Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kontroversi RA Kartini

Kompas.com - 24/09/2023, 06:15 WIB
Rebeca Bernike Etania,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

Jacob Cornelis Mattheus Rijk Abendanon atau atau JH Abendanon sendiri adalah seorang pejabat kolonial Belanda yang memiliki peran penting dalam mengumpulkan dan menerbitkan surat-surat Kartini.

Peran Abendanon dalam penerbitan surat-surat Kartini juga menimbulkan keraguan terhadap keotentikan isi surat-surat tersebut, mengingat peran dan konteks politiknya sebagai pejabat kolonial yang dapat memengaruhi cara presentasi dan interpretasi surat-surat Kartini.

Salah satu faktor yang menyebabkan keraguan ini semakin berkembang adalah karena naskah asli surat-surat Kartini belum berhasil ditemukan hingga saat ini. Ketidaktemuan naskah asli surat-surat Kartini menjadi bahan perdebatan yang cukup kompleks.

Beberapa kalangan menganggap bahwa surat-surat yang ada mungkin telah mengalami penyuntingan atau penambahan kata-kata tertentu yang dapat mempengaruhi makna dan pandangan asli Kartini.

Hal ini terutama disebabkan oleh keterlibatan JH Abendanon dalam penyampaian surat-surat tersebut kepada publik.

Baca juga: Benarkah RA Kartini Berpandangan Maju dan Modern?

Konteks politik pada masa penerbitan buku Kartini juga menjadi faktor yang mengkristalkan keraguan terhadap keotentikan surat-surat tersebut.

Saat itu, Belanda sedang menjalankan politik etis di Hindia Belanda yang mencoba memperbaiki citra kolonialisme mereka dengan mengedepankan pendidikan dan perkembangan sosial di kalangan pribumi.

Oleh karena itu, terdapat keraguan apakah penerbitan buku Kartini dalam konteks politik ini dapat memengaruhi penafsiran dan presentasi isi surat-suratnya.

Beberapa pihak memandang bahwa ada kemungkinan surat-surat tersebut dipilih dan disajikan dengan cara tertentu untuk mendukung narasi politik yang ingin dijalin oleh pemerintah kolonial.

Namun, pandangan Kartini yang terkait dengan feminisme sebenarnya dapat dijelaskan melalui pengaruh lingkungannya. Ia berhubungan dengan teman-teman korespondensinya yang memiliki pandangan feminis, seperti Stella Zeehandelar.

Baca juga: Kartini: Memperjuangkan Emansipasi dengan Literasi (Bagian I)

Meskipun tidak sepenuhnya mengadopsi pandangan feminis Barat, Kartini berjuang untuk memberikan perubahan kondisi perempuan pada masanya, termasuk hak-hak dan pendidikan yang lebih baik.

Bahkan, pandangan Kartini terkait feminisme memiliki kaitan dengan ajaran Islam yang ia pelajari. Dalam surat-suratnya, Kartini terinspirasi oleh ajaran agamanya dan merangkul peran perempuan dalam kehidupan sosial.

Ia mencoba memahami ajaran Islam secara mendalam dan berusaha menyatukan pemikiran kebebasan perempuan dengan ajaran agamanya. Pandangannya mencerminkan bahwa Kartini tidak hanya berjuang untuk emansipasi perempuan, tetapi juga untuk perubahan sosial dan hak-hak perempuan.

Dalam pandangan yang lebih luas, kontroversi terkait RA Kartini adalah refleksi dari kompleksitas sejarah dan perjuangan emansipasi perempuan di Indonesia.

Sosok Kartini telah memberikan inspirasi bagi banyak orang, tetapi juga memicu diskusi tentang konsep emansipasi, agama, dan peran perempuan dalam masyarakat.

Dengan melihat kedalaman dan kompleksitas pandangan Kartini, kita dapat menghargai warisan berharga yang ia tinggalkan bagi perubahan sosial di tanah air.

Referensi:

  • Soekanto, Soerjono. (1994). Kartini, seorang Jawa dan nasionalis. Gramedia Pustaka Utama 
  • Kartini: (2005). The Complete Writings 1898–1904. Monash Asia Institute
  • Radjiman Wedyodiningrat.(1992). Raden Adjeng Kartini: Her Position in Time. Gramedia Pustaka Utama
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com