Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Asal Usul Lintah dalam Cerita Rakyat NTB

Dalam masyarakat Indonesia, spesies lintah ini termasuk hewan yang menjijikan dan banyak didapatkan di rawa-rawa.

Meskipun menjijikan, lintah juga memiliki riwayat medis yang berfungsi untuk membantu memulihkan darah ke area vena dan banyak digunakan pada kisaran abad ke-19.

Di samping itu, dalam tradisi budaya Nusa Tenggara Barat (NTB), lintah memiliki tempat dalam sederetan cerita rakyat masyarakatnya.

Masyarakat Nusa Tenggara Barat memiliki cerita tersendiri tentang asal-usul lintah.

Asal-usul lintah dalam cerita rakyat NTB

Dikisahkan dahulu kala hiduplah sebuah keluarga di desa. Bapak di keluarga itu bernama Pan Karma dan ibunya bernama Man Karma. Mereka memiliki seorang anak laki-laki bernama I Karma.

Keluarga itu hidup sebagai petani. Setiap hari, mereka berangkat ke ladang membudidayakan berbagai tanaman.

Suatu ketika, saat berangkat ke ladang, mereka berniat untuk menanami ladangnya dengan tanaman padi.

Hari berganti minggu hingga padi telah berumur empat bulan, tanaman pun menguning menandakan waktu panen telah dekat.

I Karma bersama ayahnya berbincang tentang kapankah mereka akan mengetam ladang padi mereka yang menjanjikan itu.

Dua hari kemudian, mereka berangkat untuk memanen padi yang telah menguning. Mulailah mereka mengetam padi.

Hasil dari kebun itu ternyata lumayan banyak. Padi hasil panen cukup untuk kebutuhan beberapa bulan ke depan jika mereka dapat merawatnya agar tidak busuk atau rusak.

Setelah mereka selesai memanen padi, hari berjalan sangat cepat dan menjadi gelap. Padi-padi yang telah dipanen pun tidak mungkin untuk langsung dibawa pulang saat itu juga.

Akhirnya, sang bapak mendirikan sebuah pondokan atau gubuk untuk menyimpan padi-padi sebelum dibawa ke rumah.

Di tengah malam, sang bapak beristirahat sambil menjaga padinya di dalam gubuk. Tiba-tiba, seorang kakek ringkih datang mengetuk gubuknya.

Kakek itu kemudian menitipkan sebotol minyak yang memiliki khasiat bagus dan mengundang keberuntungan.

Sebelum kakek itu beranjak pergi, ia sempat menyampaikan pesan kepada Pan Karma, “Simpanlah baik-baik minyak itu dengan cara digantungkan, sebab minyak itu ditunggu oleh seorang perempuan”.

Pan Karma pun menanggapi pesan yang disampaikan oleh kakek ringkih itu, sehingga keesokan harinya ia membawa pulang minyak itu bersama padinya.

Singkatnya, setelah mereka menjalani aktivitas seperti biasanya, padi yang banyak cukup untuk tabungan beberapa bulan ke depan.

Namun, tak lama berselang, Pan Karma mengalami sakit-sakitan dan kemudian meninggal dunia. Berselang beberapa hari kemudian, sang istri ikut meninggal.

Kini, I Karma hidup seorang sendirian. Ia mengurus ladang sendirian. Namun, dalam kesendirian itu, ia mendapati kejadian aneh di rumahnya.

Setiap I Karma pulang dari ladang, di rumah telah tersedia berbagai makanan untuk memenuhi kebutuhannya.

Karena penasaran, suatu hari ia pura-pura berangkat ke kebun dengan niatan menyergap siapa yang telah memasakkannya.

Betapa kagetnya dia, ternyata yang memasak makanan untuknya setiap hari adalah seorang perempuan cantik jelita. Ditangkapnyalah pinggang wanita itu.

I Karma kemudian menanyakan kepada wanita itu, “Siapakah engkau gerangan?”.

Wanita itu kemudian menjawab “Aku adalah Ni Utama”.

Tanpa mengetahui asal usul perempuan itu, I Karma pun menikahinya. Pernikahan ini berjalan sekian lama hingga terjadilah sebuah tragedi.

Pada suatu siang hari, Ni Utama berangkat menyusul suaminya di ladang membawa makanan untuk makan siang.

Sesampainya di ladang, ia langsung diperintahkan suaminya mengambil air di sungai. Ni Utama menolak dengan alasan tidak tahan panasnya terik di ladang.

Namun, suaminya justru memarahinya. Dengan terpaksa sambil menangis, Ni Utama langsung berlari mengambil air ke sungai.

Cukup lama I Karma menunggu, istrinya tak kunjung kembali. Kemudian, ia menyusul ke sungai. Namun, betapa terkejutnya ia ketika sampai di sungai.

Permukaan sungai telah penuh dengan minyak. Kemudian, ingatlah dia, bahwa perempuan ini berasal dari minyak di botol yang diwasiatkan bapaknya dahulu kepadanya.

Tak lama berselang, I Karma menikah lagi. Namun, pernikahannya ini tidak dikaruniai anak, sedangkan I Karma sangat menginginkan punya keturunan.

Atas dasar keinginan itu, mereka kemudian pergi ke tempat pemujaan untuk meminta keturunan. Sepulangnya dari sana, mereka mendengar suara yang aneh.

Suara itu adalah tangisan bayi dari gorong-gorong. Kemudian, mereka menengok ke gorong-gorong itu, ternyata benar adanya seorang bayi. Dibawalah bayi itu ke rumahnya.

Betapa senangnya I Karma atas kejadian itu, bayinya langsung dibaringkan di kasur. Ia pun tidur di sebelahnya sembari sang istri pergi keluar rumah.

Betapa terkejutnya istrinya ketika ia pulang melihat suaminya telah mati membeku dengan posisi putingnya digigit bayi yang telah menyerupai lintah. Sang istri pun langsung pingsan.

Begitulah cerita rakyat Nusa Tenggara Barat tentang asal-usul lintah.

Referensi:

  • Buku Cerita Rakyat Nusa Tenggara Barat (Mite dan Legenda). Terbitan Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah tahun 1981.

https://www.kompas.com/stori/read/2023/03/28/200000979/asal-usul-lintah-dalam-cerita-rakyat-ntb

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke