Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Fathurrohman

Analis Kejahatan Narkotika

Keputusan Berhenti dari Narkoba yang Menentukan

Kompas.com - 25/07/2023, 09:20 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Lima tahun penjara tidak membuatnya benar-benar jera karena dia hanya mampu berhenti satu atau dua tahun saja.

Selepas keluar dari penjara, untuk mendapatkan narkotika sabu secara gratis, dia turut serta menjadi pengedar.

Dari orang yang sama, dia juga bercerita bahwa delapan temannya, yang pada 2000-an sama-sama memakai heroin telah meninggal dunia karena overdosis.

Katanya, komitmen berhenti dari penyalahgunaan narkoba adalah kunci utama dari lepas jeratan narkoba. Komitmen tersebut akan tumbuh jika lingkungan pertemanan, Christakis dan Fowler menyebutnya jaringan sosial, mendukungnya.

Kembali kepada cerita petualang kebahagiaan Weiner ketika menikmati ganja Maroko di kedai narkoba ganja Rotterdam. Weiner mengaku jika dia tidak benar-benar berhenti dan atau coba-coba kembali datang ke tempat tersebut, maka keburukan akan menimpanya.

Keputusannya untuk berhenti sesungguhnya adalah kesulitan klasik para penikmat apapun, termasuk penikmat zat psikoaktif tetrahydrocannabinol (THC) yang ada di dalam ganja Maroko yang pernah dihisapnya.

Beruntunglah Weiner yang sadar seperti yang ditulis olehnya, “seandainya saya pindah ke Belanda, mungkin beberapa bulan kemudian Anda akan mendapati saya ditelan asap ganja Maroko sambil merangkul seorang pelacur di lengan kiri dan kanan.”

Tentu akan menjadi masalah, jika Weiner tidak berpendirian untuk benar-benar berhenti dari menggunakan narkoba, ganja Maroko sekalipun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com