Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perlawanan Rakyat Minahasa terhadap Spanyol

Kompas.com - 18/10/2023, 12:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Tri Indriawati

Tim Redaksi

Namun, hubungan yang sudah terjalin dengan baik ini disalahgunakan oleh Spanyol.

Sebab, Spanyol mengirimkan tentara-tentaranya di seluruh pelosok Minahasa dan mulai melakukan berbagai tindakan yang tidak disukai oleh rakyat Minahasa.

Di daerah pedalaman, tentara-tentara Spanyol kerap melakukan tindak kekerasan dan merampas bahan makanan rakyat.

Belum berhenti di situ, amarah rakyat Minahasa semakin memuncak setelah tentara-tentara Spanyol diketahui "mengambil" gadis-gadis Minahasa yang mereka temui.

Tindakan ini dianggap sebagai bentuk pelanggaran asusila.

Tindakan-tindakan yang semakin lama semakin merugikan rakyat Minahasa membuat mereka membenci Spanyol.

Terutama, setelah Spanyol melukai salah satu pemimpin rakyat Minahasa di Timohon.

Didorong dengan kondisi ini, rakyat Minahasa melakukan perlawanan terhadap Spanyol pada 1644.

Baca juga: Hubungan antara Spanyol dengan Kerajaan Tidore

Perang berlangsung

Bentrokan antara rakyat Minahasa dan Spanyol terjadi yang menewaskan sekitar 40 tentara Spanyol di Tanawangko.

Karena takut mendapat serangan balik dari Spanyol, rakyat Minahasa meminta bantuan kepada VOC pada 21 April 1644.

VOC pun bersedia membantu rakyat Minahasa dengan mengirimkan 70 pasukan tambahan.

Pasukan ini dipimpin oleh Paulus Andriessen.

Meskipun sudah dibantu oleh Belanda, tentara pribumi tidak berdiam diri.

Tentara pribumi ikut melemparkan serangan kepada pasukan Spanyol pada 10 Agustus 1644, yang menewaskan pendeta Lorenza Geralda pada 14 Agustus 1644.

Selain itu, rakyat Minahasa juga melakukan pengepungan dan serangan beruntun terhadap Spanyol yang menyebabkan mereka kehabisan bahan makanan sehingga terpaksa untuk meninggalkan Minahasa.

Pada akhirnya, perlawanan ini dimenangi oleh pihak rakyat Minahasa.

Sejak Spanyol pergi, rakyat Minahasa telah terbebas dari praktik kolonialisme Spanyol.

 

Referensi:

  • Drs. J. P. Tooy, Let. Kol. Inf. Dres. Soetardono. dkk. (1981). Sejarah Perlawanan terhadap Imperialisme dan Kolonialisme di Sulawesi Utara. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com