KOMPAS.com - Dalam agama Hindu, Dewa Brahma dianggap sebagai manifestasi Tuhan dalam hal penciptaan semesta.
Dewa Brahma merupakan satu dari tiga dewa utama dalam agama Hindu yang disebut Trimurti.
Trimurti adalah tiga dewa tertinggi yang memegang kuasa penuh terhadap tiga tugas berat untuk menciptakan (Dewa Brahma), memelihara (Dewa Wisnu), dan melebur (Dewa Siwa) alam semesta beserta isinya.
Meski tugas Dewa Brahma sebagai pencipta alam semesta, ia tidak sepopuler Dewa Wisnu dan Dewa Siwa.
Lantas, mengapa Dewa Brahma tidak populer?
Baca juga: Dewa Brahma, Dewa Pencipta dalam Ajaran Hindu
Dewa Brahma digambarkan sebagai sosok dewa dengan empat muka (caturmukha) yang menghadap empat penjuru mata angin.
Masing-masing tangannya memegang atribut atau laksana berupa aksamala (tasbih), kamandalu (kendi), pustaka (buku), ankusa (tongkat pengendali gajah), padma, sruk (sendok besar dari bambu), sruva (sendok kecil dari bambu), dan rumput kusa.
Kendaraan Dewa Brahma adalah Hamsa (angsa) dan mempunyai sakti Dewi Saraswati atau dewi pengetahuan.
Meski dalam sistem panteon Hindu Dewa Brahma menjadi salah satu Trimurti dan memegang peran sebagai pencipta, ia tidak sepopuler Dewa Wisnu dan Siwa.
Dalam teks-teks Hindu kuno, Dewa Brahma masih dihormati dan dipuja sebagai pencipta alam semesta.
Namun dalam kajian Hindu kontemporer, pemujaan kepada Dewa Brahma tidak sebanyak dua anggota Trimurti lainnya.
Baca juga: Tiga Dewa Tertinggi dalam Agama Hindu
Dewa Brahma mulai kehilangan signifikansinya pada sekitar abad ke-7.
Baik di India ataupun di Indonesia, keberadaan arca atau tempat pemujaan Brahma secara kuantitas dan sebarannya pun kalah dari Dewa Wisnu dan Siwa.
Para ahli sejarah menduga ada beberapa faktor terkait alasan mengapa Dewa Brahma tidak populer.
Alasan pertama berkaitan dengan beberapa versi mitologi munculnya Dewa Brahma, yang membuat kedudukannya lebih rendah dari Dewa Wisnu dan Dewa Siwa.