Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ignatius B Prasetyo

A Masterless Samurai

Humor Itu Sehat?

Kompas.com - 12/02/2024, 12:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Ketika kesalahan terjadi, orang biasanya mengambil dua langkah, yaitu "Plan A" dan "Plan B".

"Plan A" adalah menggunakan humor, tujuannya untuk melakukan penyangkalan dengan alasan apa saja, bahkan terkadang mencemooh (Lewis menyebutnya sebagai finger-wagging).

Kalau ini gagal, maka "Plan B" dilakukan, yaitu mencemooh diri sendiri dengan humor (Self-denigrating), yang diharapkan mampu meminimalkan kesalahan.

Jika berhasil, maka Lewis mengatakan politisi telah berubah dari orang yang dicemooh, menjadi pelawak.

Kita kembali pada masalah tertawa.

Jika ditinjau dari aspek filosofis, Immanuel Kant dalam "Critique of Judgement" mengatakan, tertawa adalah hal yang terjadi ketika orang mempunyai serangkaian ekspektasi, tetapi tiba-tiba berubah menjadi sesuatu yang tidak terduga.

Dalam politik contohnya usaha untuk tiba-tiba mengubah perangai seseorang 180 derajat. Kita tidak tahu tujuannya, namun ini bisa mengundang tawa.

Herbert Spencer dalam "The Physiology of Laughter" mengatakan, orang yang tertawa dapat melepaskan diri dari tekanan-tekanan yang dirasakan oleh saraf. Tertawa membuat pikiran bisa tenang.

Tertawa karena humor, adalah hal yang berlaku secara universal, termasuk di Jepang. Hanya saja, keadaan sedikit berbeda dengan Indonesia karena Jepang mempunyai budaya high-context.

Artinya, selain komunikasi lisan maupun tulisan, maka hal lain seperti nada bicara, gerak gerik, malahan status seseorang, menjadi hal penting.

Kalau kita kilas balik sejarah sejenak, ternyata humor sudah dikenal lama di Jepang.

Pada buku sejarah dan legenda tertua Jepang bernama "Kojiki" yang ditulis tahun 712, ada cerita untuk memancing keluar Amaterasu dari persembunyiannya di Amano-iwato, maka Ameno-uzume memperagakan tarian berani yang bisa memancing tawa para dewa.

Humor di Jepang banyak mengambil dasar dari rakugo, yaitu seni penutur tunggal yang muncul sekitar tahun 1700-an. Sehingga humornya, mempunyai ciri khas yang memang tidak dapat ditemukan di negara lain.

Misalnya, humornya tidak bertujuan menyakiti perasaan orang lain. Umumnya, humor dibuat atau diungkapkan berdasarkan empati dan rasa kasih sayang.

Kebanyakan humornya juga tidak membuat orang tertawa melalui dialog maupun cerita yang disajikan. Namun, unsur humor secara implisit ada pada penggunaan kata maupun situasi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com