Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Orang Korea Selatan Banyak yang Percaya Sekte Sesat?

Kompas.com - 14/03/2023, 11:30 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

KOMPAS.com - Korea Selatan (Korsel) termasuk salah satu negara maju di dunia yang kerap menghadapi masalah sekte aliran sesat.

Menurut pakar kultus dan profesor di Universitas Presbyterian Busan, Tark Ji Il, sulit untuk mengetahui angka pasti sekte yang ada di Korea Selatan, tetapi jumlahnya diperkirakan mencapai ratusan.

Sekitar 300.000 orang dari 51,4 juta populasi Korea Selatan diperkirakan menjadi anggota sekte yang menyimpang dari ajaran Kristen.

Sejumlah sekte di Korsel bahkan terindikasi melakukan penipuan, pencucian otak, pemaksaan, kekerasan, dan pelecehan seksual.

Lantas, mengapa masih banyak masyarakat Korea Selatan yang terpincut dan menjadi pengikut sekte sesat?

Baca juga: Kenapa di Korea Selatan Ada Banyak Sekte Sesat?

Sekilas tentang lahirnya sekte sesat di Korsel

Melansir The Diplomat, sekte-sekte sesat di Korea Selatan umumnya didirikan di antara tiga periode sejarah yang cukup traumatis, yakni pada masa pendudukan Jepang, Perang Korea (1950-1953), dan periode kediktatoran militer (1970-an hingga 1980-an).

Pada masa pendudukan Jepang hingga Perang Korea (1950-1953), kehadiran sebuah sekte menjadi pelipur lara dan dirasa menghargai penderitaan masyarakat di tengah situasi saat itu yang serba tidak stabil dan penuh kesengsaraan.

Dalam buku The Koreans: Who They Are, What They Want, Where Their Future Lies, jurnalis Michael Breen melaporkan bahwa pada awal 1960-an, di Korea Selatan terdapat sekitar 70 orang yang mengaku sebagai messiah atau wakil Tuhan dan telah memiliki pengikut.

Baca juga: Gereja Mormon: Sejarah, Kontroversi, dan Bedanya dengan Protestan

Salah satu sekte yang sudah eksis saat itu adalah Gereja Unifikasi, yang didirikan pada 1954 oleh Sun Myung Moon, yang mengaku sebagai messiah.

Pada periode kediktatoran di Korsel, sekte-sekte menjadi semakin populer karena mendapat dukungan dari pemerintah. Saat itu, Gereja Protestan umumnya anti kediktatoran.

Dua contoh sekte sesat yang didirikan pada era 1980-an adalah Providence atau Jesus Morning Star (JMS) dan Gereja Shincheonji.

JMS didirikan oleh Jeong Myeong-Seok pada 1980, sementara Gereja Shincheonji didirikan pada 1984 oleh Lee Man-Hee.

Seperti halnya Sun Myung Moon, Jeong Myeong-Seok dan Lee Man-Hee juga mengklaim diri mereka sebagai messiah.

Baca juga: Reformasi Protestan, Pecahnya Agama Kristen Menjadi Beberapa Aliran

Daya tarik sekte di Korsel

Para pakar dan peneliti memaparkan beragam pendapat terkait daya tarik yang dimiliki sekte-sekte di Korea Selatan sehingga dapat menggaet pengikut setia dari berbagai kalangan.

Pasalnya, para mahasiswa, jurnalis, selebriti, aparat penegak hukum, dan politisi, yang diharapkan mampu berpikir kritis, diduga banyak yang terpincut menjadi anggota sekte.

Beberapa tahun lalu, sekte sesat Yeongsegyo disebut-sebut "menyetir" pemerintah Korea Selatan.

Kabar tersebut berembus setelah Park Geun Hye, Presiden Korea Selatan periode 2013-2017, diketahui berteman baik dengan putri pendiri Yeongsegyo yang bernama Soon Sil.

Laporan yang dikutip The Korea Times menyebut Soon Sil menggantikan mendiang ayahnya sebagai ketua sekte.

Kantor berita Yonhap melaporkan Soon Sil memanfaatkan kedekatannya dengan Geun Hye untuk mencampuri urusan negara.

Baca juga: Sejarah Agama Kristen di Korea Selatan

Terbaru, anggota boyband DKZ, Kyoungyoon, mengaku pernah menjadi anggota sekte sesat JMS karena keluarganya.

Kyoungyoon akui dicuci otak oleh JMS, sekte sesat yang menggemparkan Korea Selatan karena pendiri sekaligus pemimpinnya, Jeong Myeong-Seok, terbukti melakukan pemerkosaan terhadap anggota perempuan JMS.

Dalam serial dokumenter Netflix berjudul In The Name of God: A Holy Betrayal, yang dirilis awal Maret 2023, ditampilkan bagaimana Jeong Myeong-Seok membelokkan ajaran Kristen, memberikan doktrin sesat, dan melakukan praktik pelecehan seksual terhadap anggota sektenya di beberapa negara selama bertahun-tahun.

