Kekejamannya tampak dalam peristiwa Pembantaian Banda pada 1621, yang menyebabkan rakyat di pulau penghasil pala tersebut dibantai, diperbudak, dan diusir dari tanah mereka.
JP Coen meninggal secara mendadak di Batavia pada 1629, di tengah serangan Sultan Agung dari Mataram Islam.
Baca juga: Siapa Gubernur Jenderal VOC yang Melakukan Pembantaian di Banda?
Sebagai tokoh yang berhasil memakmurkan negerinya, JP Coen diangap sebagai pahlawan nasional di Belanda, yang warisannya terus dikenang selama beberapa abad.
Barulah pada sekitar abad ke-19, warisannya menjadi kontroversial karena kekerasan yang ia lakukan, terutama di Kepulauan Banda, yang dianggap sebagai genosida.
Di Indonesia, dua abad lebih setelah kepergiannya, pemerintah kolonial Belanda mendirikan sebuah monumen dan patung JP Coen.
Patung JP Coen didirikan pada 1869, bertepatan dengan 250 tahun usia Kota Batavia.
Di masa kolonial, ulang tahun Batavia diperingati setiap 30 Mei, di momen JP Coen meruntuhkan Jayakarta dan mendirikan Batavia.
Patung JP Coen yang berdiri dengan sangat angkuh sambil menunjuk telunjuknya, menjulang di depan Gedung Putih, yang sekarang menjadi Gedung Departemen Keuangan di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat.
Baca juga: Tjarda van Starkenborgh Stachouwer, Gubernur Jenderal Hindia Belanda Terakhir
Dalam peristiwa tersebut, terdapat sejumlah rakyat Indonesia yang berpartisipasi meruntuhkan patung JP Coen dengan menariknya menggunakan tali tambang.
Mereka berjuang sekuat tenaga untuk menarik patung dari sosok yang paling menyengsarakan rakyat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.