Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Dewa Brahma Tidak Populer?

Kompas.com - 18/04/2023, 18:00 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

Sumber Kemdikbud

KOMPAS.com - Dalam agama Hindu, Dewa Brahma dianggap sebagai manifestasi Tuhan dalam hal penciptaan semesta.

Dewa Brahma merupakan satu dari tiga dewa utama dalam agama Hindu yang disebut Trimurti.

Trimurti adalah tiga dewa tertinggi yang memegang kuasa penuh terhadap tiga tugas berat untuk menciptakan (Dewa Brahma), memelihara (Dewa Wisnu), dan melebur (Dewa Siwa) alam semesta beserta isinya.

Meski tugas Dewa Brahma sebagai pencipta alam semesta, ia tidak sepopuler Dewa Wisnu dan Dewa Siwa.

Lantas, mengapa Dewa Brahma tidak populer?

Baca juga: Dewa Brahma, Dewa Pencipta dalam Ajaran Hindu

Alasan Dewa Brahma tidak populer

Dewa Brahma digambarkan sebagai sosok dewa dengan empat muka (caturmukha) yang menghadap empat penjuru mata angin.

Masing-masing tangannya memegang atribut atau laksana berupa aksamala (tasbih), kamandalu (kendi), pustaka (buku), ankusa (tongkat pengendali gajah), padma, sruk (sendok besar dari bambu), sruva (sendok kecil dari bambu), dan rumput kusa.

Kendaraan Dewa Brahma adalah Hamsa (angsa) dan mempunyai sakti Dewi Saraswati atau dewi pengetahuan.

Meski dalam sistem panteon Hindu Dewa Brahma menjadi salah satu Trimurti dan memegang peran sebagai pencipta, ia tidak sepopuler Dewa Wisnu dan Siwa.

Dalam teks-teks Hindu kuno, Dewa Brahma masih dihormati dan dipuja sebagai pencipta alam semesta.

Namun dalam kajian Hindu kontemporer, pemujaan kepada Dewa Brahma tidak sebanyak dua anggota Trimurti lainnya.

Baca juga: Tiga Dewa Tertinggi dalam Agama Hindu

Dewa Brahma mulai kehilangan signifikansinya pada sekitar abad ke-7.

Baik di India ataupun di Indonesia, keberadaan arca atau tempat pemujaan Brahma secara kuantitas dan sebarannya pun kalah dari Dewa Wisnu dan Siwa.

Para ahli sejarah menduga ada beberapa faktor terkait alasan mengapa Dewa Brahma tidak populer.

Alasan pertama berkaitan dengan beberapa versi mitologi munculnya Dewa Brahma, yang membuat kedudukannya lebih rendah dari Dewa Wisnu dan Dewa Siwa.

Dalam beberapa Purana (kitab sejarah kuno yang mengandung cerita ketuhanan dalam ajaran Hindu), Brahma diceritakan muncul dengan sendirinya.

Ia menciptakan dirinya dari sebuah telur emas keramat (Hiranyagarbha) yang mengapung di laut selama ribuan tahun.

Karena lahir dengan sendirinya (tanpa ayah dan ibu), Dewa Brahma disebut Svayambhu.

Baca juga: Agama Apa yang Pertama Kali Ada di Dunia?

Namun, versi lain menyebut Dewa Brahma lahir dari sebuah teratai yang tumbuh dari pusar Dewa Wisnu, dan dari murka Brahma, Dewa Siwa lahir.

Sedangkan kitab Purana yang berfokus pada Dewa Siwa menggambarkan Dewa Brahma dan Wisnu diciptakan oleh Ardhanarishvara (wujud kemanunggalan Dewa Siwa dan Dewi Parwati).

Dua versi kelahiran Dewa Brahma dari aliran Waisnawa dan Saivisme tersebut seolah-olah menunjukkan bahwa kedudukan Brahma lebih rendah daripada Wisnu dan Siwa.

Selain itu, ada pula mitologi yang menceritakan bahwa Dewa Brahma awalnya memiliki lima kepala, tetapi hilang satu karena ditebas oleh Dewa Siwa.

Terkait hilangnya kepala kelima Brahma, juga ada beberapa versi cerita.

Salah satu versi populer menceritakan bahwa Brahma membohongi Wisnu dalam usahanya untuk menampakkan superioritasnya.

Mengetahui hal itu, Siwa murka kemudian menebas satu kepala Brahma.

Baca juga: Pembagian Kasta dalam Masyarakat Hindu

Ada pula versi yang menyatakan bahwa Siwa merasa diremehkan oleh Brahma, sehingga keluar kutukan darinya.
Dewa Siwa mengucapkan kutukan tidak seorang pun yang akan berdoa kepada Brahma.

Mitologi tentang kelahiran dan kebohongan Dewa Brahma itulah yang kemudian menempatkannya pada kedudukan yang lebih rendah dari Dewa Wisnu dan Siwa.

Alasan lain yang dikemukakan ahli sejarah adalah, tugas Brahma sebagai pencipta alam semesta dianggap sudah selesai, sehingga pemujaan umat Hindu lebih dititikberatkan pada Dewa Wisnu sebagai pemelihara dunia dan Dewa Siwa sebagai pelebur atau perusak dunia.

Karena alasan-alasan itulah, jumlah pemuja Dewa Brahma menjadi lebih sedikit daripada Dewa Wisnu dan Dewa Siwa.

Di Indonesia, keberadaan arca Brahma pun tidak banyak jumlahnya dibandingkan arca Dewa Wisnu dan Siwa.

 

Referensi:

  • Istari, TM Rita. (2007). Kedudukan dan Pemujaan Brahma pada Zaman Hindu. Naditira Widya, 1 (2), 155-163.
  • Manuaba, IB Arya Lawa. (2018). Alien Menurut Hindu. Badung: Penerbit Nilacakra.
  • Semadi, Gusti Ngurah Yoga. (2019). Brahma Cakra: Sebuah Tarian Kosmik. Badung: Penerbit Nilacakra.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com