang mudik juga tak mempan.

Sejumlah kalangan menyatakan, banyaknya warga yang memilih pulang karena penghasilan mereka menurun tajam usai kebijakan physical distancing atau menjaga jarak fisik digalakkan. Kebijakan yang dimaksudkan untuk meredam penyebaran virus corona tersebut membuat warga memilih diam di rumah.

Hal ini berdampak terhadap pekerja informal yang mengandalkan pendapatan dari lalu lalang orang.

Meski tak melarang, pemerintah meminta warga yang pulang untuk melakukan karantina mandiri selama dua pekan di kampung halaman.

Mereka juga diharuskan periksa kesehatan di desanya.

Selain itu, moda transportasi yang digunakan juga harus sesuai dengan protokol kesehatan Covid-19, khususnya terkait kebijakan physical distancing.

Berpotensi meledak

Kebijakan pemerintah membolehkan para perantau di Jabodetabek untuk pulang disayangkan sejumlah kalangan.

Mreka dikhawatirkan akan menularkan virus corona kepada keluarga dan lingkungan sekitar.

Bahkan ada prediksi, jika pemerintah tak melarang mudik Lebaran, Indonesia berpotensi masuk lima besar negara yang paling terpapar Covid-19. Pasalnya, Jabodetabek adalah hot spot penyebaran virus ini.

Kementerian Perhubungan menyebutkan, ada sekitar 14,9 juta orang di Jabodetabek yang mudik Lebaran tahun lalu.

Jawa Tengah menjadi tujuan utama dengan catatan 5,61 juta orang (37,68%), disusul Jawa Barat 3,7 juta orang (24,89%), dan Jawa Timur 1,66 juta orang (11,14%).

Jumlah tersebut belum termasuk pemudik dari kota lain.

Sudah menjadi pemahaman umum, para pemudik ini punya kecenderungan untuk berkerumun dan berinteraksi dengan keluarga besar, tetangga dan warga desa lainnya.

Hal ini berpotensi mempercepat penularan virus corona di daerah asal para pemudik.

Sementara, hingga saat ini jumlah orang yang terjangkit virus Corona terus meningkat.

Berdasarkan data yang dihimpun pemerintah pusat hingga Minggu (5/4/2020) pukul 12.00 WIB, total ada 2.273 pasien Covid-19 di Tanah Air.

Ada penambahan 181 pasien yang dinyatakan positif virus corona dalam 24 jam terakhir.

Maraknya para perantau dari Jakarta dan sejumlah wilayah penyangga yang mudik diprediksi akan membuat angka kasus Covid-19 semakin membengkak.

Belajar dari China

Indonesia seharusnya belajar dari China. Meski kasus Covid-19 berawal dari Kota Wuhan, dalam waktu singkat virus ini menyebar ke penjuru China dan seluruh dunia.

Penyebabnya, serangan virus terjadi saat warga China merayakan Tahun Baru Imlek. Seperti Lebaran di Indonesia, Imlek di China diwarnai dengan mudik ke kampung halaman.

Tahun 2020 ini, perayaan Imlek dimulai pada 10 Januari. Dalam kurun waktu 10 Januari hingga 18 Februari, pemerintah China mencatat warga melakukan sekitar 3 miliar perjalanan.

Pergerakan manusia yang sangat aktif tersebut membuat virus ini menyebar sangat cepat.

Pada 20 Januari, jumlah kasus Covid-19 di China masih 278 dan terkonsentrasi di Wuhan. Namun pada 18 Februari, jumlahnya membengkak menjadi 72.568.

Mengapa pemerintah membolehkan mudik Lebaran? Apakah kebijakan itu tidak akan mempercepat dan memperluas penyebaran virus corona?

Apa benar angka kasus Covid-19 akan meningkat tajam jika pemerintah membiarkan para perantau pulang ke kampung halaman?

Mengapa warga tetap mudik meski sudah ada imbauan agar tak pulang?

Mungkinkah warga yang mudik akan mematuhi imbauan karantina mandiri dan cek kesehatan? Bagaimana jika hal itu diabaikan. Apa dampaknya?

Bagaimana respon dan apa saja langkah kepala daerah yang warganya pulang?

Ikuti pembahasannya dalam talkshow Dua Arah, Senin (6/4/2020), yang disiarkan langsung di Kompas TV mulai pukul 22.00 WIB.

https://www.kompas.com/tren/read/2020/04/06/082221565/dilema-mudik-lebaran-di-tengah-pandemi-corona

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke