Di era Yunani Kuno, bukti yang menunjukkan adanya penggunaan akuntansi adalah dari dokumen pada masa kepemimpinan Alexander Agung pada abad ke-4 SM.
Dokumen tersebut berisi berbagai transaksi, seperti peminjaman uang atau aktiva lainnya yang diterima oleh kepala departemen.
Dari catatan ini menunjukkan adanya akun dari daftar kas dan aktiva lain, seperti makanan, minyak, baju, dan arus masuk dan keluar.
Setiap item dan total pengeluaran akan dikelompokkan ke dalam satu catatan yang sama.
Baca juga: Arkeologi, Ilmu yang Mempelajari Benda-benda Peninggalan Sejarah
Pada era Romawi Kuno, sangat sedikit bukti sejarah yang menunjukkan adanya penggunaan akuntansi.
Namun, terdapat beberapa literatur yang menyebutkan bahwa orang-orang Romawi senang membentuk organisasi dan administrasi.
Ada memo yang berisi tentang penerimaan dan pengeluaran serta kode yang berbunyi, a code accepti et expensi, sama dengan buku kas yang dimasukkan setiap bulannya.
Berabad-abad kemudian, tepatnya tahun 1494, seorang matematikawan Italia bernama Luca Pacioli menerbitkan buku yang bertajuk Summa de Aritmatica, Geometrica Proortioni et Propotionallia yang di dalamnya terdapat sistem pembukuan berpasangan.
Isi buku tersebut lah yang kemudian menjadi cikal bakal munculnya ilmu akuntansi.
Tidak berselang lama setelah buku itu dipublikasikan, ilmu akuntansi mulai diterapkan di Italia, yang kemudian menyebar hingga ke seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Oleh sebab itu, Luca Pacioli disebut sebagai Bapak Akuntansi Dunia.
Baca juga: Matematika dan Olahraga
Di Indonesia, konon akuntansi sederhana sudah berkembang sejak era kerajaan.
Namun sayangnya, belum ada bukti yang dapat menguatkan pernyataan tersebut.
Penerapan akuntansi modern di Indonesia baru dimulai pada masa kolonial Belanda.
Sewaktu datang ke Indonesia pada akhir abad ke-16, Belanda membentuk sebuah organisasi dagang yang bernama VOC.
Kemudian, sekitar tahun 1642, akuntansi mulai berkembang di Indonesia.
Dua abad kemudian, setelah VOC bangkrut, kekuasaan diambil alih oleh Kerajaan Belanda dan mulai muncul berbagai perusahaan Belanda di Indonesia.
Di dalam perusahaan inilah diberlakukan pencatatan pembukuan yang menekankan pada mekanisme debit dan kredit berdasarkan praktik dagang demi kepentingan Belanda.
Lebih lanjut, perkembangan akuntansi baru dapat terlihat setelah UU mengenai sistem tanam paksa dihapuskan pada 1870.