Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sumber Sejarah Kerajaan Sriwijaya

Kompas.com - 30/10/2023, 15:00 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

Sumber Kompas.com

KOMPAS.com - Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan bercorak Buddha di Indonesia, yang pernah berdiri dari abad ke-7 hingga abad ke-13.

Letak Kerajaan Sriwijaya diduga kuat berada di Palembang, Sumatera Selatan.

Pada masa kejayaannya, Sriwijaya dikenal sebagai kerajaan maritim yang masyhur dan menjadi pusat penyebaran agama Buddha.

Sumber sejarah, baik dari dalam dan luar negeri, yang membuktikan adanya Kerajaan Sriwijaya tergolong banyak jumlahnya.

Apa saja sumber-sumber sejarah Kerajaan Sriwijaya?

Baca juga: Kerajaan Sriwijaya: Letak, Raja-raja, Masa Kejayaan, dan Peninggalan

Catatan China

Informasi mengenai berdirinya Kerajaan Sriwijaya pada abad ke-7 dapat ditemukan pada sejumlah kronik China.

Salah satu sumber tertulis dari China yang sangat penting adalah catatan I-Tsing, seorang biksu China yang menerjemahkan teks agama Buddha dan pernah belajar hingga India.

Dalam perjalanannya ke India untuk memperdalam ajaran Buddha, I-Tsing sempat singgah kemudian tinggal di Kerajaan Sriwijaya.

Perkembangan kehidupan beragama Kerajaan Sriwijaya menurut I-Tsing sangat baik.
Pada kunjungan pertamanya (671-672), I-Tsing menghabiskan enam bulan di Sriwijaya untuk belajar bahasa Sanskerta dan Melayu.

Setelah itu, ia melanjutkan perjalanan ke Nalanda di India, yang menjadi pusat pendidikan agama Buddha saat itu, dan tinggal selama 11 tahun untuk memperdalam ilmunya.

Baca juga: I-Tsing, Biksu China yang Memperdalam Agama Buddha di Sriwijaya

Pada 687, dalam perjalanannya kembali ke China, I-Tsing singgah lagi di Kerajaan Sriwijaya.

Saat itu, Palembang telah menjadi pusat penyebaran agama Buddha dan I-Tsing tinggal selama beberapa tahun untuk menerjemahkan kitab suci Buddha dari bahasa Sanskerta ke bahasa Mandarin.
Dalam catatannya, I-Tsing kagum dengan perkembangan agama Buddha di Sriwijaya.

I-Tsing bahkan menyarankan para biksu dari negerinya yang hendak menuju Nalanda, singgah dan belajar di Sriwijaya.

Para biksu yang melawat ke Sriwijaya pun mempunyai tempat khusus dan sangat dihormati, baik oleh penguasa ataupun rakyatnya.

Meski pada saat itu Nalanda disebut sebagai pusat pengajaran agama Buddha terbesar, Sriwijaya menjadi pusat penyebaran dan ilmu pengetahuan agama Buddha di kawasan Asia Tenggara.

Selain catatan I-Tsing, ada juga berita-berita dari masa Dinasti Song (960-1279).

Dari catatan-catatan tersebut, diketahui bahwa Sriwijaya secara rutin mengirim utusan ke China.

Baca juga: Komoditas Perdagangan Kerajaan Sriwijaya

Berita Arab dan Persia

Kerajaan Sriwijaya juga disebut dalam sumber-sumber dari Arab dan Persia.

Beberapa sumber yang mencatat informasi mengenai Kerajaan Sriwijaya yakni, catatan Ibn Hordadzbeh (844-848), catatan sudagar Sulayman (851), berita Ibn al-fakih (902), berita Ibn Rosteh (903), catatan Abu Zayd (916), dan catatan ahli geografi bernama Mas'udi (935).

Para pendatang dari Arab dan Persia umumnya berprofesi sebagai pedagang.

Oleh karena itu, catatan-catatan Arab dan Persia biasanya menyebutkan tentang komoditas perdagangan Kerajaan Sriwijaya.

Mereka juga menyebut raja Sriwijaya sangat kaya dan memiliki wilayah kekuasaan yang luas.

Baca juga: 7 Prasasti Peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang Berisi Kutukan

Prasasti

Kerajaan Sriwijaya meninggalkan cukup banyak prasasti yang umumnya tersebar di wilayah Pulau Sumatera.

Berikut ini beberapa prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya.

  • Prasasti Kedukan Bukit
  • Prasasti Telaga Batu
  • Prasasti Kota Kapur
  • Prasasti Karang Berahi
  • Prasasti Palas Pasemah
  • Prasasti Talang Tuo
  • Prasasti Hujung Langit
  • Prasasti Bungkuk
  • Prasasti Boom Baru
  • Prasasti Baturaja

Selain catatan China, sumber sejarah Kerajaan Sriwijaya dari luar negeri ada pula yang berupa prasasti.

Berikut ini beberapa prasasti dari luar negeri yang menyebutkan tentang Kerajaan Sriwijaya.

  • Prasasti Nalanda (India)
  • Prasasti Ligor (Thailand)
  • Prasasti Tanjore (India)
  • Prasasti Leiden (dari India kemudian disimpan di Belanda)

Baca juga: Prasasti Tanjore, Bukti Takluknya Kerajaan Sriwijaya oleh Raja Chola

Surat Raja Sriwijaya kepada khalifah Bani Umayyah

Vatatan sejarah menyebut bahwa raja Sriwijaya pernah mengirim surat kepada Kekhalifahan Bani Umayyah di Damaskus, Suriah.

Keberadaan surat dari Sriwijaya ke Bani Umayyah diulas oleh sejarawan asal Pakistan SQ Fatimi dalam karyanya yang berjudul, The Two Letters from The Maharaja to The Khalifah.

Fatimi menyebut bahwa pada tahun 100 Hijriah atau sekitar 718 Masehi, seorang raja Sriwijaya mengirim sepucuk surat untuk Khalifah Daulah Umayyah.

Apabila melihat tahun surat tersebut, kalifah yang dikirimkan surat oleh raja Kerajaan Sriwijaya adalah Umar bin Abdul Aziz, yang berkuasa antara 717 hingga 720.

Sedangkan raja yang mengirim surat adalah Sri Indrawarman, penguasa Sriwijaya pada awal abad ke-8.

Surat Raja Sri Indrawarman untuk Khalifah Umar bin Abdul Aziz berisi permintaan agar dikirimkan seseorang yang bisa menjelaskan ajaran Islam.

Surat tersebut pernah dikutip dalam Al-Iqd Al-Farid karya Ibnu Abdu Rabbih, seorang sastrawan asal Spanyol, dan dalam Al-Nujum Az-Zahirah fi Muluk Misr wa Al-Qashirah (Perbintangan Terang Raja Mesir dan Kairo) karya Ibnu Tagribirdi, sastrawan dari Mesir.

 

Referensi:

  • Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto (Eds). (2008). Sejarah Nasional Indonesia II: Zaman Kuno. Jakarta: Balai Pustaka.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com