Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Keputusan Berhenti dari Narkoba yang Menentukan

Koresponden National Public Radio tersebut tampak gagap ketika memasuki salah satu kedai ganja untuk pertama kalinya. Dia gagap karena tidak menyangka ternyata pilihan menunya beragam.

Setelah mendapatkan sedikit penjelasan, pria lulusan perguruan tinggi di New Jersey, AS tersebut memilih jenis ringan, ganja Maroko, bukan ganja Thailand atau Afghanistan yang saat itu sedang menjadi sajian utama.

Weiner ‘wajib’ mencoba ganja Belanda sebagai bagian dari riset kebahagiaan yang sedang dilakukannya. Pria Amerika Serikat itu menikmati kelembutan efeknya.

Tidak seperti ketika Panji menceritakan efek berat menu ganja yang dikonsumsinya ketika di Belanda dalam salah satu lawakannya.

Namun, penjelajah puluhan negara tersebut juga berimajinasi pada saat ganja Maroko tersebut berada di dalam korteks serebralnya dengan bertanya-tanya: Bagaimana kalau saya tinggal di sini terus? (untuk menikmati ganja).

Mungkin imajinasinya sampai pada kesimpulan kedai yang dikunjunginya, Alpha Blondie Coffee Rotterdam, atau bahkan mungkin kedai-kedai ganja lainnya di Belanda, akan menjadi tujuan akhir dari ekspedisi kebahagiaan yang sedang dicarinya ke berbagai belahan dunia.

Kesenangan (pleasure), merujuk kamus Cambridge online, adalah perasaan kenikmatan atau kepuasan, atau sesuatu yang menghasilkan perasaan ini.

Umat manusia, atau bahkan semua makhluk hidup, akan selalu berupaya meraih kesenangan. Celakanya, konsepsi atau persepsi manusia atas kesenangan tersebut berbeda dan bahkan tidak ada habisnya, begitu juga berbeda terhadap sesuatu yang dianggap menghasilkan rasa kesenangan tersebut.

Hubungan kesenangan, sifat buruk, dan kecanduan

Karena kesenangan ini diburu oleh segenap umat manusia, maka kesenangan menjadi peluang bisnis bagi pencari uang.

Kesenangan kemudian beralih menjadi bisnis utama umat manusia dari zaman ke zaman. Nikotin, ganja, alkohol, judi, prostitusi, dan ragam kesenangan lainnya diburu manusia dari masa ke masa.

Sedangkan uang adalah ‘tuhan’ dari kesenangan itu sendiri. Ketika uang dan kesenangan berkelindan dalam ruang perburuan yang sama, maka pelaku tidak lagi peduli dengan norma.

Baginya, keuntungan adalah mendapatkan kesenangan tersebut dan masa bodoh dengan dampak buruk yang menimpanya kemudian.

Agar bisnis kesenangan dengan prospek uang besar ini langgeng, maka kesenangan diciptakan dan dibuat agar pelanggan produk bisnisnya langgeng. Di titik inilah candu menjadi bisnis utama, bisnis besar kesenangan.

Kenapa perusahaan-perusahaan rokok sangat senang menjadi sponsor acara-acara musik, itu karena sasaran produk rokok yang paling menguntungkan bagi pebisnis rokok adalah penonton acara musik yang notabene adalah kaum muda.

Ketika kelompok muda ini tergoda oleh merk rokok tertentu, maka repeat order atas pembelian rokok di merk yang sama terjadi.

Perlu dicatat bisnis rokok adalah bisnis nikotin, bisnis zat aktif alias candu. Narkoba berada di tabel yang sama walaupun berbeda di level dampak negatifnya.

Di sinilah titik krusial terjadi, ekspansi kesenangan. Padahal di sepanjang sejarah manusia ekspansi kesenangan selalu diiringi dampak buruknya.

Benar sekali ketika Tuhan berfirman “makan dan minumlah, dan jangan berlebihan.” Berlebihan dapat dimaknai sebagai rasa ketagihan, kecanduan.

Kepelikan bertambah karena keterhubungan umat manusia kini sedang berada di fase revolusioner. Dus, saling keterhubungan berakibat kepada saling memengaruhi.

Jangankan narkoba yang mempunyai dampak candu, sekadar kebiasaan makan berlebihan saja itu dapat menjadi kultur kelompok yang saling berhubungan.

Christakis dan Fowler tahun 2007, di jurnal The New England Journal of Medicine mengungkit soal keterhubungan ini ketika meneliti ‘penyakit’ obesitas.

Menurut mereka, fenomena obesitas menyebar melalui ikatan atau jaringan sosial. Mereka kemudian mengurai temuan tersebut dengan istilah teori penularan (contagion theory).

Intinya, seseorang yang berteman dengan orang yang memiliki pola konsumsi berlebihan dan obesitas, maka akan terpengaruh pola hidupnya dan berpotensi menjadi obesitas.

Karenanya, temuan ini, menurut mereka, memiliki implikasi untuk dilakukan intervensi klinis dan intervensi kesehatan masyarakat sekaligus.

