Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjanjian Breda, Saat Pulau Run di Maluku Ditukar dengan Manhattan

Kompas.com - 07/04/2022, 13:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Perjanjian Breda adalah perjanjian damai yang ditandatangani oleh Inggris dengan tiga lawannya dalam Perang Inggris-Belanda Kedua, yaitu Belanda, Perancis, dan Denmark-Norwegia.

Perjanjian ini ditandatangani di Kota Breda, Belanda, pada 31 Juli 1667.

Sebelum 1667, Inggris dan Belanda terus berselisih yang didominasi oleh masalah perdagangan.

Meski tidak mampu mengatasi konflik tersebut sepenuhnya, Perjanjian Breda mampu meredakan ketegangan di antara dua negara.

Ketegangan dapat diredakan karena salah satu isi Perjanjian Breda menyatakan bahwa Inggris dan Belanda sepakat untuk menukar Pulau Run di Maluku dengan Manhattan di Amerika Serikat.

Selain itu, Perjanjian Breda juga menandai dimulainya aliansi antara Inggris dan Belanda yang berlangsung selama satu abad.

Baca juga: Perjanjian Postdam: Tokoh, Isi, dan Dampak

Latar belakang

Perjanjian Breda dilatarbelakangi oleh persaingan perdagangan yang memanas, yang juga memicu Perang Anglo-Dutch (Inggris-Belanda) Kedua.

Hal ini diperparah dengan langkah Raja Charles II, yang mendirikan Royal African Company (RAC) pada 1660, untuk menyaingi Belanda di Afrika Barat.

Pasalnya, kala itu, Belanda tengah mendapatkan keuntungan besar lewat monopoli rempah-rempah VOC di Asia.

Perselisihan antara Inggris dan Belanda juga disebabkan oleh perebutan Pulau Run di Maluku, yang menjadi produsen pala terbesar, sejak awal abad ke-17.

Pada 1664, Inggris berhasil menduduki Pulau Run, tetapi kembali diusir Belanda dengan cara menghancurkan perkebunan.

Tidak lama kemudian, Inggris merebut New Netherland, yang sekarang dikenal sebagai New York, dari Belanda.

Baca juga: Mengingat Banda Neira, Nostalgia Pulau Penghasil Pala

Di samping itu, juga terjadi persaingan perdagangan di Atlantik antara Belanda dengan Inggris, Spanyol, Denmark, Swedia, dan Portugal.

Pada akhir 1666, kondisi keuangan Inggris mulai berantakan. Sebaliknya, ekonomi Belanda perlahan pulih dan utangnya pun menurun.

Kendati demikian, Belanda masih terbayangi oleh biaya perang yang sangat mahal.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com