Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ignatius B Prasetyo

A Masterless Samurai

Humor Itu Sehat?

Kompas.com - 12/02/2024, 12:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Ini berhubungan dengan kebudayaan high-context, seperti sudah saya tulis sebelumnya.

Dengan berbagai alasan di atas, maka untuk memahami humor Jepang diperlukan pemahaman dan kepekaan pada budaya, serta pemahaman akan nilai-nilai penting yang dijunjung tinggi oleh masyarakat.

Meskipun kondisinya agak sedikit lain di Jepang, tetapi umumnya humor yang mengundang tawa kelihatannya merupakan hal sepele. Artinya, kita biasanya berasumsi bahwa hal itu mudah dilakukan.

Akan tetapi, dengan beberapa manfaat, penggunaannya dalam keseharian bahkan pada politik, melalui tinjauan filosofis, maupun dari berbagai budaya, humor ternyata tidak sesimpel yang diduga.

Dengan alasan sama, maka saya mempersilakan Anda untuk menjawab pertanyaan pada judul. Kiranya setiap orang mempunyai perspektif masing-masing, sehingga jawaban bisa saja berbeda.

Sebagai penutup dan perenungan pada masa tenang sebelum pencoblosan 14 Februari nanti, saya ingin menuliskan cuplikan humor dari buku populer pada era 90-an, yaitu "Mati Ketawa Cara Rusia".

Silakan tertawa jika Anda terhibur. Ini penting sebab seperti slogan Warkop DKI, "Tertawalah sebelum tertawa itu dilarang".

Tiga pemimpin dunia menanyakan kapan rakyatnya bahagia.

Kennedy menghadap Tuhan, dan memohon jawaban berapa lama lagi rakyatnya bahagia.

"Lima puluh tahun lagi," jawab Tuhan. Kennedy menagis, dan berlalu.

De Gaulle melalukan hal sama, dan meminta jawaban kapan rakyatnya bisa bahagia.

"Seratus tahun lagi," jawab Tuhan. De Gaulle menangis, dan berlalu.

Terakhir Khrushchev menghadap Tuhan dan memohon jawaban berapa lama lagi rakyatnya bahagia. Tuhan menangis, dan berlalu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com