Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Toto TIS Suparto
Editor Buku Lepas, Ghostwritter

Editor Buku

Baut

Kompas.com - 13/02/2024, 17:24 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Faktanya? Dibiarkan saja toh nanti akan ditertibkan Satpol PP.

Nah, hal kecil (bersihkan alat kampanye) saja disepelekan, lama kelamaan hal besar pun diremehkan. Inilah karakter yang harus dipertimbangkan pemilih.

Atau sebaliknya, ketika calon pemimpin lebih mendahulukan hal besar, maka hal kecil bisa jadi bakal diremehkan.

Forbes pernah melakukan studi, apa dampaknya jika seorang pemimpin (perusahaan) meremehkan hal-hal kecil? Studi memang untuk pemimpin korporasi, tetapi ada benang merah yang bisa ditarik untuk kasus pemimpin negara. Akibatnya antara lain:

Pertama, kata Salvador Ordorica, Grup Spanyol LLC, pemimpin dapat memberikan dampak negatif dengan meremehkan kontribusi kecil sehingga menyebabkan demotivasi.

Untuk membalikkan hal ini, para pemimpin harus secara aktif mengakui dan menghargai upaya mereka, memberikan umpan balik konstruktif dan menciptakan peluang untuk pertumbuhan dan pengakuan.

Kedua, enggan mendengar. Paul Flick, Konsultan Merek Layanan Premium menyatakan pemimpin yang tidak mengizinkan orang lain untuk didengarkan atau berbagi masukan akan menciptakan lingkungan negatif.

Pemimpin harus berkolaborasi dengan karyawannya dan memberikan otonomi, bukan bekerja secara terpisah.

Ketiga, tidak menempatkan diri pada posisi orang kecil. Seringkali pemimpin lupa bahwa setiap orang adalah individu yang memahami sesuatu secara berbeda.

Mereka sering berkomunikasi dari sudut pandang sendiri dan tidak menempatkan diri sendiri pada posisi orang lain.

Dalam hal ini, mereka harus membangun hubungan pribadi dan memperhatikan kebutuhan orang lain.

"Berpikiran terbuka dan berkomunikasi dengan sangat jelas, tanpa ego, membuat perbedaan besar," kata Thomas Gal dari SichtbarerWerden.

Keempat, memimpin tanpa memberi teladan. Celaka bukan? Idealnya memimpin dengan memberi contoh. Seorang pemimpin yang baik harus menetapkan standar melalui tindakannya.

Kelima, terlalu banyak melakukan perubahan. Melakukan perubahan terlalu cepat, termasuk restrukturisasi, perubahan prioritas dan tujuan, serta perubahan staf secara tiba-tiba dapat menciptakan ketidakstabilan, stres, dan kebingungan.

Keenam, tidak mudah didekati. Pemimpin itu akan membangun kepercayaan yang berkelanjutan. Ini memastikan pintu mereka selalu terbuka. Bukan susah didekati.

Setidaknya dampak yang disebutkan tersebut, menjadi pertimbangan bersama bahwa siapapun calon pemimpin kita, ia tidak meremehkan hal-hal kecil.

Ia memahami langkah kecil sebelum melakukan perjalanan bermil-mil. Ia tahu bahwa baut yang kecil itu, punya peran besar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com