Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Homo Floresiensis, Manusia Kerdil yang Hanya Ada di Indonesia

Kompas.com - 06/10/2023, 22:00 WIB
Rebeca Bernike Etania,
Tri Indriawati

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Homo floresiensis atau lebih populer disebut sebagai "Hobbit" adalah manusia purba berukuran kerdil.

Homo floresiensis ditemukan pada 2003 di Gua Liang Bua di Flores.

Bagaimana sejarah penemuan manusia kerdil tersebut dan mengapa kerangkanya hanya ditemukan di Indonesia.

Baca juga: Kenapa Homo Floresiensis Disebut juga Manusia Kerdil?

Penemuan kerangka manusia kerdil

Pada 2003, sebuah penemuan monumental mengubah paradigma arkeologi manusia purba di Indonesia.

Pada tahun tersebut, kerangka manusia kerdil ditemukan dalam ekspedisi yang dipimpin oleh arkeolog Mike Morwood.

Ekspedisi itu bahkan menemukan lebih dari 100 fosil Homo floresiensis di Liang Bua.

Termasuk di antaranya adalah sebagian kerangka dari seekor betina yang disebut sebagai Liang Bua 1 atau LB1, bersama dengan pecahan fosil dari setidaknya 13 individu.

Spesies ini kemudian dikenal sebagai Homo floresiensis atau lebih populer dengan sebutan "Hobbit" yang  merujuk pada manusia kerdil.

Belum jelas kapan tepatnya Homo floresiensis muncul di Flores, tetapi fosil tertuanya setidaknya berusia 100.000 tahun.

Ketika Homo floresiensis ditemukan pertama kali, para peneliti memperkirakan kerangka tersebut baru berusia kurang dari 20.000 tahun.

Namun, usia kerangka kemudian direvisi menjadi sekitar 60.000 tahun.

Adapun kemunculan terakhir Homo floresiensis diperkirakan sekitar 50.000 tahun lalu berdasarkan penelitian terhadap perkakas batu yang mereka gunakan.

Hingga saat ini, tidak ada sisa-sisa manusia modern yang ditemukan di wilayah itu sejak 50.000 tahun lalu. Artinya, Homo floresiensis telah punah secara fisik sebelum manusia modern muncul di wilayah tersebut.

Baca juga: Manusia Kerdil di Flores Bukan karena Malnutrisi

Ciri-ciri Homo Floresiensis

Homo floresiensis dikenal sebagai 'hobbit' karena tingginya hanya sekitar 1,05 meter.

Saat pertama kali ditemukan, para arkeolog mengira bahwa kerangka terebut merupakan anak dari manusia modern, tetapi analisis lebih lanjut menunjukkan ciri-ciri yang tidak biasa.

Terdapat tonjolan alis yang jelas dan perkembangan gigi bungsu, mengindikasikan bahwa individu tersebut adalah orang dewasa.

Otaknya memiliki volume sekitar 380 cc dan berukuran jauh lebih kecil daripada otak manusia modern.

Selain memiliki otak yang sangat kecil yakni sekitar sepertiga dari ukuran otak manusia modern, Homo floresiensis juga memiliki bentuk tubuh tidak umum.

Tulang pinggulnya cenderung lebar dan melebar, sedangkan tulang selangkanya relatif pendek dan sendi bahunya terletak agak jauh ke depan.

Tengkoraknya berukuran kecil dan memanjang, sedangkan bagian dahinya tidak menonjol dan bersifat sempit.

Ciri-ciri ini membuatnya dijuluki sebagai "manusia kerdil".

Kerangka dari Liang Bua juga menunjukkan ciri-ciri kaki, tangan, pergelangan tangan, dan rahang yang terlihat lebih primitif dibandingkan dengan manusia lain yang hidup dalam jutaan tahun terakhir.

Ciri-ciri ini mirip dengan beberapa spesies Australopithecus, sehingga menunjukkan bahwa Homo floresiensis mungkin berasal dari kelompok manusia primitif yang hidup jauh sebelum adanya manusia modern.

Baca juga: Saudara Manusia Kerdil The Hobbit dari Flores Ditemukan

Misteri evolusi dan pertalian manusia purba kerdil

Penemuan Homo floresiensis menciptakan gelombang kontroversi di dunia ilmu pengetahuan.

Tim peneliti yang menemukan fosil ini menyampaikan klaim bahwa Homo floresiensis merupakan turunan dari spesies Homo erectus yang menghuni wilayah Asia Tenggara sekitar satu juta tahun lalu.

Mereka meyakini bahwa evolusi tubuh yang lebih kecil terjadi akibat proses seleksi alam.

Dasar dari hipotesis ini mencakup penemuan berbagai peralatan yang umumnya digunakan oleh Homo erectus di sekitar situs penemuan Homo floresiensis.

Fosil gajah purba (stegodon) berukuran kecil yang juga ditemukan di Pulau Flores semakin memperkuat keyakinan para ilmuwan bahwa banyak makhluk hidup di Flores mengalami adaptasi dengan mengubah ukuran tubuh mereka menjadi lebih kecil.

Meskipun ada pendapat yang menyatakan bahwa Homo floresiensis seharusnya dianggap sebagai spesies manusia baru, pandangan ini tidak diterima oleh Teuku Jacob, seorang ahli arkeologi.

Menurutnya, Homo floresiensis bukanlah spesies baru, melainkan merupakan keturunan manusia Flores yang mengidap penyakit mikrosefali, ditandai oleh tengkorak dan otak lebih kecil.

Penyakit ini bahkan masih ditemukan pada sebagian penduduk sekitar Gua Liang Bua hingga saat ini.

Kapan Homo floresiensis punah?

Tanda terakhir adanya Homo floresiensis ditemukan sekitar 50.000 tahun lalu.

Segera setelah itu bukti manusia modern di Flores muncul sekitar 46.000 tahun yang lalu.

Ini artinya, Homo floresiensis merupakan salah satu dari beberapa manusia purba yang telah punah ketika manusia modern mulai berkembang biak di seluruh dunia.

Spesies lain seperti Neanderthal, Denisovan, Homo luzonensis, dan Homo erectus juga diyakini punah seiring penyebaran dan bertambahnya jumlah manusia modern.

Ada anggapan tentang kemungkinan masih adanya manusia kerdil yang terlihat dalam bentuk manusia kecil berbulu atau makhluk mirip manusia di hutan.

Namun, para arkeolog skeptis dan menganggap akan sulit bagi kelompok manusia tersebut untuk tetap tersembunyi, mengingat ukuran Pulau Flores yang kecil dan banyaknya penduduk.

Referensi:

  • Pujiani, Sri. (2019). Zaman Prasejarah. Singkawang: Maraga Borneo Tarigas.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com