KOMPAS.com - Liga Arab adalah organisasi regional negara-negara Arab dan sebagian negara di Afrika.
Organisasi ini didirikan di Kairo, Mesir, pada 22 Maret 1945, oleh tujuh negara, yakni Mesir, Irak, Lebanon, Yaman, Arab Saudi, Yordania, dan Suriah.
Pada perkembangannya, Liga Arab memperluas jangkauannya dan kini memiliki 22 negara anggota.
Dalam sejarah, dukungan negara Liga Arab dalam mendukung kemerdekaan Indonesia sangat besar.
Bagaimana peranan Liga Arab terhadap pengakuan kemerdekaan Republik Indonesia?
Baca juga: Liga Arab: Sejarah, Tujuan, dan Negara Anggota
Hubungan Indonesia dengan negara-negara Arab telah terjalin sejak sebelum Liga Arab terbentuk pada awal 1945.
Untuk mendukung perjuangan bangsa Indonesia, Liga Arab menerima permohonan mahasiswa Indonesia agar negara-negara Arab membantu perjuangan RI dalam meraih kemerdekaan.
Salah satu alasan Liga Arab memberikan dukungan terhadap kemerdekaan Indonesia adalah adanya rasa tanggung jawab untuk membantu sesama umat Islam.
Sekretaris Jenderal Liga Arab Abdurrahman Azzam Pasya, kemudian menindaklanjutinya dengan mengirim wakil Liga Arab ke Indonesia agar dapat mengadakan kontak resmi dengan Pemerintah RI.
Namun, izin masuk wakil Liga Arab dan pendirian konsulat negara-negara Arab di Indonesia dipersulit oleh Belanda.
Baca juga: Arti Penting Pengakuan Kemerdekaan Indonesia oleh Negara Lain
Akhirnya, Abdurrahman Azzam Pasya menjadi salah satu tokoh yang membawa masalah Indonesia dalam forum PBB.
Meski Liga Arab sendiri memiliki masalah internal yang rumit, Abdurrahman Azzam Pasya tidak melupakan simpatinya terhadap usaha diplomasi RI dalam sidang Dewan Keamanan PBB pada Agustus 1946 di New York, Amerika Serikat.
Abdurrahman Azzam Pasya melakukan diplomasi dengan para diplomat asing dan wakil PBB, seperti Amerika Serikat, Australia, India, Afghanistan, dan Filipina, untuk membicarakan Agresi Militer Belanda dan perjuangan kemerdekaan yang dilakukan puluhan juta rakyat Indonesia.
Bahkan Abdurrahman Azzam Pasya memberikan pinjaman kepada delegasi RI di bawah pimpinan Sutan Syahrir yang selama di New York menghadapi kendala keuangan.
Keberhasilan memasukkan masalah Indonesia dalam sidang Dewan Keamanan PBB memperkuat kembali keputusan Liga Arab dalam menyatukan politik luar negeri mereka untuk mendukung kedaulatan dan kemerdekaan negara-negara Muslim yang terjajah.