Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kondisi Politik Internasional Menjelang Konferensi Asia Afrika

Kompas.com - 13/04/2023, 19:00 WIB
Susanto Jumaidi,
Tri Indriawati

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Konferensi Asia-Afrika (KAA) adalah pertemuan tingkat tinggi yang diadakan di Bandung, Indonesia, pada tanggal 18-24 April 1955.

Konferensi ini dihadiri oleh perwakilan dari 29 negara Asia dan Afrika yang baru merdeka dari penjajahan kolonial pada saat itu.

KAA menjadi tonggak sejarah dalam upaya memperkuat solidaritas antara negara-negara Asia dan Afrika dalam geliat perang dingin.

Konferensi ini juga menandai perkembangan penting dalam hubungan internasional pada masa itu, khususnya bagi Indonesia yang baru merdeka.

Sebab, KAA memperjuangkan kemerdekaan, perdamaian, dan kerjasama ekonomi di antara negara-negara baru tersebut.

Baca juga: Penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika (KAA)

Tokoh Penting di Balik KAA

Setidaknya terdapat lima tokoh penting yang berada di belakang Konferensi Asia Afrika dan dapat dianggap sebagai bapaknya konferensi KAA, selain Soekarno.

Tokoh penting di balik terselenggaranya KAA yang berasal dari Indonesia adalah Ali Sastroamidjojo yang pada saat itu berposisi sebagai Perdana Menteri Indonesia.

Selain itu, ada Sir John Kotelawala, wakil dari Sri Lanka yang pada saat itu juga menjabat sebagai perdana menteri.

Dari Pakistan, tokoh penting yang berperan dalam terselenggaranya KAA adalah Muhammad Ali Jinnah. Ia merupakan founding father atau pendiri negara Pakistan.

Tokoh keempat adalah Jawaharlal Nehru yang pada saat itu merupakan seorang Perdana Menteri India.

Tokoh lain yang terlibat dalam memprakarsai KAA adalah seorang politisi dari India bernama U Nu, kala itu merupakan perdana menteri.

Kelima tokoh ini dianggap sebagai orang-orang penting yang berada di belakang panggung Konferensi Asia Afrika di Bandung.

Baca juga: Peran Aktif Indonesia dalam Konferensi Asia Afrika

Kondisi Politik Internasional

Diselenggarakannya Konferensi Asia Afrika bukanlah tanpa suatu sebab.

Hal yang melatarbelakangi konferensi tersebut adalah kondisi politik dunia pada masa itu.

Berakhirnya Perang Dunia ke II pada Agustus 1945 bukan serta merta menjadi puncak dari ketegangan politik internasional.

Secara fisik, peperangan memang telah dihentikan. Namun, peperangan tetap berlangsung dengan cara berbeda yang kemudian disebut sebagai Perang Dingin.

Perang Dingin merupakan peperangan yang lebih mengedepankan aspek yang menyangkut keberlangsungan suatu negara, termasuk ekonomi, politik, ideologi, dan sebagainya.

Peperangan Dingin melahirkan dua blok besar, yaitu Blok Barat yang dipimpin Amerika Serikat dan Blok Timur oleh Rusia.

Ketegangan antara kedua blok tersebut kemudian melahirkan keinginan untuk menggaet negara-negara di Asia dan Afrika yang baru merdeka sebagai sekutunya.

Kondisi tersebut menjadi salah satu pemicu diadakannya konferensi guna membahas sikap yang harus diambil oleh negara dunia ketiga dalam Perang Dingin.

Baca juga: Manfaat KAA bagi Dunia dan Indonesia

Tokoh-tokoh penting dalam KAA, khususnya Ali Sastroamidjojo, mengutarakan sikapnya sebagai perwakilan Indonesia, untuk tetap menjunjung tinggi terciptanya perdamaian di dunia.

Selain itu, konferensi ini juga membahas tentang kondisi politik internasional lebih luas yang dapat menjadi ancaman bagi mereka.

Isu politik internasional lainnya adalah tentang kepemilikan senjata pemusnah massal oleh negara-negara adidaya yang dianggap membahayakan peradaban dunia.

Kondisi lainnya adalah masih ada penjajahan di dunia, khususnya di wilayah Afrika yang meskipun telah merdeka tetap berada di bawah bayang-bayang kolonialisme.

Tidak hanya di Afrika, Indonesia pun masih dibayangi kolonial Belanda yang masih tidak sudi menyerahkan Irian Barat.

Di Afrika dan wilayah Arab, Palestina masih berada di bawah penindasan Israel.

Demikian juga di India yang masih terjadi konflik di Kashmir, di wilayah Indocina masih memperjuangkan kemerdekaan Vietnam, serta ada beberapa negara lain berjuang lepas dari kolonialisme.

Meskipun kala itu telah ada Perserikatan Bangsa-Bangsa, usaha mereka tergolong sia-sia.

Hal ini kemudian menjadi alasan diselenggarakannya Konferensi Asia-Afrika.

Baca juga: Persamaan dan Perbedaan Konferensi Asia Afrika dan Gerakan Non-Blok

Referensi:

  • Kusmayadi, Y. (2018). Pengaruh Konferensi Asia Afrika (KAA) tahun 1955 terhadap kemerdekaan negara-negara di Benua Afrika. Agastya: Jurnal Sejarah dan Pembelajarannya, 8(01), 15-34.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com