Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lupercalia, Festival Berdarah yang Jadi Cikal Bakal Hari Valentine?

Kompas.com - 17/02/2024, 09:00 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

Sumber History

KOMPAS.com - Lupercalia adalah festival kaum pagan di era Romawi kuno, yang digelar setiap tahun pada tanggal 15 Februari.

Lupercalia dikenal sebagai perayaan berdarah dan penuh kekerasan, bahkan bermuatan kekerasan seksual.

Festival ini diisi dengan pengorbanan hewan, perjodohan dan berpasangan secara acak, dengan harapan mengusir roh jahat dan kemandulan.

Beberapa sejarawan percaya bahwa Lupercalia adalah cikal bakal Hari Valentine, yang kini dirayakan oleh banyak orang di seluruh dunia sebagai hari kasih sayang.

Bagaimana Lupercalia bisa dikaitkan dengan Hari Valentine? Berikut ini sejarahnya.

Baca juga: Sejarah Pemilu Republik Romawi, Adanya Hak Prerogatif untuk Orang Kaya

Asal-usul festival Lupercalia

Melansir History, meski tidak diketahui pasti asal-muasal Lupercalia, festival ini diyakini sudah ada sejak abad ke-6 SM.

Menurut legenda Romawi kuno, sejarah festival Lupercalia dapat ditelusuri dari era Raja Amulius, yang memerintahkan agar keponakan kembarnya yang masih bayi, Romulus dan Remus, ditenggelamkan di Sungai Tiber.

Hal itu sebagai hukuman atas pelanggaran sumpah selibat yang dilakukan oleh ibu Romulus dan Remus.

Karena pelayan yang diperintahkan tidak tega, Romulus dan Remus hanya dimasukkan ke keranjang dan dihanyutkan, tidak ditenggelamkan.

Dewa Sungai membawa keranjang bayi kembar tersebut hingga ke hilir dan tersangkut di dahan.

Romulus dan Remus kemudian diselamatkan oleh seekor serigala betina, yang merawat mereka di kaki Bukit Palatine (Roma).

Baca juga: Heraklius, Kaisar Romawi yang Dikirimi Surat Rasulullah

Peristiwa itu membawa Romulus dan Remus ke dalam pelukan pasangan penggembala, yang membesarkan mereka hingga dewasa.

Singkat cerita, setelah Romulus dan Remus berhasil membunuh Raja Amulius, mereka menemukan gua sarang serigala betina yang merawatnya dan menamakannya Lupercal.

Diduga, festival Lupercalia digelar untuk menghormati si serigala betina dan untuk menyenangkan dewa kesuburan Romawi, Lupercus.

Romulus dan Remus kemudian dikenal sebagai pendiri Kota Roma.

Perayaan festival Lupercalia

Rangkaian festival Lupercalia berlangsung di beberapa tempat, mulai dari Gua Lupercal, di Bukit Palatine, dan di tempat pertemuan terbuka bangsa Romawi yang disebut Comitium.

Di Gua Lupercal, festival dibuka dengan penyembelihan seekor kambing jantan, yang melambangkan seksualitas, dan seekor anjing, oleh Luperci, sekelompok pendeta Romawi.

Setelah itu, pisau yang masih bersimbah darah hewan kurban, dioleskan pada dahi dua orang Luperci yang telanjang.

Baca juga: Kerajaan Romawi: Sejarah, Raja-raja, dan Keruntuhan

Noda darah kemudian dihapus menggunakan sepotong kain wol yang telah direndam dalam susu.

Ritual pengorbanan disusul dengan pesta bertelanjang atau setengah telanjang, dan perjodohan atau berpasangan secara acak.

Tidak jarang, pasangan yang berjodoh dalam festival Lupercalia benar-benar jatuh cinta dan akhirnya menikah.

Seiring waktu, unsur ketelanjangan dalam festival Lupercalia menghilang.

Festival ini menjadi lebih sakral, meski tetap ada unsur kekerasan seperti pencambukan kelompok perempuan oleh laki-laki.

Keterkaitan Lupercalia dan Hari Valentine

Versi sejarah Valentine yang populer berakar dari kisah Santo Valentinus, yang dipenggal oleh kaisar Romawi pada 14 Februari 270.

Santo Valentinus adalah seorang Uskup Agung yang disebut-sebut sebagai pelindung orang-orang yang sedang jatuh cinta.

Baca juga: Kekaisaran Romawi: Sejarah Berdirinya, Masa Kejayaan, dan Keruntuhan

Hari Valentine diperingati setiap 14 Februari untuk mengenang Santo Valentinus, yang dieksekusi oleh Kaisar Romawi Claudius II pada hari itu.

Atas perintah kaisar Romawi, Santo Valentinus dipenjara karena membantu orang-orang Kristen Katolik yang teraniaya dan diam-diam menikahkan umat Kristen yang sedang jatuh cinta.

