Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Selain Jadi Bahan Bakar Pabrik Tahu, 4 Cara Lain Kelola Sampah Plastik

KOMPAS.com - Penggunaan sampah plastik sebagai bahan bakar dalam produksi tahu di Desa Tropodo dan Desa Bangun Jawa Timur disorot dunia Internasional.

Organisasi non profit Internasional Pollutans Elimination Network (IPEN) menyebut, penggunaan sampah plastik tersebut berbahaya karena bisa menyebabkan timbulnya bahan kimia berbahaya yang kemudian bisa mengkontaminasi tahu yang diproduksi.

Kandungan zat kimia akibat plastik yang dibakar tersebut adalah adanya dioksin,
polychlorinated biphenyls (PCBs), polybrominated diphenyl ethers (PBDEs), short-chain
chlorinated paraffins (SCCPs), dan perfluorooctane sulfonate (PFOS).

Di mana kadar dioksin menjadi kadar yang paling tinggi yang banyak ditemukan. Padahal, zat ini termasuk salah satu polutan berbahaya.

Beberapa penelitian menyebut dioksin sebagai salah satu pemicu penyakit seperti kanker, parkinson, hingga cacat lahir.

Melihat konsekuensi yang harus dihadapi akibat dioksin ini, membuat banyak orang berpikir lalu harus diapakan sampah plastik yang bertebaran di sekitar kita?

Apalagi kebanyakan orang berpikir membakar sampah plastik adalah cara terbaik, mengingat jenis sampah ini tidak bisa terurai begitu saja.

Merangkum dari situs National University of Singapore, berikut ini 4 metode yang dapat dilakukan untuk menangani masalah polusi plastik dibanding membakarnya secara langsung.

1. Penimbunan

Salah satu cara mengatasi sampah plastik adalah dengan menimbunnya. Meski bisa jadi alternatif mengelola sampah plastik, metode ini bukan cara yang terbaik.

Penimbunan limbah plastik dianggap sangat boros lantaran memerlukan area yang sangat luas.

Selain itu, penimbunan sampah plastik juga memiliki sisi kelemahan yakni bisa terbawa oleh banjir ketika tak dikelola dengan baik.

Ditambah lagi, penimbunan juga bisa menyebabkan kebocoran polutan (ftalat dan bisphenol A) ke dalam tanah dan lingkungan sekitarnya.

2. Insinerasi

Plastik berasal dari minyak bumi ataupun gas alam.

Hal tersebut kemudian membuat plastik bisa dimanfaatkan untuk mengubah plastik kembali menjadi energi atau yang kerap disebut dengan insinerasi.

Satu pon plastik dapat menghasilkan energi sebanyak batu bara Wyoming dan hampir sama banyaknya energi yang dihasilkan dengan bahan bakar minyak.

Namun, lagi-lagi ini bukan cara terbaik untuk mengolah limbah plastik. Pasalnya, seperti pembakaran sampah plastik di Tropodo, insinerasi juga bisa menyebabkan dampak lingkungan dan kesehatan negatif karena zat berbahaya bisa dilepaskan ke udara.

Misalnya PVC dan aditif terhalogenasi yang dicampur ke dalam limbah plastik dan insinerasinya menyebabkan pelepasan dioksin dan bifenil poliklorinasi ke lingkungan.

Bedanya dengan pembakaran sampah plastik secara langsung, alat yang digunakan lebih canggih sehingga bisa menghasilkan energi besar. Pengelolaan sampah plastik jenis ini umumnya dilakukan oleh perusahaan besar.

3. Daur Ulang

Banyak jenis plastik yang bisa didaur ulang dan membuatnya menjadi memiliki manfaat yang berbeda dari fungsinya semula.

Namun metode ini kerap mengalami kendala karena kesulitan pemisahan dan pengumpulan plastik.

Meski daur ulang merupakan cara yang paling efektif untuk menangani limbah plastik namun efektivitasnya sangat tergantung pada kesadaran masyarakat, kelayakan ekonomi, dan implementasi infrastruktur publik untuk membuat daur ulang menjadi lebih efisien.

4. Plastik Biodegrable

Biodegradable adalah plastik yang terurai oleh aksi organisme hidup.

Plastik biodegradable memiliki potensi untuk menyelesaikan sejumlah masalah pengelolaan limbah utamanya untuk kemasan sekali pakai yang tak dapat dipisahkan dengan mudah dari limbah organik.

