Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kehidupan Agama di Jazirah Arab Sebelum Kedatangan Islam

Kompas.com - 28/12/2023, 12:00 WIB
Endang Mulyani,
Tri Indriawati

Tim Redaksi

KOMPAS.COM - Bagi bangsa Arab Jahiliyah, Tuhan diyakini sebagai sumber kehidupan yang memiliki peran penting dalam memengaruhi kehidupan manusia.

Adapun persembahan dan ritual keagamaan dilakukan dengan tujuan mendekatkan diri kepada Tuhan.

Ritual tersebut sudah diwarisi secara turun-temurun dari Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail.

Kepercayaan mereka terhadap Tuhan telah menyimpang karena bercampur dengan takhayul dan kemusyrikan dengan menyembah patung yang terbuat dari kayu, emas, perak, atau logam.

Sebelum Islam datang, bangsa Arab menyembah berhala, memuja dewa, serta beragama Nasrani dan Yahudi.

Menyembah berhala

Patung atau berhala dijadikan perantara dalam menyembah Tuhan. Kepercayaan itu disebut dengan istilah paganisme.

Dalam Alquran disebutkan bahwa terdapat tiga berhala yang disembah masyarakat Arab Jahiliyah sejak zaman kuno, yaitu Al-Lata, Al-Uzza, dan Manata yang merupakan perwakilan dari Matahari, Venus, dan Dewi Fortuna.

Berhala- berhala itu juga terdapat di dalam dan di sekitar Ka'bah. Orang-orang Arab memuja dan menyembah berhala pada waktu thawaf dengan harapan memperoleh syafaat atau pembelaan.

Di seluruh Jazirah Arab terdapat berhala-berhala yang disembah dan kota Mekkah menjadi pusatnya.

Baca juga: Empat Berhala Utama yang Disembah Masyarakat Arab Jahiliyah

Penyembahan berhala-berhala cenderung mempengaruhi kehidupan orang-orang Arab, seperti dalam hal pemberian nama-nama anak.

Orang Arab menamai anak-anak mereka menyerupai nama-nama berhala, seperti Abd Al-Uzza, Zaid Al-Latta, Abdu Manata, dan Zaid Manata.

Tradisi menamai anak dengan nama-nama berhala di kalangan Arab Jahiliyah tampaknya juga berlanjut pada umat Islam yang mengambil nama-nama Allah atau kata-kata mengandung arti baik dalam Alquran.

Hal tersebut merupakan wujud dari rasa keterikatan emosional terhadap agama yang dianut.

Tentu ini tidak berarti umat Islam mengikuti tradisi Jahiliyah. Sebab, Nabi Muhammad menganjurkan umatnya agar menamai anak dengan nama yang baik.

Meyakini dewa

Bukan hanya menyembah berhala, orang-orang Arab Jahiliyah juga memuja dewa atau roh yang diyakini menghuni batu-batu besar, karang, pohon, atau sumber mata air.

Batu-batu itu digunakan sebagai altar.

Mereka percaya bahwa agar keinginan terkabul maka darah hewan kurban atau makanan persembahan harus dijadikan tumbal, kemudian dioleskan di atas permukaan batu atau diletakkan di depannya. Setelah itu, anggota keluarga suku menari di sekitar batu tersebut.

Baca juga: Hubal, Berhala Paling Dimuliakan Masyarakat Mekkah Zaman Jahiliyah

Para penyembah berhala menjilat batu itu atau memasukkan kaki dan tangan ke dalamnya agar tercipta hubungan timbal balik dengan dewa yang diyakini menghuni batu.

Orang Arab Jahiliyah meyakini berhala dan benda-benda yang memiliki kekuatan gaib dapat mendatangkan malapetaka atau keberuntungan.

Nasrani dan Yahudi

Penduduk Jazirah Arab sebelum Islam masuk, tidak hanya penganut paganisme, tetapi juga meyakini agama Yahudi dan Nasrani.

Agama Yahudi telah tersebar di Yaman yang kemudian oleh Bani Quraizah, Bani Nadhir, dan Bani Qainuqa dibawa ke Wadi Al-Qura, Khaibar, Taima, dan Yatsrib.

Sementara itu, agama Nasrani telah dianut oleh beberapa kabilah Arab, baik di Arabia Utara maupun Arabia Selatan.

Agama ini disebarkan oleh imperium Romawi di Arabia sejak abad ke-4 Masehi yang berpusat di Yaman, Suriah, Hira, dan Abyssinia.

Baca juga: Sejarah Agama Yahudi

Pada waktu itu, agama Nasrani telah terpecah menjadi beberapa aliran dan yang paling terkenal adalah aliran Nestorian. Aliran ini berkembang di Hirah.

Ada juga aliran Yacobit yang berkembang di Ghassan dan Syam.

Sementara itu, di Mekkah, penganut Nasrani menjadi minoritas, sama halnya dengan Hanif.

Meskipun begitu, baik Nasrani maupun Yahudi, tidak mampu menghapus tradisi Jahiliyah yang bertentangan dengan ajaran tauhid, berbeda dengan Islam yang sukses menghilangkan tradisi tersebut.

Referensi:

  • Pulungan, J. S. (2017). Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com