Berdasarkan kesaksian para mantan anggota JMS yang pernah menjadi korban pelecehan seksual, Jeong Myeong-Seok mengatakan bahwa dosa-dosa mereka dapat dibersihkan dengan berhubungan seksual dengannya.

Para anggota JMS juga tidak segan melakukan penganiayaan terhadap mantan anggota atau aktivis grup anti-JMS.

Baca juga: Asal-usul Marga Kim di Korea

Penayangan serial dokumenter In The Name of God membangkitkan rasa penasaran tentang bagaimana sekte yang memberikan ajaran sesat bahkan melakukan tindakan kriminal dapat menggaet banyak anggota.

Berikut ini merupakan argumen dari beberapa pakar dan peneliti terkait alasan masyarakat Korea Selatan bisa terpikat dengan sekte sesat.

Orang Korea tidak individualistis

Menurut ahli Evangelikalisme di Korea dari Brite Divinity School di Texas, Timothy Lee, aspek budaya berperan dalam memupuk tumbuh dan berkembangnya sekte-sekte di Korea Selatan.

Lee menduga bahwa sifat orang Korea yang tidak individualistis menjadi salah satu faktor sekte menjadi marak di Korea.

Para pemimpin sekte biasanya mulai mengumpulkan pengikut dari lingkungan keluarga.

Tekanan dari keluarga atau teman sebaya, merupakan salah satu aspek yang dimanfaatkan pemimpin kultus untuk mendapatkan pengikut.

Salah satu contohnya Kyoungyoon DKZ, yang mengaku pernah terjerat sekte sesat JMS karena anggota keluarganya.

Baca juga: Sejarah Hanbok, Pakaian Tradisional Korea

In the Name of God: A Holy BetrayalNetflix In the Name of God: A Holy Betrayal
Nilai-nilai Korea-sentris

Tark Ji Il memaparkan bahwa sekte umumnya sangat Korea-sentris.

Banyak sekte yang menafsirkan Korea sebagai tanah pilihan Tuhan, begitu pula dengan masyarakat Korea yang spesial di mata Tuhan.

“Karena mereka percaya messiah baru adalah orang Korea, wahyu baru ditulis dalam Bahasa Korea, bangsa baru yang akan diselamatkan (144.000 orang) adalah orang Korea, atau kerajaan Allah akan didirikan di Korea (mereka dapat memiliki banyak pengikut yang setia),” ungkap Tark Ji Il seperti dikutip Kompas.com dari The Diplomat, Selasa (14/3/2023).

Baca juga: Sejarah Singkat Lahirnya Republik Korea

Doktrin yang pasti

Peter Delay, yang telah meneliti kultus di Korea sejak 2003, mengatakan bahwa doktrin yang pasti menjadi jalan bagi sekte untuk menarik anggota.

“Dengan kelompok-kelompok tersebut, tidak ada nuansa abu-abu, semuanya pasti. Ya, ini adalah messiah, jika Anda mengikutinya, Anda akan masuk surga,” kata Daley.

Dalam serial dokumenter In The Name of God, terdapat cuplikan ketika Jeong Myeong-Seok berkhotbah.

Apabila pengikutnya mencari keberadaan Tuhan, Jeong Myeong-Seok mengatakan mereka cukup melihat kepadanya, karena dirinya adalah Tuhan.

Ternyata, klaim muluk-muluk semacam itu memang bisa menarik bagi sebagian orang.

Baca juga: Gwangbokjeol, Hari Kemerdekaan Korea Selatan

Sekte hadir seperti "oasis"

Mahasiswa dan kaum muda di usia 20-an menjadi salah satu sasaran empuk sekte-sekte di Korea Selatan.

Mereka umumnya sedang mencari jati diri dan tengah menghadapi kebingungan karena tuntutan untuk menentukan arah hidupnya.

Sekte-sekte hadir seperti "oasis", yang menawarkan jalan di tengah kebingungan dan kekhawatiran kaum muda menghadapi hidup.

Sejak 1980-an, universitas merupakan tempat yang paling banyak dituju oleh perekut untuk mencari anggota baru.

Jalan menuju kemakmuran material dan spiritual, merupakan salah satu doktrin yang digunakan oleh sekte-sekte sesat untuk menarik anggota.

Terlebih, Korea Selatan merupakan negara dengan masyarakat yang sangat kompetitif dan berfokus pada status sosial.

Baca juga: Agama Apa Saja yang Ada di Korea Selatan?

Banyak orang Korea tidak beragama

Penyebaran sekte-sekte di Korea Selatan semakin mudah karena banyak dari warganya yang tidak percaya atau tidak menganut agama tertentu.

Melansir laman Departemen Luar Negeri AS, dari sensus Badan Pusat Statistik Korea (Korea Statistical Information Service) tahun 2016, sekitar 56 persen populasi Korea Selatan tidak terafiliasi dengan agama apapun.

Dari 44 persen populasi yang memeluk suatu agama, 45 persen beragama Protestan, 35 persen beragama Buddha, 18 persen Katolik Roma, dan 2 persen masuk kategori "lainnya".

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com