Model intervensi tersebut tentu tidak hanya terkait pola konsumsi yang berakibat pada obesitas, tapi juga terhadap jenis kesenangan lainnya. Apalagi ketika jenis kesenangan tersebut telah merenggut sarafnya.

Ketergantungan menstimulasi hormon kebahagiaan dopamin, oksitosin, serotonin, dan endorphin dengan zat psikoaktif adalah dampak buruk yang akan membawa kepada akhir hidup tragis seperti kekerasan antargeng, perampokan, lalu penjara atau mati overdosis.

Maka, saya sependapat dengan kalimat pertama David T. Courtwright (2019) di bagian pembahasan soal kesenangan yang baru ditemukan bahwa kesenangan, sifat buruk, dan kecanduan adalah bagian-bagian yang saling terhubung.

Keputusan berhenti

Saya memiliki pengalaman wawancara terhadap para puluhan penyalahguna narkoba secara langsung. Satu hal yang membuat persoalan ini selalu melilit mereka adalah daya candunya yang kuat.

Seperti cerita penyalahguna narkotika sabu yang saya temui beberapa waktu lalu, ternyata dia juga mempunyai riwayat penyalahguna heroin dan ganja.

Lima tahun penjara tidak membuatnya benar-benar jera karena dia hanya mampu berhenti satu atau dua tahun saja.

Selepas keluar dari penjara, untuk mendapatkan narkotika sabu secara gratis, dia turut serta menjadi pengedar.

Dari orang yang sama, dia juga bercerita bahwa delapan temannya, yang pada 2000-an sama-sama memakai heroin telah meninggal dunia karena overdosis.

Katanya, komitmen berhenti dari penyalahgunaan narkoba adalah kunci utama dari lepas jeratan narkoba. Komitmen tersebut akan tumbuh jika lingkungan pertemanan, Christakis dan Fowler menyebutnya jaringan sosial, mendukungnya.

Kembali kepada cerita petualang kebahagiaan Weiner ketika menikmati ganja Maroko di kedai narkoba ganja Rotterdam. Weiner mengaku jika dia tidak benar-benar berhenti dan atau coba-coba kembali datang ke tempat tersebut, maka keburukan akan menimpanya.

Keputusannya untuk berhenti sesungguhnya adalah kesulitan klasik para penikmat apapun, termasuk penikmat zat psikoaktif tetrahydrocannabinol (THC) yang ada di dalam ganja Maroko yang pernah dihisapnya.

Beruntunglah Weiner yang sadar seperti yang ditulis olehnya, “seandainya saya pindah ke Belanda, mungkin beberapa bulan kemudian Anda akan mendapati saya ditelan asap ganja Maroko sambil merangkul seorang pelacur di lengan kiri dan kanan.”

Tentu akan menjadi masalah, jika Weiner tidak berpendirian untuk benar-benar berhenti dari menggunakan narkoba, ganja Maroko sekalipun.

https://www.kompas.com/stori/read/2023/07/25/092051879/keputusan-berhenti-dari-narkoba-yang-menentukan

Terkini Lainnya

Sejarah Pura Lempuyang Luhur di Bali

Sejarah Pura Lempuyang Luhur di Bali

Stori
Sayyid Sulaiman, Pendiri Pondok Pesantren Sidogiri

Sayyid Sulaiman, Pendiri Pondok Pesantren Sidogiri

Stori
Perlawanan Nonkooperatif Kelompok Sukarni terhadap Jepang

Perlawanan Nonkooperatif Kelompok Sukarni terhadap Jepang

Stori
Hasil Perlawanan Pangeran Antasari

Hasil Perlawanan Pangeran Antasari

Stori
Ragam Reaksi Rakyat Sumatera terhadap Berita Proklamasi Kemerdekaan

Ragam Reaksi Rakyat Sumatera terhadap Berita Proklamasi Kemerdekaan

Stori
Jumlah Pasukan Perang Badar

Jumlah Pasukan Perang Badar

Stori
Konferensi Yalta: Tokoh, Hasil, dan Dampaknya

Konferensi Yalta: Tokoh, Hasil, dan Dampaknya

Stori
Narciso Ramos, Tokoh Pendiri ASEAN dari Filipina

Narciso Ramos, Tokoh Pendiri ASEAN dari Filipina

Stori
Biografi Pangeran Diponegoro, Sang Pemimpin Perang Jawa

Biografi Pangeran Diponegoro, Sang Pemimpin Perang Jawa

Stori
Biografi Mohammad Yamin dan Perjuangannya

Biografi Mohammad Yamin dan Perjuangannya

Stori
Ras yang Mendominasi Asia Timur dan Asia Tenggara

Ras yang Mendominasi Asia Timur dan Asia Tenggara

Stori
Sejarah Kelahiran Jong Java

Sejarah Kelahiran Jong Java

Stori
7 Fungsi Pancasila

7 Fungsi Pancasila

Stori
Sa'ad bin Ubadah, Calon Khalifah dari Kaum Anshar

Sa'ad bin Ubadah, Calon Khalifah dari Kaum Anshar

Stori
JH Manuhutu, Presiden Pertama RMS

JH Manuhutu, Presiden Pertama RMS

Stori
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke