Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Bayaran Atta Halilintar Bikin Tergiur Jadi YouTuber, Boleh Saja Tapi...

Diperkirakan, penghasilan Atta Halilintar bahkan mencapai Rp 269 miliar per tahun.

Penghasilan yang cukup fantastis ini tentunya menggoda banyak milenial untuk tertarik mengikuti jejak Atta sebagai seorang YouTuber.

Rene Suhardono penggagas Limitless Campus yang dulunya juga merupakan seorang Career Coach menyebutkan tak masalah apabila seorang anak masa kini menginginkan menjadi seorang YouTuber.

"Dalam hal ini tak masalah selama dia mengerjakan itu atas dorongan sendiri. 'Oyaya, saya kerjakan ini karna saya yakin ini yang saya cari'," tuturnya kepada Kompas.com Kamis, (22/8/2019).

Hal tersebut karena menurutnya, pekerjaan itu pilihan dan tak seharusnya seseorang itu didefinisikan oleh suatu pekerjaan.

"Karena kita tak boleh didefinisikan pekerjaaan itu sendiri," ungkapnya.

Dia menegaskan, YouTuber adalah salah satu pekerjaan dari sekian banyak pekerjaan yang bisa dilakukan, sehingga wajar apabila seseorang menetapkan tujuannya menjadi hal tersebut.

Namun ia menyebut tak selayaknya, apabila anak muda menetapkan tujuannya menjadi YouTuber sebatas tergiur keinginan popularitas dan uang semata.

"Salah kalau dia ingin jadi populer," tuturnya.

Ia menyebut kalau anak muda jangan hanya ingin populer seperti orang lain. Pasalnya, hal tersbeut hanya akan yang berujung pada membandingkan dirinya sendiri dengan orang tersebut.

Apalagi jika keinginan menjadi YouTuber karena sekadar ikut-ikutan karena ingin mengikuti jejak keberhasilannya, maka menurutnya niat tersebut adalah yang harus diperbaiki.

"Kalau niatya, 'kok dia bisa ya di-follow jutaan orang, aku juga mau'. Kalau Niat popularitas dapat banyak duit, sama seperti kalau cita-cita PNS ingin dapat pensiun. Itu ngawur! Belum bermanfaat, sudah bisa menetapkan dirinya tertentu," ujar Rene.

Ia menekankan agar anak muda mengedepankan asas kebermanfaatan apabila ingin menetapkan dirinya, menjadi "sesuatu".

"Jadi, mau jadi apapun, PNS, YouTouber, Start Up Founder  yang dikejar harus kebermanfaatannya. Apakah dunia jadi lebih baik kalau kamu jadi YouTuber?" kata Rene.

Menyikapi anak yang memilih serius jadi YouTuber dibanding sekolah

Saat ditanya pendapatnya terkait apabila ada seorang anak yang lebih menseriusi menjadi YouTouber dibandingkan sekolahnya, ia berpendapat pendidikan saat ini seharusnya tak lagi berbicara tentang sekolah maupun universitas.

"Pendidikan bukan cuma di kelas. Pendidikan sejati itu ia mengerti dirinya, mengerti lingkungan, dan dia paham teknik-teknik untuk bermanfaat atau mengambil peran," ungkapnya.

Ia menyebut apabila ada seorang anak yang sampai abai dengan sekolahnya karena menjadi YouTuber maka yang harus dipastikan adalah mengecek dahulu, apakah sikap tersebut sekadar pelarian atau karena si anak lebih cepat menemukan jati dirinya sehingga mereka merasa sekolah tak lagi relevan.

Ia menyebut sudah tak layak apabila seseorang mendewakan universitas karena menurutnya 84 persen mahasiswa merasa salah jurusan.

"Sekolah itu cuma alat, jangan kedepankan alatnya tapi tujuannya yakni menjadi orang yg bermanfaat," ujarnya.

Ia menghimbau kepada para anak muda apabila mengalami kegalauan atau kebingungan dalam menentukan tujuan maka hal tersebut adalah normal.

"Galau itu sinyal jiwa untuk seseorang melakukan sesuatu," ujarnya.

Sehingga ketika seorang menetapkan dirinya untuk menjadi seorang YouTuber ada baiknya ia menanyai kembali dirinya sendiri

"Kenali diri sendiri, banyakin observasi jangan cuma sekedar ikut-ikutan orang," tegas Rene.

Lebih lanjut ia menuturkan kepada anak muda untuk memahami bahwa menetapkan tujuan itu butuh proses.

"Bersabarlah dan beriktiar dan banyak syukur jangan kompalin. Misal belum dapat pekerjaan, syukuri dulu. Jangan langsung, jadi YouTuber aja deh," ujarnya.

https://www.kompas.com/tren/read/2019/08/22/203413065/bayaran-atta-halilintar-bikin-tergiur-jadi-youtuber-boleh-saja-tapi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke