Diilhami oleh gagasan kedudukan wanita dalam masyarakat Indonesia yang disampaikan oleh Bahder Djohan, seorang pelajar Stovia, dalam Kongres Pemuda I, para wanita mulai memperjuangkan emansipasinya terutama di bidang politik dan pendidikan.
Setelah Kongres Pemuda II, pengaruh kebangsaan semakin berkobar dalam pergerakan wanita.
Dengan semangat kebangsaan, pada 22 Desember 1928, organisasi-organisasi wanita mengadakan kongres di Yogyakarta.
Tokoh-tokoh pergerakan wanita seperti SK Trimurti, Maria Ulfa Poernamawoelan, Siti Soendari, Ny. Prawirodirdjo, dan lain-lain, aktif melakukan penyadaran terhadap wanita dalam bidang politik dan pendidikan.
Referensi: