Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biografi Taufiq Ismail, Penyair dan Sastrawan Indonesia

Kompas.com - 12/08/2023, 20:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Tri Indriawati

Tim Redaksi

Sumber Kemdikbud

Pada 1993, Taufiq Ismail belajar di Mesir pada Faculty of Language and Literature America University in Cairo.

Baca juga: Biografi Jalaluddin Rumi, Penyair Sufi Legendaris Persia

Kiprah karier

Sewaktu kuliah, Taufiq Ismail pernah menjadi asisten dosen untuk mata kuliah Manajemen Peternakan pada 1961 hingga 1964.

Namun, ia dipecat karena ikut menandatangani Manifesto Kebudayaan.

Manifesto Kebudayaan adalah konsep kebudayaan yang mengusung humanisme-universal dibentuk sekitar pada 1963.

Kemudian, sejak 1961 hingga 1963, Taufiq Ismail menjadi Ketua II Dewan Mahasiswa, Universitas Indonesia.

Pengalaman organisasi yang dimiliki Taufiq ini mendorongnya untuk terus berkiprah dalam berbagai organisasi kemasyarakatan.

Ia juga turut mendirikan Dewan Kesenian Jakarta dan pernah menjadi sekretaris dewan tersebut pada akhir tahun 1960 dan awal 1970-an.

Meskipun Taufiq Ismail mengambil studi kedokteran hewan, pada kenyataannya Taufiq Ismail lebih banyak berkiprah di bidang media, di mana ia menjadi wartawan.

Pada 1966, bersama-sama dengan Mochtar Lubis, P.K. Oyong, Zaini, dan Arif Budiman, Taufiq Ismail mendirikan sastra bulanan yang bernama Horison.

Baca juga: Abu Nawas, Penyair Legendaris Era Kejayaan Islam

Kiprah penyair

Sejak mendirikan Horison, Taufiq Ismail banyak berkarier sebagai penyair.

Kiprah penyairnya dimulai ketika ia menulis puisi-puisi demonstrasi yang terkumpul dalam majalah Tirani dan Benteng pada 1966.

Ia dikenal sebagai penyair partisan dalam aksi demonstrasi mahasiswa pada 1966 dan menjadi wartawan di harian Kami.

Lebih lanjut, pada 1970, terbit berbagai kumpulan Puisi-puisi Sepi yang kemudian disusul dengan terbitnya Buku tamu Musium Perjuangan pada 1972.

Taufiq Ismail juga menulis beberapa puisi anak dan menghasilkan buku kumpulan puisi yang bertajuk Kenalkan Saya Hewan yang terbit tahun 1973.

Pada masa Orde Baru, tema puisi yang dibuat oleh Taufiq Ismail pun bergeser.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com