Namun pembuatan plastik inipun juga menuai kontroversi.

Meski bisa dimetabolisme oleh organisme menjadi karbon dioksida dan air, tapi diduga palstik biodegradable dapat melepaskan logam ke lingkungan dalam proses tersebut.

https://www.kompas.com/tren/read/2019/11/19/210000065/selain-jadi-bahan-bakar-pabrik-tahu-4-cara-lain-kelola-sampah-plastik

Terkini Lainnya

Sempat Diteriaki Warga tapi Tak Menggubris, Kakek Berusia 61 Tahun Tertabrak KA di Sragen

Sempat Diteriaki Warga tapi Tak Menggubris, Kakek Berusia 61 Tahun Tertabrak KA di Sragen

Tren
Perpanjang Pajak STNK Harus Bawa KTP Asli Pemilik Kendaraan, Bagaimana jika Sudah Meninggal?

Perpanjang Pajak STNK Harus Bawa KTP Asli Pemilik Kendaraan, Bagaimana jika Sudah Meninggal?

Tren
Air Kelapa Muda Vs Air Kelapa Tua Sehat Mana? Ini Beda dan Manfaatnya

Air Kelapa Muda Vs Air Kelapa Tua Sehat Mana? Ini Beda dan Manfaatnya

Tren
Tari Rangkuk Alu Jadi Google Doodle Hari Ini, Apa Alasannya?

Tari Rangkuk Alu Jadi Google Doodle Hari Ini, Apa Alasannya?

Tren
3 Artefak Langka Majapahit Ditemukan di AS, Nilainya Rp 6,5 Miliar

3 Artefak Langka Majapahit Ditemukan di AS, Nilainya Rp 6,5 Miliar

Tren
Penjelasan Kemenpora dan MNC Group soal Aturan Nobar Indonesia Vs Uzbekistan

Penjelasan Kemenpora dan MNC Group soal Aturan Nobar Indonesia Vs Uzbekistan

Tren
Ilmuwan Temukan Salah Satu Bintang Tertua di Alam Semesta, Terletak di Galaksi Tetangga

Ilmuwan Temukan Salah Satu Bintang Tertua di Alam Semesta, Terletak di Galaksi Tetangga

Tren
Korsel Akan Beri Insentif Rp 1 Miliar untuk Bayi yang Baru Lahir, Apa Alasannya?

Korsel Akan Beri Insentif Rp 1 Miliar untuk Bayi yang Baru Lahir, Apa Alasannya?

Tren
5 Air Rebusan untuk Atasi Jerawat, Salah Satunya Jahe dan Kunyit

5 Air Rebusan untuk Atasi Jerawat, Salah Satunya Jahe dan Kunyit

Tren
[POPULER TREN] Dampak La Nina bagi Indonesia | Beberapa Makanan Mengandung MIkroplastik

[POPULER TREN] Dampak La Nina bagi Indonesia | Beberapa Makanan Mengandung MIkroplastik

Tren
Benarkah Parkir Liar Bisa Dipidana 9 Tahun? Ini Penjelasan Ahli Hukum

Benarkah Parkir Liar Bisa Dipidana 9 Tahun? Ini Penjelasan Ahli Hukum

Tren
10 Makanan Kolesterol Tinggi yang Sebaiknya Dihindari

10 Makanan Kolesterol Tinggi yang Sebaiknya Dihindari

Tren
Vaksin Kanker Serviks Gratis Disebut Hanya untuk Perempuan Maksimal Usia 26 Tahun, Ini Kata Kemenkes

Vaksin Kanker Serviks Gratis Disebut Hanya untuk Perempuan Maksimal Usia 26 Tahun, Ini Kata Kemenkes

Tren
Abbosbek Fayzullaev, Pemain Uzbekistan yang Nilainya Rp 86,91 miliar

Abbosbek Fayzullaev, Pemain Uzbekistan yang Nilainya Rp 86,91 miliar

Tren
Ganti Oli Motor Pakai Minyak Goreng Diklaim Buat Tarikan Lebih Enteng, Ini Kata Pakar

Ganti Oli Motor Pakai Minyak Goreng Diklaim Buat Tarikan Lebih Enteng, Ini Kata Pakar

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke