Batu-batu itu digunakan sebagai altar.
Mereka percaya bahwa agar keinginan terkabul maka darah hewan kurban atau makanan persembahan harus dijadikan tumbal, kemudian dioleskan di atas permukaan batu atau diletakkan di depannya. Setelah itu, anggota keluarga suku menari di sekitar batu tersebut.
Baca juga: Hubal, Berhala Paling Dimuliakan Masyarakat Mekkah Zaman Jahiliyah
Para penyembah berhala menjilat batu itu atau memasukkan kaki dan tangan ke dalamnya agar tercipta hubungan timbal balik dengan dewa yang diyakini menghuni batu.
Orang Arab Jahiliyah meyakini berhala dan benda-benda yang memiliki kekuatan gaib dapat mendatangkan malapetaka atau keberuntungan.
Penduduk Jazirah Arab sebelum Islam masuk, tidak hanya penganut paganisme, tetapi juga meyakini agama Yahudi dan Nasrani.
Agama Yahudi telah tersebar di Yaman yang kemudian oleh Bani Quraizah, Bani Nadhir, dan Bani Qainuqa dibawa ke Wadi Al-Qura, Khaibar, Taima, dan Yatsrib.
Sementara itu, agama Nasrani telah dianut oleh beberapa kabilah Arab, baik di Arabia Utara maupun Arabia Selatan.
Agama ini disebarkan oleh imperium Romawi di Arabia sejak abad ke-4 Masehi yang berpusat di Yaman, Suriah, Hira, dan Abyssinia.
Baca juga: Sejarah Agama Yahudi
Pada waktu itu, agama Nasrani telah terpecah menjadi beberapa aliran dan yang paling terkenal adalah aliran Nestorian. Aliran ini berkembang di Hirah.
Ada juga aliran Yacobit yang berkembang di Ghassan dan Syam.
Sementara itu, di Mekkah, penganut Nasrani menjadi minoritas, sama halnya dengan Hanif.
Meskipun begitu, baik Nasrani maupun Yahudi, tidak mampu menghapus tradisi Jahiliyah yang bertentangan dengan ajaran tauhid, berbeda dengan Islam yang sukses menghilangkan tradisi tersebut.
Referensi: