Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perang Bubat, Muasal Stigma Suku Jawa dan Suku Sunda

Kompas.com - 12/01/2023, 13:00 WIB
Josephus Primus

Penulis

KOMPAS.com - Perang Bubat yang menewaskan Dyah Pitaloka Citraresmi, adalah salah satu perang berdampak hebat di masa Kerajaan Majapahit.

Perang Bubat terjadi di Alun-alun Bubat, kini Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, pada 1357.

Menurut sumber literatur di laman Kompas.com edisi 5 Mei 2021, Perang Bubat melibatkan dua pihak yakni keluarga Kerajaan Sunda (kini Jawa Barat) versus pasukan tentara Kerajaan Majapahit.

Baca juga: Putus Dampak Mitos Perang Bubat, Akan Ada Jalan Siliwangi di Solo dan Jalan Surakarta di Jabar

Catatan sejarah Perang Bubat pada Kidung Sundayana, Serat Pararaton, Cerita Parahyangan namun tidak pada Kitab Negarakertagama, menunjukkan besarnya ambisi Mahapatih Majapahit Gajah Mada meluluskan Sumpah Palapanya.

Gajah Mada dalam Sumpah Palapa memang berambisi menguasai Kerajaan Sunda.

Perang Bubat

Gajah Mada saat mengucapkan Sumpah Palapa.Wikipedia.org Gajah Mada saat mengucapkan Sumpah Palapa.

Sejatinya, ada ambisi pernikahan politik Hayam Wuruk yang memicu juga Perang Bubat.

Hayam Wuruk, Raja Majapahit, ingin menikahi Putri Dyah Pitaloka Citraresmi.

Dyah Pitaloka Citraresmi adalah putri Raja Sunda, Prabu Linggabuana.

Hayam Wuruk meminta agar pihak perempuan datang ke Majapahit.

Pihak Kerajaan Sunda memenuhi permintaan itu.

Kendati begitu, Gajah Mada menganggap kedatangan pihak perempuan adalah isyarat bahwa Kerajaan Sunda memilih takluk kepada Majapahit.

Selisih paham antara pihak Kerajaan Sunda dan Kerajaan Majapahit tak terhindarkan sehingga Perang Bubat terjadi dan menewaskan semua pihak Kerajaan Sunda yang datang ke Majapahit.

Kemudian, keputusan diambil oleh adik mendiang Dyah Pitaloka Citraresmi yang menggantikan Prabu Linggabuana.

Keputusan pasca-Perang Bubat adalah larangan pihak Negara Sunda menikah dengan pihak Kerajaan Majapahit.

Alhasil, larangan itu ditafsirkan sebagai muasal larangan warga Suku Sunda tidak boleh menikah dengan Suku Jawa.

Fakta menunjukkan, hingga nyaris 800 tahun lebih usai Perang Bubat, stigma masih ada hingga kini.

Meskipun, di era modern seperti sekarang, sudah begitu banyak pernikahan antara Orang Sunda dan Orang Jawa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com