Pada 20 Mei 1817, Pattimura menggelar rapat raksasa di Haria, untuk membahas pembulatan tekad melakukan perlawanan kepada Belanda.
Rapat tersebut menghasilkan Deklarasi Haria, yang dikemukakan oleh Kapitan Pattimura pada 29 Mei 1817.
Deklarasi Haria berisi pernyataan perang terhadap Belanda serta pengakuan atas kepemimpinan Pattimura sebagai panglima perang.
Baca juga: Latar Belakang Terjadinya Perlawanan Pattimura di Saparua
Melihat gigihnya perlawanan rakyat Saparua, Belanda terus mendatangkan bantuan dari berbagai daerah.
Dengan adanya bantuan itu, Pattimura, yang awalnya unggul, mulai terkepung. Belanda juga melakukan cara kotor, seperti menerapkan politik adu domba yang melahirkan tindakan pengkhianatan dari pengikut Pattimura.
Politik adu domba yang dilakukan Belanda kepada para pengikut Pattimura membuahkan hasil.
Dengan memanfaatkan raja dari negeri Booi di Saparua, Belanda berhasil menangkap Pattimura bersama Philips Latumahina di Siri Sori pada 11 November 1817.
Pengkhianatan tersebut terjadi karena raja Booi memiliki dendam kepada Pattimura, yang telah menurunkan jabatannya.
Baca juga: Perang Saparua: Penyebab, Tokoh, Jalannya Perlawanan, dan Akhir
Setelah berhasil menangkap Kapitan Pattimura di sebuah rumah di hutan Booi, Belanda membawanya ke Ambon.
Di Ambon, Kapitan Pattimura dan rekan-rekannya ditahan di Benteng Victoria untuk diinterogasi.
Tidak banyak informasi yang berhasil digali oleh tentara Belanda, karena Kapitan Pattimura memilih bungkam.
Memasuki bulan Desember 1817, Kapitan Pattimura dan rekan-rekannya dibawa ke Dewan Pengadilan Ambon.
Setelah melalui beberapa kali persidangan, Kapitan Pattimura, Anthoni Rhebok, dan Philips Latumahina, mendapat hukuman paling berat sebagai pemimpin perang, yakni hukuman mati.
Akhirnya, pada 16 Desember 1817, Kapitan Pattimura dan beberapa rekannya dieksekusi mati dengan cara digantung di depan Benteng Victoria.
Tubuh Kapitan Pattimura yang tidak lagi bernyawa, diletakan di sangkar besi yang dipajang di depan benteng, dengan tujuan menakuti rakyat Ambon agar mereka selalu patuh kepada Belanda.
Referensi: