Namun, kemenangan Jepang atas Rusia membuat sebagian kalangan intelektual Jepang mencari-cari alasan kultural dan historis yang diperlukan sebagai legitimasi bahwa Jepang yang pantas memimpin pembebasan bangsa Asia dari Eropa.
Fasisme Jepang pun menggunakan Pan-Asianisme untuk melegitimasi nafsu penaklukan dan penindasan terhadap bangsa-bangsa Asia yang lebih lemah dan kecil.
Pada 1910, atas nama Pan-Asianisme, Jepang menjalankan agresi terhadap Korea.
Kritik dari orang-orang Asia bermunculan terhadap aksi Pan-Asianisme Jepang yang dinilai sebagai retorika belaka untuk imperialisme Jepang sendiri.
Baca juga: Mengapa Fasisme Muncul di Italia, Jerman, dan Jepang?
Untuk menyelamatkan Pan-Asianisme, pada 1919 Li Dazhao dari Partai Komunis China membuat seruan kepada bangsa-bangsa Asia untuk membangun nasionalisme Asia yang baru melawan Pan-Asianisme Jepang.
Sun Yat Sen, tokoh revolusioner yang dikenal sebagai Bapak China Modern, sebenarnya sempat memberi ceramah tentang Pan-Asianisme di Kobe pada 1924 dan membujuk agar Jepang kembali ke jalan persatuan Asia yang sebenarnya.
Menurut Sun Yat Sen, tujuan Pan-Asianisme adalah mengakhiri penderitaan dan ketertindasan bangsa-bangsa Asia dengan melakukan perlawanan terhadap dominasi bangsa Eropa.
Tetapi seruan itu dan segala kritik dari bangsa Asia lainnya tidak membuat Jepang goyah.
Selama dekade berikutnya, Jepang secara terbuka melakukan ekspansi militer di kawasan Asia dan baru berhenti setelah mengalami kekalahan dalam Perang Dunia II (1939-1945).
Referensi: