Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ignatius B Prasetyo

A Masterless Samurai

"Pacem in Terris"

Kompas.com - 09/08/2023, 12:25 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Dengan membangun monumen perdamaian, Kota Hiroshima dan rakyat Jepang lantang meneriakkan cita-citanya untuk membangun dunia yang damai.

Ini menjadi bukti bahwa manusia tidak hanya dapat berperang, namun manusia juga dapat merintis perdamaian.

Paus Fransiskus saat kunjungannya ke Hiroshima pada 24 November 2019, berbicara bahwa peperangan adalah hal yang tidak diperlukan. Paus ke-266 ini juga menyatakan penggunaan bom atom sangat bertentangan dengan moral.

Paus menegaskan tiga perintah moral. Yaitu, mengingat peristiwa masa lalu, berjalan bersama bergandengan tangan, dan saling menjaga.

Paus mengatakan bahwa perdamaian bukan hanya tidak ada perang, namun keadaan yang harus terus menerus dibangun.

Paus ke-261 juga sangat perhatian pada perdamaian. ”Pacem in Terris” adalah ensiklik yang dikeluarkan oleh Santo Yohanes XXIII pada tanggal 11 April 1963.

Ensiklik merupakan surat edaran yang dikeluarkan oleh paus kepada para uskup sedunia. Tujuannya untuk mengemukakan pokok-pokok penting ajaran gereja, berdarkan suatu situasi atau keadaan khusus dunia.

“Damai di Bumi”, judul ensiklik jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, dikeluarkan sebagai jawaban atas situasi dunia yang mencekam semenjak perang dingin antara Soviet (saat itu) dengan Amerika.

Tembok Berlin juga dibangun dua tahun sebelum ensiklik diedarkan.

Saya mengangkatnya kembali karena situasi dunia saat ini, belum mengarah kepada perdamaian sejati.

Kita tahu peristiwa invasi Rusia ke Ukraina. Kemudian ketegangan antara Tiongkok dan Taiwan. Serta uji coba militer Korea Utara, yang menembakkan beberapa rudalnya ke Laut Jepang, beberapa bulan lalu.

Pada ensiklik, paus mengatakan keseimbangan militer sebagai syarat perdamaian harus diganti dengan prinsip bahwa perdamaian sejati hanya dapat dibangun atas dasar saling percaya.

Semua manusia berhak untuk hidup. Manusia berhak atas martabat jasmani, dan hak atas segala macam cara/sarana yang diperlukan untuk berkembang sebagai layaknya manusia.

Isi dari ensiklik juga mencakup hal-hal universal. Misalnya, tatanan dan relasi antarmasyarakat, masyarakat dan negara, antarnegara, antara masyarakat dan negara-negara dalam level komunitas dunia.

Mengingat tahun politik di Indonesia akan “memanas” beberapa bulan ke depan, maka izinkan saya untuk mengutip ensiklik yang sama sebagai penutup tulisan.

Untuk mencapai kedamaian di bumi, maka hubungan antarindividu, hubungan antarkomunitas, selayaknya tidak dilakukan dengan cara kekerasan (pertengkaran). Akan tetapi, harus dilakukan melalui terang yang datang berdasarkan akal sehat.

Satu hal lagi yang perlu kita ingat, hubungan antarindividu dan antarkomunitas perlu dilakukan dengan semangat solidaritas, berdasarkan kebenaran dan keadilan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com