Selain adanya Tuhan, penganut Patuntung juga meyakini adanya dewa-dewa yang mendiami benda-benda tertentu.
Dewa-dewa tersebut disebut dengan Puang Loheta yang berarti Tuhan kita banyak dan dimiliki oleh setiap keluarga di kediaman masing-masing.
Benda yang dipercaya tempat berdiamnya dewa tersebut juga terdapat dalam Istana Kerajaan Manipi yang disebut Puangta Tammatekia.
Penganut Patuntung sangat menghormati keberadaan dewa-dewa ini dengan cara membersihkan benda-benda tempat bersemayam dewa di waktu-waktu tertentu.
Baca juga: Ugamo Malim, Kepercayaan Kuno Masyarakat Lokal Batak
Penganut Patuntung sangat mengimani kedekatan Tuhan dengan segala aktivitasnya demikian juga dengan cara mereka memperlakukan alam.
Selain dengan cara menjaga kelestarian lama sekitarnya, pandangan alamnya juga diwujudkan dalam bentuk tradisi ketika membangun tempat tinggal.
Bangunan rumah mereka berbentuk segi empat yang melambangkan empat mata angin. Bagian atas rumah difungsikan sebagai tempat makanan sebagai lambang tuhan pertama sebagai sumber kehidupan.
Di bagian tengah, atau lata konjo, sebagai tempat pusatnya dianalogikan sebagai bumi, dan kolong rumahnya dianalogikan sebagai tempat bumi dan air.
Baca juga: Mengenal Kepercayaan Animisme dan Dinamisme
Dalam Kepercayaan Patuntung, ketika ada anggotanya yang meninggal, maka penguburannya dihadapkan ke Gunung Bawakaraeng.
Bagi yang jauh dari gunung tersebut, maka cukup dihadapkan saja pada puncak tertinggi sebagai penghormatan pada Tuhan di Langit.
Selain itu, penganut Patuntung mempercayai adanya pahala dan siksaan yang ditentukan oleh tingkah lakunya semasa hidup di dunia.
Baca juga: Kepercayaan Dinamisme: Pengertian, Sejarah, dan Contohnya
Referensi: