Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asal Usul Lintah dalam Cerita Rakyat NTB

Kompas.com - 28/03/2023, 20:00 WIB
Susanto Jumaidi,
Tri Indriawati

Tim Redaksi

Kakek itu kemudian menitipkan sebotol minyak yang memiliki khasiat bagus dan mengundang keberuntungan.

Sebelum kakek itu beranjak pergi, ia sempat menyampaikan pesan kepada Pan Karma, “Simpanlah baik-baik minyak itu dengan cara digantungkan, sebab minyak itu ditunggu oleh seorang perempuan”.

Baca juga: Legenda Munculnya Rawa Pening

Pan Karma pun menanggapi pesan yang disampaikan oleh kakek ringkih itu, sehingga keesokan harinya ia membawa pulang minyak itu bersama padinya.

Singkatnya, setelah mereka menjalani aktivitas seperti biasanya, padi yang banyak cukup untuk tabungan beberapa bulan ke depan.

Namun, tak lama berselang, Pan Karma mengalami sakit-sakitan dan kemudian meninggal dunia. Berselang beberapa hari kemudian, sang istri ikut meninggal.

Kini, I Karma hidup seorang sendirian. Ia mengurus ladang sendirian. Namun, dalam kesendirian itu, ia mendapati kejadian aneh di rumahnya.

Setiap I Karma pulang dari ladang, di rumah telah tersedia berbagai makanan untuk memenuhi kebutuhannya.

Karena penasaran, suatu hari ia pura-pura berangkat ke kebun dengan niatan menyergap siapa yang telah memasakkannya.

Betapa kagetnya dia, ternyata yang memasak makanan untuknya setiap hari adalah seorang perempuan cantik jelita. Ditangkapnyalah pinggang wanita itu.

I Karma kemudian menanyakan kepada wanita itu, “Siapakah engkau gerangan?”.

Wanita itu kemudian menjawab “Aku adalah Ni Utama”.

Tanpa mengetahui asal usul perempuan itu, I Karma pun menikahinya. Pernikahan ini berjalan sekian lama hingga terjadilah sebuah tragedi.

Pada suatu siang hari, Ni Utama berangkat menyusul suaminya di ladang membawa makanan untuk makan siang.

Baca juga: Legenda Telaga Warna, Kutukan untuk Putri Raja

Sesampainya di ladang, ia langsung diperintahkan suaminya mengambil air di sungai. Ni Utama menolak dengan alasan tidak tahan panasnya terik di ladang.

Namun, suaminya justru memarahinya. Dengan terpaksa sambil menangis, Ni Utama langsung berlari mengambil air ke sungai.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com