Selama dipenjara, Valentinus juga mencoba mengajak Kaisar Claudius II masuk Kristen.

Murka, Kaisar Claudius II memerintahkan Valentinus untuk meninggalkan keyakinannya atau ia akan dipenggal.

Valentinus memilih untuk dieksekusi daripada harus meninggalkan keyakinannya.

Ada pula yang menceritakan bahwa ketika Valentinus dipenjara, ia mengajari seorang gadis tunanetra bernama Julia, yang tidak lain adalah putri dari sipir penjaranya.

Konon, setelah Valentinus dan Julia berdoa, Julia mendapatkan kembali penglihatannya.

Menjelang eksekusinya, Valentinus menulis pesan untuk Julia dan menuliskan, “Dari Valentinemu”.

Baca juga: Sejarah Singkat Republik Romawi

Meski cerita tersebut sangat populer, beberapa sejarawan percaya bahwa ada lebih dari satu pria bernama Valentinus yang dieksekusi oleh Kaisar Claudius II.

Terlepas dari ambiguitas seputar Valentinus dan kehidupannya, Gereja Katolik menetapkannya sebagai Martir Kristen dalam Martirologi Romawi pada 14 Februari.

Martir Kristen adalah orang yang berani berjuang hingga mati untuk membela iman dan kepercayaannya terhadap Yesus Kristus.

Sosok Valentinus, yang dikenal sebagai pelindung orang-orang yang sedang jatuh cinta, menjadi identik dengan romansa.

Pada akhir abad ke-5, festival Lupercalia ditiadakan, setelah Paus Gelasius I menyatakan bahwa 14 Februari adalah hari untuk mengenang kemartiran Santo Valentinus.

Berbeda dari penerimaan masyarakat modern yang menganggap arti 14 Februari sebagai hari kasih sayang, maksud dari Paus Gelasius I diyakini bukan untuk merayakan cinta.

Faktanya, beberapa pakar Alkitab memperingatkan umat Kristiani untuk tidak merayakan Hari Valentine karena dianggap berakar dari ritual kaum pagan.

Baca juga: Gladiator, Petarung Era Romawi Kuno

Lantas, apakah perayaan Hari Valentine didasarkan pada festival Lupercalia?

Sebagaimana tradisi kuno lainnya, masih banyak ketidakjelasan seputar asal-usul festival Lupercalia maupun pengaruhnya terhadap perayaan Hari Valentine.

Para sejarawan yang mengaitkan festival Lupercalia dengan asal-usul Valentine, mungkin melihat pada beberapa unsur perayaan Valentine yang tampak berkorelasi dengan ritual Lupercalia.

Misalnya penggunaan warna merah pada pernak-pernik Hari Valentine, yang dimaknai melambangkan ritual kurban dalam festival Lupercalia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ragam Reaksi Rakyat Sumatera terhadap Berita Proklamasi Kemerdekaan

Ragam Reaksi Rakyat Sumatera terhadap Berita Proklamasi Kemerdekaan

Stori
Jumlah Pasukan Perang Badar

Jumlah Pasukan Perang Badar

Stori
Konferensi Yalta: Tokoh, Hasil, dan Dampaknya

Konferensi Yalta: Tokoh, Hasil, dan Dampaknya

Stori
Narciso Ramos, Tokoh Pendiri ASEAN dari Filipina

Narciso Ramos, Tokoh Pendiri ASEAN dari Filipina

Stori
Biografi Pangeran Diponegoro, Sang Pemimpin Perang Jawa

Biografi Pangeran Diponegoro, Sang Pemimpin Perang Jawa

Stori
Biografi Mohammad Yamin dan Perjuangannya

Biografi Mohammad Yamin dan Perjuangannya

Stori
Ras yang Mendominasi Asia Timur dan Asia Tenggara

Ras yang Mendominasi Asia Timur dan Asia Tenggara

Stori
Sejarah Kelahiran Jong Java

Sejarah Kelahiran Jong Java

Stori
7 Fungsi Pancasila

7 Fungsi Pancasila

Stori
Sa'ad bin Ubadah, Calon Khalifah dari Kaum Anshar

Sa'ad bin Ubadah, Calon Khalifah dari Kaum Anshar

Stori
JH Manuhutu, Presiden Pertama RMS

JH Manuhutu, Presiden Pertama RMS

Stori
Penyebaran Berita Proklamasi Kemerdekaan di Sunda Kecil

Penyebaran Berita Proklamasi Kemerdekaan di Sunda Kecil

Stori
Apa yang Dimaksud Kepulauan Sunda Besar?

Apa yang Dimaksud Kepulauan Sunda Besar?

Stori
Kenapa Bali, NTB, dan NTT Disebut Sunda Kecil?

Kenapa Bali, NTB, dan NTT Disebut Sunda Kecil?

Stori
Sejarah Tarian Rangkuk Alu

Sejarah Tarian Rangkuk Alu

Stori
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com